Friday, November 30, 2012

Renungan 30 November 2012

Hari Jumat, Pekan Biasa XXXIV
Why 20:1-4.11; 21:1-2
Mzm 84:3-6a.8a
Luc 21:29-33

Ingin Melihat Yerusalem Baru

Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu Victor Hutabarat mempopulerkan sebuah lagu dari Kidung Jemaat berjudul “O Yerusalem”. Sebagian liriknya bagus untuk direnungkan: “O Yerusalem kota mulia, hatiku rindu ke sana... Tak lama lagi Tuhanku datanglah, bawa saya masuk sana.” Saya teringat akan kota suci ini di mana saya sendiri pernah tinggal untuk belajar selama 4 tahun dari tahun 1997-2001. Secara geografis kota ini terletak di atas bukit dengan ketinggian sekitar 750m di atas permukaan Laut Tengah. Batu putih menjadi warna khas yang membuat "kota damai" ini menjadi putih dan indah. Mungkin juga warna putih menunjukkan “panggilan” bagi para penganut agama monotheis untuk selalu memiliki mata yang tertuju pada kekudusan yang menyerupai Tuhan Allah. 

Hari ini, Yohanes dalam Kitab Wahyu membantu kita untuk memandang “Kota Damai” ini. Yohanes memiliki satu visi bahwa pada saat kemenangan akan tiba, seorang malaikat akan turun dari surga dan dengan kuasanya akan membebaskan bumi ini dari kuasa kejahatan selama seribu tahun. Iblis sebagai simbol kejahatan akan dikalahkan. Yohanes juga melihat banyak takhta yang diduduki oleh mereka yang memiliki kuasa untuk mengadili. Roh-roh mereka yang telah dipenggal kepalanya yaitu mereka yang setia kepada Yesus juga dilihat oleh Yohanes. Mereka hidup kembali dan berkuasa bersama dengan Mesias selama seribu tahun.

Istilah seribu tahun membawa kita kepada pemikiran tentang milenialisme atau khiliasme. Paham ini pernah berkembang dan mengatakan bahwa Kristus akan mendirikan Kerajaan di bumi ini 1000 tahun sebelum hari kiamat (Wahyu 20:6). Pada waktu itu segala janji di dalam Perjanjian Lama akan digenapi secara harafiah: kota Yerusalem, takhta Daud, dan Bait Allah akan didirikan lagi, korban-korban akan dibawa lagi. Banyak orang Yahudi akan bertobat dan mengalami zaman kemakmuran di bawah pemerintahan raja Kristus, Anak Daud di Yerusalem. Para penganut paham premilenialisme menfasirkan perikop Wahyu 20:1-6 sebagai gambaran bagi pemerintahan Kristus di bumi selama 1000 tahun, yang akan terjadi segera sesudah kedatanganNya yang kedua kali (Wahyu 19:11-16). 

Namun demikian, Wahyu 20:1-6 ini sebenarnya lebih banyak berbicara tentang keadaan nyata Gereja secara historis. Seribu tahun melambangkan kurun waktu di mana Gereja dibebaskan dari penindasan Yahudi dan Romawi dan dengan kemerdekaan itu Gereja menyebar kemana-mana untuk mewartakan Khabar Sukacita. Gereja bertumbuh dan berkembang hingga saat ini menandai melemahnya kuasa iblis atau setan. Iblis dibelenggu. Kemerdekaan Anak-Anak Allah di dalam Yesus Kristus memampukan setiap pribadi untuk memperjuangkan martabat dan hak-hak asasi manusia, hukum kasih ditegakkan dan semua orang menjadi saudara dan saudari yang menghuni bumi. 

Perubahan pandangan terhadap manusia itu mirip dengan apa yang dikatakan Yohanes , “Surga dan bumi akan lenyap” (Why 20:11). Pada akhir dunia, akan ada pengadilan terakhir. Kita selalu mengakukan dalam doa Credo: “Yesus akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati”. Yesus sendirilah yang akan membaharui segala sesuatu ketika Dia datang untuk mengadili kita. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkata, “Langit dan bumi akan lenyap tetapi PerkataanKu tidak akan berlalu”. (Luk 21:33).

Apakah dengan lenyapnya langit dan bumi berarti berakhir segalanya? Ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain. Ia memberikan langit dan bumi yang baru. Tuhan juga memberikan Yerusalem yang baru, sebuah kota suci dari surga, dari Allah, dihiasi seperti seorang mempelai perempuan yang disiapkan untuk suaminya. 

Langit dan bumi yang baru! Tubuh Kristus yang bangkit dengan mulia membaharui segala sesuatu. Dunia baru menjadi tempat hunian yang nyaman bagi Anak-Anak Allah. Penebusan dari Tuhan sungguh berlimpah bagi semua orang. Cita-cita semua orang adalah mengarah kepada Yerusalem baru, kota damai, di mana semua orang merasakan kedamaian abadi. O Yerusalem, kota mulia..hatiku rindu ke sana!

Doa: Tuhan, selamatkanlah aku. Amen

PJSDB

Renungan 30 November 2012

St. Andreas, Rasul
Hari Jumat, Pekan Biasa XXXIV
Rom 10:9-18
Mzm 19:2-3.4-5
Mat 4:18-22
Andreas, sang Nelayan Manusia

Hari ini bersama seluruh Gereja Katolik, kita merayakan pesta Rasul Andreas. Andreas adalah salah seorang Rasul Yesus. Pada mulanya ia menjadi murid Yohanes Pembaptis tetapi kemudian bersama kawannya ia meninggalkan Yohanes Pembaptis dan mengikuti Yesus. Yohanes Pembaptis saat itu menyebut Yesus sebagai “Anak Domba Allah” (Yoh 1:36-42). Andreas adalah saudara Simon Petrus. Ia lahir di Betzaida,sebuah kota di tepi danau genezaret (Mrk 6:45; Yoh 1:44 dan 12:21). Ayahnya bernama  Yohanes, seorang nelayan di Kapernaum. Andreas membawa Simon saudaranya kepada Yesus. Simon kemudian diubah namanya oleh Yesus menjadi Petrus atau si Batu Karang. Kakak beradik kemudian berjumpah dengan dua  teman yang lain yakni  Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus.

Andreas memegang peran penting dalam beberapa momen kehidupan Yesus. Dia memberitahu Yesus bahwa ada anak yang membawa lima roti dan dua ikan (Yoh 6:5-9) sehingga Yesus memperbanyak roti dan ikan. Dia juga yang mempertanyakan kapan akan terjadi akhir zaman (Mrk 13:3-4). Setelah Yesus wafat Andreas yang dipenuhi Roh Kudus mewartakan Injil di Scytia dan Yunani.  Ia wafat di Acaia dan digantung di salib berbentuk X (silang). Selama dua hari ia digantung dalam posisi demikian tetapi ia tetap berkotbah sampai wafat. Kita mengenal satu bentuk salib yang berbentuk silang dan orang menyebutnya salib St. Andreas.

Bacaan-bacaan Suci pada hari Pesta St. Andreas ini melukiskan seluruh hidupnya. Kisah dimulai dengan perjalanan Yesus di pantai danau Galilea. Yesus melihat Simon dan Andreas, memanggil mereka: “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia manusia”. Mereka pun segera meninggalkan jalanya lalu mengikuti Yesus. Hal yang menarik perhatian kita adalah sikap Yesus. Ia punya inisiatif pertama, keluar dan berjalan dalam lorong kehidupan manusia. Ia menjumpai, menjemput dan menjadikan mereka sebagai penjala manusia. Para Rasul terpilih seperti Andreas memiliki sikap yang terbuka pada Yesus. Mereka mendengar ajakan Yesus, dan segera meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus.

Saya teringat akan satu episode kehidupan St. Yohanes Bosco. Ketika masih berusia 15 tahun, ia sudah punya pemikiran untuk menjadi seorang imam. Pada saat itu Yohanes Melkhior Bosco melihat imam-imam yang baik tetapi hanya dalam pelayanan sebagai imam. Mereka jarang bahkan tidak pernah keluar dari pastoran untuk berjalan dalam lorong kehidupan umat dan menyapa mereka. Maka Yohanes berangan-angan, “Kalau nanti menjadi imam, saya tidak akan seperti mereka. Saya akan berjalan dalam lorong-lorong dan memanggil orang-orang muda untuk tinggal bersamaku”. Yohanes mewujudkan cita-citanya ini ketika menjadi imam bagi kaum muda.

Yesus memang sangat inspiratif bagi banyak orang yang mau memenangkan jiwa-jiwa. Orang harus keluar dari dirinya untuk bisa memenangkan jiwa-jiwa seperti yang dilakukan Yesus terhadap para muridNya. Para orang tua hendaknya keluar dari dirinya untuk mengenal dan mencintai anak-anaknya. Para pendidik juga demikian, keluar dari dirinya untuk berjumpa dengan para peserta didiknya. Yesus menginspirasikan kita untuk melakukan pendekatan pertama. Andreas melakukan itu dalam peristiwa Tabgha dimana Yesus memperbanyak roti dan ikan. Apakah kita bisa membudayakan first approach kepada sesama?

Namun demikian keterbukaan hati pada Allah juga sangat penting. Itu adalah jawaban pasti dari seorang rasul. Andreas segera meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Meninggalkan dan mengikuti adalah pengorbanan diri. Menjadi penjala manusia berarti menjalani misi Yesus bukan hanya sebatas tugas rohani saja tetapi juga tugas jasmani. Artinya orang tidak hanya kaya secara rohani tetapi juga secara jasmani. Orang dapat membuat tanda salib dan perutnya juga kenyang. Ini adalah makna menjadi penjala manusia.

Paulus dalam bacaan pertama mengkonkretkan makna menjala manusia. Tugas para penjala manusia adalah meyakinkan orang lain dengan hidupnya yang konkret bahwa Yesus adalah Tuhan dan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Sabda Tuhan hari ini sangat meneguhkan kita semua. Kita  juga dipanggil menjadi penjala manusia. Mari kita menyerupai Yesus, yang keluar dari diri sendiri untuk menyelamatkan sesama kita. Mari kita wartakan dan membiarkan banyak orang mendengar bahwa Yesus adalah Tuhan dan Ia juga mengalahkan maut dengan kebangkitanNya. Dengan mendengar mereka akan percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan  dan juru selamat kita.

Doa: Ya santo Andreas, doakanlah kami. Amen

PJSDB

Thursday, November 29, 2012

Renungan 29 November 2012

Hari Kamis, Pekan Biasa XXXIV
Why  18:1-2.21-23; 19:1-3.9a
Mzm 100: 2.3.4.5
Luk 21: 20-28

Bangkitlah dan Angkatlah Mukamu!

Pesan BBM menghebohkan banyak orang tentang patung Yesus yang disambar petir di Amerika Serikat. Ada yang berpikir bahwa ini adalah salah satu tanda zaman yang mengarah kepada akhir zaman karena patung Yesus saja disambar petir. Nah, patung Tuhan Yesus saja disambar petir, bagaimana dengan kita umat kristiani yang mengikuti Yesus? Tentu banyak pikiran dan dapat menggoncang iman banyak orang. patung "Raja segala Raja" itu disambar petir pada tanggal 14 Juni 2010, pukul 23:15. Patung ini dibuat sebagai ikon kota Ohio, bagian barat daya Amerika Serikat. Patung ini didirikan di depan gereja Evangelical Solid Rock pada tahun 2004, hanya setengah badan tetapi memiliki ketinggian 19m dan lebarnya 12m dan diberi julukan “Touchdown Jesus”. Kerangka patung terbuat dari baja dan badannya dari bahan fiberglas. 

Meskipun patung Kristus ini sudah lama disambar petir dan terbakar namun beberapa hari terakhir ini beredar di dunia maya berita yang sama dan menghebohkan banyak orang. Ada yang berpikir apakah ini adalah tanda zaman menyongsong hari kiamat? Nah, berita-berita seperti ini menguji kekuatan dan ketahanan iman kita. Apakah iman kita dapat  tahan uji?

Yesus dalam bacaan Injil hari ini membicarakan penganiayaan yang dialami oleh para murid, kehancuran kota Yerusalem dan janji akan kedatanganNya kembali sebagai harapan baru bagi setiap insan. Yesus berkata, “Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat”. (Luk21:20). Kata-kata Yesus ini memang menakutkan para muridNya tetapi empat puluh tahun setelah Ia wafat, tepatnya pada tahun 70M, kota Yerusalem dikepung dan dihancurkan oleh Titus dan pasukannya. Para murid merasa bahwa kehancuran kota Yerusalem bukan lagi hal yang yang baru karena sudah dikatakan Yesus sendiri dan kini digenapi. Mereka juga berpandangan bahwa akhir zaman itu sama dengan peristiwa penghancuran kota Yerusalem.

Yesus melanjutkan gambaran tentang tanda-tanda akhir zaman: “Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, orang-orang di dalam kota harus mengungsi, orang-orang di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota karena ini adalah saat pembalasan.Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah sampai genaplah bangsa-bangsa ini” (Luk 21: 21-22.24). Kelangsungan hidup manusia, peperangan, perbudakan, fenomena-fenomena alam seperti deru dan gelombang laut menjadi tanda-tanda akhir zaman. Matahari, bulan dan bintang menampakkan tanda-tanda dan kuasa langit pun ikut bergoncang.Tanda-tanda ini akan mendahului kedatangan Anak manusia dengan segala kuasa dan kemuliaan.

Tanda-tanda zaman memang sangar menakutkan tetapi Yesus memberi harapan baru. Tanda-tanda itu hanya bagan awalnya saja untuk menyadarkan umat manusia bersiap sedia dengan membangun pertobatan. Yesus menyebutnya "bangkitlah dan angkatlah kepalamu" sebab penyelamatanmu sudah dekat. Yesus sebagai Anak Manusia, sebagaimana digambarkan di dalam Kitab Daniel (7:13-14) dan Wahyu  (14:14) akan datang dalam awan gemawan dengan segala kuasa dan kemuliaanNya. Segala makhluk akan bertekuk lutut di hadapan Yesus karena Bapa sendiri memberikan segala kuasa kepadaNya.

Yohanes di dalam Kitab Wahyu juga menggambarkan situasi chaos dan penderitaan yang dialami manusia. Namun semuanya ini juga berlalu. Tuhan akan tetap menjadi satu-satunya penyelamat. Yohanes melihat seorang  malaikat turun dari surga, memiliki kuasa yang besar. Ia membawa terang kepada bumi dengan kemuliaannya. Dengan suara lantang ia berseru, "Sudah roboh, sudah robohlah Babel kota besar itu" (Why 18:2). Pekik meriah tentang kejatuhan kota Babel sebenarnya sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya (21:9). Mengapa? Karena Babel merupakan kota yang penuh dengan dosa. banyak kuasa kegelapan yang melawan Tuhan berada dan dimiliki penduduk Babel. Jadi Babel merupakan simbol kejahatan atau antiKristus.

Dengan adanya kedatangan Tuhan Yesus Kristus maka kejahatan dapat ditaklukan. Kristus membawa kemenangan dan pembebasan bagi umat manusia. Itu sebabnya Yohanes menulis, "Alleluia, keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan ada pada Allah kita sebab besar dan adillah penghakimanNya. Sebab Dialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusak bumi dengan percabulannya. Dialah yang telah membalas darah hamba-hambaNya kepada pelacur itu. Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan nikah Anak Domba" (Why 19:1-2.9a).

Sabda Tuhan pada hari ini mengundang kita untuk bijaksana di dalam hidup. Kita tidak harus tetap berada dalam zona pesimisme yang berlebihan ketika mengalami penderitaan dan kemalangan. Terkadang kita putus asa dan mengatakan Tuhan tidak memperhatikan kita lagi. Tuhan sudah melupakan kita sehingga Tuhan ditinggalkan begitu saja. Kadang-kadang pengalaman yang menakutkan, tanda-tanda zaman yang heboh membuat kepercayaan kepada Tuhan menjadi luntur. Namun Sabda Tuhan baik dari bacaan pertama dan Injil hari ini memberikan "harapan baru" bagi kita semua bahwa Tuhan ada dan Dia adalah satu-satunya penyelamat kita. 

Hari ini bangunlah harapan baru dan imani bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya bukan salah satu penyelamat kita. Apakah anda percaya Yesus adalah satu-satunya penyelamat dan pembebas kita? Selidikilah bathinmu, buanglah jimat-jimat yang melekat di dalam hidupmu! Ingatlah pesan Tuhan bagi kita hari ini: "Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat!" (Luk 21:28)

Doa: Tuhan semoga kami dapat siap menanti kedatanganMu. Amen

PJSDB

Wednesday, November 28, 2012

Renungan 28 November 2012

Hari Rabu, Pekan Biasa XXXIV
Why 15:1-4
Mzm 98: 1-3ab.7-9
Luk 21:12-19

Kata-kata hikmat berasal dari Yesus sendiri

Kalau kita membaca kisah kemartiran para kudus, kita menemukan betapa banyak kesaksian yang mengobarkan iman kita. Saya teringat kisah kemartiran santo Polikarpus, Uskup dan martir di Smyrne. Pada saat itu musuh-musuh gereja berusaha untuk menghancurkan gereja di keuskupannya. Ia sendiri ditangkap dan saat itu Polikarpus juga tidak melawan. Dia tahu bahwa dia akan dianiaya dan dibunuh tetapi ia tidak takut, bahkan menyiapkan makanan yang lezat untuk para musuhnya. Ia meminta kepada para algojo untuk diberi waktu berdoa sejenak. Setelah itu ia berkata: “Jadilah kehendak Tuhan  atas diriku”. Ia kemudian dibelenggu dan diarak di tengah-tengah orang banyak menuju kediaman pro konsul untuk diadili. 

Di hadapan pro konsul ia diminta untuk menghujat Yesus dan mempersembahkan korban kepada para dewa. Polikarpus menjawab prokonsul, “Sudah delapan puluh enam tahun saya mengabdi Kristus dan tidak pernah saya alami bahwa Kristus berbuat salah kepadaku. Bagaimana mungkin saya dapat menghojat Raja dan Penyelamatku. Tuhanku Yesus Kristus tidak saja berkata ‘bertahanlahdan teguhlah dalam imanmu, cintailah sesamamu; berbelaskasihlah kepada sesamamu, dan bersatulah di dalam kebenaran, melainkan juga DiriNya sendiri dijadikan contoh yang mencolok mata tentang semuanya itu?”

Menarik untuk memahami kata-kata Polikarpus ini. Di saat yang sulit, ekstrim, dia masih berani menjamu para algoju, masih minta untuk berdoa dan mengakui rasa cintanya kepada Kristus di hadapan konsul.  Pikirkanlah dirimu di saat seperti Polikarpus ini. Apa yang akan anda lakukan? Keberanian atau ketakutan yang menguasai dirimu? Yesus dalam Injil hari ini berkata,“Akan datang harinya, kalian ditangkap dan dianiaya.Karena namaKu kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat, dimasukkan ke dalam penjara dan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa. Itulah kesempatan bagimu untuk bersaksi”.(Luk 21:12-13). Polikarpus melakukan dengan sempurna kesaksiannya. Sungguh ini menantang kita semua yang mengakui diri percaya pada Tuhan Yesus.

Yesus juga mengingatkan para muridNya untuk tidak takut atau sibuk mencari pembelaan. Mereka harus tetap teguh dalam iman kepada Yesus. Ia berkata, “Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat, sehingga kalian tak dapat ditentang atau dibantah oleh lawan-lawanmu”. (Luk 21:15). Yesus berkata bahwa ia akan menyertai para muridNya hingga akhir zaman. Bentuk penyertaanNya adalah menguatkan dan memberi kata-kata bijaksana, meletakkan kata-kata di lidah para muridNya untuk bersaksi tentang kebenaran sejati.

Yesus juga menegaskan bahwa musuh yang memecah belah bukan hanya orang lain tetapi orang-orang dalam satu keluarga pun dapat saling bermusuhan.  Karena nama Yesus orang akan membenci dan menganiaya para pengikutNya. Tetapi Yesus meyakinkan para muridNya: “Tidak sehelai rambut kepalamu akan hilang. Kalau kalian bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu” (Luk 21:18-19). Inilah ujian kesetiaan bagi orang-orang yang percaya kepada Kristus. Apakah sampai detik terakhir orang masih bertahan dalam iman?

Apakah semua pengalaman kemartiran ini akan berakhir? Yohanes dalam bacaan pertama dari Kitab Wahyu, memberi sebuah jawaban yang pasti bahwa semua malapetaka, penderitaan dan kemalangan akan berakhir. Yohanes melihat, “Suatu tanda di langit, besar dan ajaib. Tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir dan dengan itu berakhirlah murka Allah”. (Why 15:1)

Selanjutnya tanda nyata terungkap sebagai sebuah nyanyian Musa hamba Tuhan di tepian laut merah dan nyanyian Anak Domba.  Kidung ini mengandung harapan akan pengakuan universal pemerintahan Allah. Dua kidung dinyanyikan orang-orang benar: “Besar dan ajaiblah segala karyaMu ya Tuhan, Allah yang mahakuasa! Adil dan benarlah segala tindakanMu, ya raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut ya Tuhan dan yang tidak memuliakan namaMu?Sebab hanya Engkaulah yang kudus, semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyatalah kebenaran segala penghakiman”.(Why 15: 3-4). Kedua kidung ini menunjukkan betapa luhurnya Tuhan kita yang memberi kemenangan atau keselamatan bagi umat manusia.

Sabda Tuhan hari ini menguatkan kita untuk bertahan dalam segala penderitaan. Mengapa bertahan dalam penderitaan? Karena Tuhanlah penyelamat kita. Tuhanlah yang akan membebaskan atau memberi kemenangan kepada kita. Janji Tuhan terungkap dalam Injil di mana dia sendirilah yang meletakkan kata-kata bijaksana di atas lidah kita dan tak sehelai rambut pun akan hilang dari kepala kita. Tuhan sungguh sayang pada anak-anakNya, anda dan saya. Bersyukurlah dan bertahanlah dalam iman!

Doa: Tuhan, aku bersyukur kepadaMu karena Engkau menyelamatkan Aku. Amen

PJSDB 

Tuesday, November 27, 2012

Renungan 27 November 2012

Hari Selasa, Pekan Biasa XXXIV
Why 14:14-19
Mzm 96:10.11-12.13
Luk 21:5-11

Hal-hal yang mengejutkan dan dahsyat!

Banyak orang membayangkan tentang akhir zaman. Ketika menonton film 2012 terdapat gambaran bagaimana dunia akan hancur. Film diawali dengan adegan yang berlokasi di India. Seorang ilmuwan setempat, Dr Satnam Tsurutani (Jimi Mistry), menemukan fakta bahwa inti dari kulit bumi mengalami kenaikan suhu karena efek yang diakibatkan oleh sebuah ledakan besar di permukaan matahari (sun flare). Menurut perhitungan para ahli, dampak ledakan itu membuat gerakan pada inti bumi. Akibatnya, lempeng bumi yang selama ini menopang daratan di bumi bakal patah dan akan mengakibatkan gempa bumi yang sangat dahsyat. Atas dasar perhitungan itulah, Dr Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor), sahabat Dr Satnam, membuat laporan ke Gedung Putih bahwa kiamat akan tiba. Adrian bertemu kepala staf presiden, Carl Anheuser (Oliver Platt). Carl yang semula meremehkan temuan bumi terus memanas itu langsung terkejut dan merespons. 

Temuan tersebut kemudian dibawa ke pertemuan negara-negara G8 di tahun 2010. Dalam kesempatan itu, Presiden Amerika Serikat Thomas Wilson (Danny Glover) menyampaikan kepada para petinggi dunia bahwa bumi akan dilanda musibah besar terkait inti bumi yang terus memanas. Sejak itu dimulailah sebuah rencana besar. Semua negara sepakat memilih China sebagai tempat untuk membuat sejumlah bahtera besar, barangkali mirip bahtera Nabi Nuh, yang tak lain akan digunakan saat bencana besar tiba. Gedung Putih di Amerika Serikat hancur. Kuasa manusia di atas dunia kelihatan beralih dari negara super power dan berakhir setelah bahtera penyelamat terdampar di China. 

Ini tentu hanya sebuah khayalan manusia, tetapi orang-orang juga sedang ramai memperbincangkan situasi dunia berdasarkan perhitungan kalender suku Maya. Menurut perhitungan mereka pada tanggal 20-an Desember tahun 2012 ini akan ada fenomena alam yang menakutkan seperti matahari tidak akan memberi terangnya. Hal ini tentu membuat banyak orang panik dan ketakutan. Sebenarnya kalau kita rajin membaca Kitab Suci, hal-hal seperti ini juga digambarkan di dalam Kitab Suci. Situasi chaos berkepanjangan dan menakutkan umat manusia. Orang-orang Yahudi pada zaman para rasul pasti mengingat peristiwa tragis kota Yerusalem. Kota suci ini dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada tahun 70M. Yesus sudah meramal dan menangisinya. Dan benar-benar terjadi sebagaimana dikatakan Yesus.

Pada hari ini bacaan Kitab suci memberi gambaran tentang akhir zaman. Gambaran-gambaran  bersifat apokaliptik ini bertujuan untuk menyiapkan umat dalam menyambut kedatangan Tuhan. Dalam bacaan pertama Yohanes memiliki penglihatan ini: “Aku melihat Anak Manusia duduk di atas awan putih dengan sebuah mahkota emas di atas kepalanya dan sebuah sabit tajam di tangannya. Kemudian keluarlah seorang malaikat Tuhan dari Bait Suci dan berseru kepada Dia yang duduk di atas awan putih, “Ayunkalah sabitMu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai, sebab tuaian di bumi sudah masak. Dia pun mengayunkan sabit tajamnya dan menuainya” (Why 14:14-16) 

Di samping memanen gandum di bumi, datang juga seorang malaikat penguasa api dengan Sabit yang lebih besar yang akan dipakai untuk memanen anggur. Malaikat mengayunkan sabitnya keatas bumi, dan menyabit pohon anggur dan dilemparkan ke dalam kilangan besar yaitu murka Allah. Anggur itu akan dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya ratusan mil (Why 14: 19-20).

Gambaran ini cukup menakutkan kita semua. Memang menyabit musuh Allah di tempat kilangan anggur juga sudah ada dalam Perjanjian Lama, misalnya Yes 63:1-6. Kita semua tahu bahwa gandum dan anggur adalah elemen yang penting ketika kita merenungkan Ekaristi. Gandum adalah hasil usaha manusia yang nantinya menjadi santapan rohani. Hosti dari gandum! Anggur berasal dari pohon anggur yang akan menjadi minuman rohani. Hosti dan anggur ini menjadi tanda Paskah Kristus. Yesus sendiri berkata, "Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Sambil memandang hosti dan anggur kita mengingat Yesus yang menderita bagi kita.

Gambaran penyabitan gandum dan anggur adalah gambaran akhir zaman. Pada saat itu manusia akan diadili oleh Tuhan secara pribadi dan bersama-sama. Gandum dan anggur disabit sendiri-sendiri tetapi pada saat bersamaan. Gandum dipangkas dengan sabit dan anggur dipotong untuk diperas. Gandum untuk menjadi hosti dan nanti menjadi Tubuh Kristus harus melewati proses yang rumit. Gandum harus merelakan diri untuk hancur, kemudian dipanaskan sesuai mal hostinya sehingga menjadi hosti yang putih dan nantinya menjadi Tubuh Kristus. Anggur harus membiarkan diri dipotong, diperas dan semakin lama diperas akan menghasilkan air anggur yang berkualitas tinggi. Ini menggambarkan pemuridan yang benar. Orang dapat menjadi pengikut Kristus yang sejati ketika dia rela menderita dan menerima diri seperti gandum dan anggur.

Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menegur para murid yang terpesona dengan bangunan Bait Allah. Yesus berusaha menyadarkan mereka bahwa bangunan itu akan rubuh,  hancur total. Bangunan itu hanya buatan tangan manusia. Maka hal yang harus diperjuangkan adalah keselamatan kekal dalam diri dan sesama. Ada tantangan tersendiri bagi Gereja. Ada orang yang akan muncul dan mengaku diri sebagai Mesias. Mereka itu adalah nabi-nabi palsu. Maka Yesus juga mengajak para muridNya untuk waspada terhadap orang-orang yang patut dicurigakan. Di samping itu akan ada banyak tanda yang menakutkan seperti  gempa bumi, peperangan, penyakit sampar dan kelaparan. Ini adalah  sebagian dari hal yang mengejutkan dan dashyat!

Hari ini Sabda Tuhan mengingatkan kita untuk selalu siap menanti  kedatanganNya. Sikap bathin kita adalah selalu siap kapan dan di mana saja kita berada dan Tuhan memanggil kita. Mari kita membaca tanda-tanda zaman dan hikmat yang kita peroleh selama hidup ini. Apakah anda menyadari kehadiran Tuhan dan penyertaanNya bagimu? Bagaimana sikap anda terhadap tanda-tanda zaman yang menakutkanmu?

Doa: Tuhan, baharuilah komunitas kami ini dalam kasihMu. Amen

PJSDB

Monday, November 26, 2012

Renungan 26 November 2012

Hari Senin, Pekan Biasa XXXIV
Why 14:1-3.4-5
Mzm 24: 1-2.3-4.5-6
Luk 21:1-4

Persembahan yang Murni!

Dalam wawancara dengan para calon yang hendak memasuki hidup bakti dalam sebuah tarekat religius, saya menemukan pertanyaan-pertanyaan yang mirip seputar pemberian diri secara total kepada Tuhan. Dari banyak calon yang diwawancarai umumnya memiliki satu kekhawatiran terutama tentang apa yang dapat mereka peroleh sebagai imbalan dari pemberian diri atau membaktikan kepada Tuhan. Apa yang dapat diberikan sebagai anak yang membaktikan diri sepenuhnya untuk Tuhan bagi orang tuannya. Gambaran umum yang diperoleh adalah belum ada pemahaman yang mendalam dalam arti masih dangkal dalam membaktikan diri untuk Tuhan dan sesama.

Mengikuti Kristus bukanlah hal yang mudah. Orang perlu matang dalam mengambil keputusan untuk membaktikan diri bagi Kristus. Para murid Yesus Kristus yang setiap hari bersama denganNya saja masih labil dalam hal iman. Namun demikian Sabda Tuhan selalu memiliki kekuatan untuk membimbing mereka bersatu dengannya. Pengalaman para rasul juga menjadi pengalaman kita saat ini. Sabda Tuhan adalah pelita bagi langkah kaki kita (Mzm 119:105).

Yohanes dalam Kitab Wahyu melanjutkan penglihatannya. Inilah penglihatan Yohanes: "Aku melihat Anak Domba berdiri di bukit Zion dan bersama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang. Pada dahi mereka tertulis nama Anak Domba dan nama BapaNya." Pada zaman Yohanes ada kekuatan-kekuatan yang harus dilawan hanya dengan mengandalkan Kristus. Binatang-binatang buas yang diungkapkan dalam Kitab Wahyu ini melambangkan kuasa jahat setan dalam Kerajaan Romawi. Hanya dengan kuasa Yesus maka kuasa jahat ini dapat dikalahkan. Penglihatan Yohanes tentang Anak Domba yang berdiri di Gunung Sion. Sion mewakili Gereja duniawi dan surgawi. Tuhan Yesus memerintah di tengah umat kesayanganNya yang bahagia dan yang dikejar-kejar, ditindas dan dibelenggu oleh orang yang tidak percaya.

Yohanes mengungkapkan angka-angka orang benar dengan dahi bertuliskan Anak Domba dan nama BapaNya. Angka seratus empat puluh empat ribu menunjuk pada orang-orang Kristen dalam Kerajaan Romawi yang tetap teguh imannya meskipun ada penganiayaan, penindasan dan dibelenggu. Mereka adalah orang-orang pertama yang ditebus dan mereka mewakili kaum beriman di masa-masa berikutnya. Angka  seratus empat puluh empat ribu ini menarik. Simaklah apa yang sudah diungkapkan Yohanes dalam Wahyu 7:4-9. Seratus empat puluh empat ribu orang itu mewakili para terpilih orang Yahudi. 

Dengan perhitungan lain ada dua belas suku Israel. Kalau masing-masing suku memiliki duabelas ribu orang maka totalnya seratus empat puluh empat ribu. Secara matematis duabelas dipangkatkan dua dan dikali seribu. Mereka-mereka ini adalah orang murni. Mereka bisa saja para perawan dan martir. Seratus empat puluh empat ribu orang ini bernyanyi di hadapan Tuhan suatu nyanyian baru. Seratus empat puluh empat ribu orang ini juga merupakan orang-orang benar yang mengikuti Anak Domba kemana saja Dia pergi. Mereka adalah kurban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba. Mereka tidak berdusta, mereka tidak bercela di hadirat Tuhan.

Yohanes mengantar kita untuk memahami bagaimana menjadi orang benar di hadirat Tuhan. Bagaimana menjadi orang yang hidup tanpa cela di hadirat Tuhan. Satu hal yang penting di sini adalah persembahan atau pemberian diri secara total kepada Tuhan. Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus memuji janda miskin yang memberi seluruh yang ia miliki untuk Tuhan. Orang-orang yang kaya memberi dari kelebihan tetapi orang yang miskin memberi seluruh yang dimiliki untuk Tuhan. Jadi bagi Kristus dalam memberi atau berderma bukan tergantung pada apa dan berapa yang diberikan tetapi apa yang  dimiliki oleh seseorang.  Janda miskin adalah penderma sejati yang memberi tanpa perhitungan tertentu. Bagaimana dengan anda dalam berbagi?

Sabda Tuhan menguatkan kita untuk menyadari betapa besar kasih dan kesetiaan Tuhan bagi kita. Ia memanggil dan menguduskan kita sesuai rencanaNya. Ia tidak pernah memperhitungkan dosa dan salah kita. Ia memperhatikan martabat kita sebagai orang yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Dia juga menghendaki agar kita mempersembahkan segalanya bagi Tuhan. 

Semua orang akan dikumpulkan  di Gunung Sion mengelilingi sang Anak Domba. Sudah ada meterai di dahi masing-masing orang bertuliskan Anak Domba dan Bapa Surgawi. Mengapa ada meterai? Karena orang-orang benar sudah mengikuti Yesus dan mencintainya sampai tuntas. Pertanyaan bagi kita adalah, apakah kita menulis nama Yesus di dalam hati kita? Apakah anda juga dapat mempersembahkan diri sampai tuntas?

Doa: Tuhan, terima kasih atas segala  yang Engkau  limpahkan kepada kami. Amin

PJSDB

Sunday, November 25, 2012

Homili Hari Minggu Biasa XXXIV/B, Kristus Raja Semesta Alam


Dan 7: 13-14
Mzm 93: 1ab.1c.-2.5
Why 1:5-8
Yoh 18: 33b-37

Aku adalah Raja!


Hari ini seluruh Gereja katolik merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Hari ini  juga menjadi hari Minggu terakhir dalam liturgi tahun B. Hari Minggu depan kita akan memasuki Hari Minggu Pertama Adven, tahun C. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Namun demikian Tuhan senantiasa menyertai kita semua dalam waktu-waktu kehidupan dan memberi kesempatan kepada kita untuk selalu terarah kepadaNya. Kita memulai tahun baru liturgi dari masa adventus dan berjalan bersama Yesus selama satu tahun liturgi dalam Masa Biasa dan Masa Khusus (Natal dan Paskah). Kiblat hidup kita terarah hanya ke Surga, persatuan dengan Bapa di Surga. Pesta ini menjadi populer di dalam Gereja sejak tahun 1925 pada zaman Paus Pius XI. Fokus perayaan ini adalah sebagai hari Minggu terakhir dalam tahun liturgi dan juga untuk menyiapkan umat untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus Raja kita yang akan mengadili orang yang hidup dan mati.

Bacaan-bacaan liturgi pada hari ini membantu mengarahkan kita kepada figur Yesus sebagai raja semesta alam. Daniel dalam bacaan pertama memiliki visi ini: “Tampak seorang seperti Anak Manusia datang dari langit bersama awan gemawan. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya dan diantar ke hadapanNya. Ia diserahi kekuasaan, kehormatan,  dan kuasa sebagai raja.” Visi atau penglihatan Daniel ini menarik perhatian kita karena menggambarkan Anak Manusia, sebuah gelar yang juga di miliki oleh Yesus (Mat 8:20; Mrk 2:10; Luk 5:23: Yoh 3:13). Anak manusia datang dalam kemuliaan dinaungi awan gemawan. Memang awan adalah shekina atau gambaran bahwa Tuhan hadir di sana dengan segala kemuliaanNya.  Ia menghadap Dia yang lanjut usia menunjukkan ketaatan sebagai Putera kepada Bapa.  Dan karena ketaatanNya itu maka segala kukasaan dan kehormatan serta kuasa sebagai raja dianugerahkan kepadaNya. KerajaanNya pun tidak akan berakhir karena segala bangsa dan kaum tunduk kepadaNya. KekuasaanNya kekal dan kerajaanNya takkan binasa.

Dalam bacaan kedua dari Kitab Wahyu, Yohanes menggambarkan bahwa Kristus sebagai Raja melepaskan umatNya dari belenggu dosa. Kristus adalah saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi. Dia menjadikan kita sebagai sebuah Kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah BapaNya. Sama seperti visi Daniel dalam bacaan pertama, Yohanes juga memilik visi tentang kedatangan Anak Manusia dalam awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Semua bangsa  di bumi akan meratapi Dia. Memang Dia adalah Alfa dan Omega. Dialah yang awal dan akhir, kekal selamanya.

Dalam bacaan Injil Yesus mengakui dirinya secara terang-terangan bahwa Dia adalah Raja. Dalam situasi yang ekstrim di pengadilan Yesus ditanya oleh Pilatus, “Engkaukah raja orang Yahudi?" Yesus tidak menjawab pertanyaan Pilatus. Dia hanya menanggapi tanpa menjawab. Pada akhirnya Yesus dengan tegas berkata, “KerajaanKu bukan dari dunia ini! Jika kerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu sudah melawan supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi.” Mendengar semua ini Pilatus dengan emosi tingkat dewa bertanya lagi, “Jadi Engkau adalah raja?” Yesus dengan tegas menjawab, “Seperti yang sudah Kukatakan bahwa Akulah Raja! Sebagai Raja, Aku memberi kesaksian tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran akan mendengar suaraKu”.  

Pertanyaan kita lebih lanjut adalah apakah kekahasan Kerajaan yang diwartakan Yesus ini. Yesus menerima tugas mulia untuk datang kepada Bapa dan diserahi tugas untuk merajai seluruh bumi dan isinya. Seluruh bumi takhluk kepadaNya. Kerajaan yang Ia wartakan bukanlah Kerajaan secara politis dan kuasa melainkan Kerajaan kasih, keadilan dan damai sejahtera. 

Perayaan hari ini juga mengundang kita untuk memandang Yesus yang tersalib, Dialah Raja Mulia yang kita sembah. Yesus adalah Raja yang unik. Sebagai Raja, Ia berbeda dengan raja duniawi: Ia tidak memiliki topi kebesaran sebagai Raja. Ia hanya memiliki mahkota berduri dan berdarah. Ia tidak memiliki kursi empuk untuk bersandar, tetapi hanya memiliki Salib, sebatang kayu kasar. Ia tidak memiliki pakaian kebesaran sebagai Raja, Ia justru wafat tak berbusana di atas kayu Salib. Yesus adalah Raja yang unik!

Saya mengakhiri Homili ini dengan mengulangi seruan yang bagus bagi Kristus Raja:  

Christus vincit, 
Christus regnat,
Christus, Christus imperat

Doa: Tuhan semoga Engkau merajai kami supaya tetap setia dalam hidup dan mengarahkan kami hanya kepadaMu.

PJSDB

Saturday, November 24, 2012

Renungan 24 November 2012

Hari Sabtu, pekan Biasa XXXIII
Why 11:4-12
Mzm 144:1-2.9-10
Luk 20:27-40

Ada apa setelah kematianmu?

Hari ini seluruh Gereja katolik merayakan pesta para martir dari Vietnam. St. Andreas Dung-Lac adalah seorang imam beserta semua rekan-rekannya. Andreas sendiri menjadi martir pada tahun 1839 dan dibeatifikasi tahun 1900 oleh Paus Leo XIII. Penginjilan di Vietnam terjadi pada abad XVIII-XIX. Di antara para martir terdapat 117 orang. Ada 8 uskup, 50 imam, 59 awam dari berbagai negara yang berbeda. Yohanes Paulus II memberi gelar kudus kapada para martir ini tanggal 19 Juni 1988. Para kudus bergembira di surga, sebab mengikuti jejak Kristus. Mereka menumpahkan darah demi Dia dan kini bersukaria selamanya.

Kemartiran merupakan tema yang menjiwai bacaan pertama. Yohanes mendengar suara yang berkata, “Lihatlah kedua saksiku ini. Mereka itulah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.” (Why 11:4) Siapakah kedua saksi itu? Yohanes menghadirkan figur  Musa dan Elia. Musa mewakili Taurat dan Elia mewakili para nabi. Kita teringat pada episode Yesus menampakan kemuliaanNya di gunung Tabor. Yesus berbicara dengan Musa dan Elia (Mat 17:3). Kedua nabi ini digambarkan seperti dua pohon zaitun dan dua kaki dian (Zak 4:3.11). Kedua saksi ini memiliki kemampuan untuk mengeluarkan api dari mulut dan menghanguskan semua musuh mereka. Kalau ada orang yang menyakiti mereka maka orang itu akan mati. Mereka punya kuas untuk menutup langit sehingga tidak turun hujan. Mereka punya kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah dan memukul bumi dengan mala petaka.

Namun demikian akan muncul musuh yang menghancurkan mereka. Mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota itu. Mayat mereka akan dilihat semua orang selama tiga setengah hari lamanya, mayat-mayat itu juga tidak dikubur. Semua orang akan bergembira dan berpesta karena kematian dua saksi ini. Setelah tiga setengah hari roh kehidupan dari Allah akan masuk ke dalam kedua saksi ini dan mereka akan hidup kembali. Kita mengingat apa yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Yehezkiel tentang tulang-tulang kering (Yeh 37:10). Bahkan ada suara di surga yang berseru: “naiklah kemari!” Mereka akan ke langit. Diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.

Ada seorang sahabat yang bertanya kepadaku, “Apa yang akan terjadi sesudah hidup di dunia ini?” Ada yang tidak percaya bahwa akan ada kelanjutannya. Para nabi sebagai utusan Tuhan saja dibunuh dengan keji. Yesus Putera Allah saja dibunuh dengan tragis dan bangkit pada hari yang ketiga. Yohanes dalam perikop ini mau mengatakan bahwa setelah kematian ada kebangkitan badan. Kebangkitan adalah lambang hidup yang baru. Kita semua yang dibangkitkan akan menjadi baru bersama Kristus.

Yesus dalam injil memberi jawaban yang pasti tentang apa yang terjadi setelah kematian. Orang-orang Saduki datang kepada Yesus dan mempertanyakan tentang hidup baru yang akan dialami oleh tujuh pria yang menikahi seorang wanita. Yesus dengan bijaksana menjawab: “Orang-orang dunia kawin dan dikawinkan, tetapi orang-orang yang dianggap layak mendapat bagian dalam dunia yang lain dan dalam kebangkitan orang mati tidak akan kawin dan tidak dikawinkan.  Mengapa? Karena mereka tidak akan mati lagi. Mereka akan seperti malaikat-malaikat dan anak-anak Allah karena sudah dibangkitkan.”  (Luk 20:34-36). Alasan kedua yang kiranya membuat mereka terbuka untuk berpikir adalah pengalaman Musa yang berjumpa dengan Yahwe dalam semak belukar yang menyala. Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati. Di hadapan Allah semua orang hidup. (Luk 20: 37-38)

Kedua jawaban Yesus ini tepat dan membuka wawasan orang Saduki tentang kebangkitan. Kita pun di bantu untuk mengerti bahwa sesudah hidup ini ada hidup baru yang di janjikan Tuhan. Memang para utusan Tuhan, para martir telah gugur demi kemuliaan Tuhan. Teladan kemartiran mereka membuktikan bahwa hidup mereka sungguh diubah menjadi persembahan yang sangat berharga. Darah para martir ditumpahkan demi nama Kristus turut membuat mereka serupa denganNya dan menampakkan kejayaan rahmatNya.

Kita juga diingatkan Tuhan Yesus untuk selalu ingat bahwa Allah yang kita imani adalah Allah yang hidup bukan Allah orang mati. Kita semua memiliki panggilan luhur untuk menjadi anak-anak Allah yang dibangkitkan karena Kristus. Mereka yang sudah meninggal dalam Kristus akan menyerupai para malaikat dan melayani Tuhan siang dan malam. Demikian kita pun akan mengalami hal yang sama, ketika memiliki tubuh mulia seperti Kristus sendiri. Kita patut berbangga karena Tuhan mengasihi dan menguduskan tubuh kita yang fana menjadi tubuh yang mulia.

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau selalu memberi hidup baru kepada kami. Amen

PJSDB

Friday, November 23, 2012

Renungan 23 November 2012

Hari Jumat Pekan Biasa XXXIII
Why 10:8-11
Mzm 118: 14.24.72.103.111.131
Luk 19:45-48

Ambillah Kitab itu dan Makanlah!

Seorang umat kembali ke rumah dengan wajah yang tidak ceria dari gereja. Ia kesal dengan pastornya yang menggunakan mimbar untuk meluapkan kemarahan dan rasa kesalnya dan lupa bahwa mimbar Sabda adalah tempat untuk mewartakan Sabda Tuhan. Ia berkata, “Seminggu aku bekerja sebagai orang awam dan mengalami banyak suka dan duka. Aku ke Gereja untuk berjumpa dengan Tuhan dan mendengar SabdaNya serta menyantap Tubuh dan Darah dalam Ekaristi. Tetapi begitu tiba di gereja aku merasa tidak nyaman. Petugas tata tertib gereja hanya berdiri dan ngobrol, mereka lupa tugasnya untuk menjemput dan mengantar umat ke tempat duduk yang masih memungkinkan. Romo juga menggunakan kesempatan untuk meluapkan kemarahannya di mimbar Sabda dengan mengecam, penuh dengan anjuran moral bagi para umatnya".

Seorang Nabi menerima panggilan dari Tuhan untuk menjadi utusan. Dia akan berbicara bukan atas nama dan untuk diriNya sendiri melainkan atas nama Yahwe untuk kebaikan dirinya dan semua orang. Sebagai seorang pilihan Tuhan Allah, ia harus tahan banting, siap menderita untuk Tuhan dan sesama. Nabi bertindak atas nama Allah. Maka Sabda  Allah haruslah menjadi milik nabi dan juga hendaknya diterima dan dimiliki oleh setiap orang. Yohanes merasa betapa pentingnya Sabda yaitu pribadi Yesus sendiri bagi manusia. Itu sebabnya ia mau menerima dan menyimpannya di dalam hati.

Yohanes mendengar suara dari langit, “Pergilah, ambillah gulungan Kitab yang terbuka di tangan malaikat yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu”. (Why 10: 8). Yohanes menyadarkan komunitasnya tentang betapa pentingnya membawa Sabda di dalam hidup mereka. “Pergi dan ambillah gulungan Kitab” merupakan sebuah komando penting dan harus ditaati mereka. Setiap orang percaya atau orang yang dibaptis harus selalu bersedia untuk mengikuti kehendak Tuhan: “Pergilah, ambillah”. Selanjutnya Yohanes memberi kesaksian bahwa ia pergi dan mengambil gulungan Kitab. Malaikat berkata, “Ambillah dan makanlah. Kitab itu akan terasa pahit dalam perutmu, tetapi manis seperti madu di mulutmu”. (Why 10:9).

Yohanes pun mengambil dan memakan gulungan Kitab yang disiapkan baginya. Sebenarnya pengalaman Yohanes memakan gulungan Kitab juga pernah dialami oleh Yehezkiel 2: 8-3:4). Rasanya manis dan asam, suaranya lembut tetapi tugasnya berat. Ada rasa manis dan pahit. Rasa manis karena penyertaan Tuhan yang tiada bandingnya. Rasa pahit karena pengalaman penderitaan menjelang hari Tuhan (Zef 1:14).  Dengan demikian kita mengerti bahwa sejarah Israel  itu penting  yang digambarkan dengan tujuh meterai (Why 5:1). 

Bacaan dari Kitab Wahyu kepada Yohanes ini membuat kita menyadari bahwa setiap pewarta kabar sukacita, para imam dalam memberi homili harus menyadari bahwa dirinya mewartakan Yesus. Kehendak Allah yang harus diwartakan bukan keyakinan pribadi. Sama seperti Yohanes yang diminta untuk mengunyah gulungan Kitab, demikian pula seorang pewarta sabda atau imam harus mengunyanya terlebih dahulu sebelum mewartakan kepada seluruh umat. Firman Tuhan bisa manis di mulut, pahit di telan.

Tuhan Yesus dalam Injil mengadakan sebuah pembaharuan. Pembaharuan yang berasal dari dalam hatiNya. Hal ini ditunjukkan Yesus ketika mengusir para pedagang asongan di dalam rumah ibadat mereka. Secara lahiriah mereka patut membersihkan tempat itu. Namun  sebagai orang percaya kita mengerti bahwa yang dikehendaki Yesus adalah hati kita yang bersih dan hanya tertuju kepadaNya. Di tempat seperti ini orang merasakan kebutuhan rohani yang mendalam. Kita butuh Yesus senantiasa di dalam hidup ini da biarkanlah Ia masuk dan membersihkan diri kita.

Doa: Tuhan, semoga kami menyadari pertobatan yang radikal yang Engkau anugerahkan bagi kita.

 PJSDB

Thursday, November 22, 2012

Renungan 22 November 2012

St. Sesilia, Perawan dan Martir
Why 5:1-10
Mzm 149:1-6.9
Luk 19:41-44

DarahMu telah membeli mereka bagi Allah!

Hari ini bersama seluruh Gereja, kita merayakan Pesta St. Sesilia. Sesilia merupakan Puteri bangsawan Romawi yang hidup pada masa kekaisaran Alexander Severus (176-180). Ia menjadi murid Kristus dan dalam usia muda ia menjadi kudus. Ketika ia masih kecil, ia membiasakan dirinya untuk bermatiraga sehingga dapat mengalami penderitaan Kristus. ia juga berjanji untuk hidup sederhana dan menjadi mempelai Kristus. Ayahnya memaksa Sesilia untuk menikah dengan Valerianus, seorang pemuda kafir. Ia tetap menjaga kemurnian hidupnya meskipun menikah dengan Valerianus. Valerianus kemudian dibaptis oleh Paus Urbanus. Ia sangat menghormati kekudusan Sesilia. Valerianus kemudian ditangkap dan dibunuh di Roma. Sesilia juga mengalami nasib yang sama sebagai martir. Lehernya dipenggal oleh para algojo kafir. Jenasanya dikuburkan oleh Paus Urbanus. Sesilia adalah pelindung musik gereja. Ia menumpahkan darahnya untuk mencintai Kristus, Anak Domba Allah.

Dalam budaya tertentu selalu diadakan upacara-upacara untuk kebahagian dan kebaikan bersama banyak orang. Mereka menggunakan darah ayam untuk menerima seseorang masuk dalam kelompok suku adat tersebut. Rumah yang baru dibangun mulai dari fondasi hingga bagian fisik rumah baru itu diperciki dengan darah ayam jantan sambil mengucapkan mantra tertentu. Rumah tinggal akan nyaman dan bebas dari gangguan kuasa apa pun.  Darah  memang memiliki makna yang mendalam di dalam hidup  setiap hari. Darah dalam bentuk apa saja memiliki power tertentu. Darah memberi kehidupan kepada sesama. Berkali-kali saya menjadi peserta donor darah. Ketika darah saya diambil 250cc untuk saudara yang membutuhkan, saya merasa bahagia membagi kehidupan dengan sesama yang membutuhkan hidup.

Yohanes dalam Kitab Wahyu melihat sesuatu yang baru. Kali ini ia melihat Kitab yang dimeterai dan Anak Domba. Kitab Suci adalah Kisah Suci Tuhan berkarya di tengah umat terpilih dan Kristus sebagai Anak Domba.  Bagi banyak orang dalam komunitas Yohanes terutama kaum Yahudi, mereka melihat Kitab Perjanjian lama sebagai bagian dari sejarah bangsa mereka.  Mereka yang lain yakin bahwa Kitab Perjanjian lama berisikan sejarah seluruh  umat manusia.  Sebenarnya berdasarkan ramalan Yesus, bangsa Yahudi hancur pada tahun 70M (Mrk 13). Orang-orang kristen yang berasal dari kalangan Yahudi memiliki pertanyaan mendasar: kalau Yesus Kristus adalah Penyelamat seperti yang dikatakanNya sendiri  dan diwartakan para muridNya, mengapa  sejarah Israel berakhir tragis? Mengapa kaum Yahudi tidak mengenal Yesus sebagai Penyelamat?

Terlepas dari semua ini, gulungan Kitab yang mengisahkan sejarah hidup Bangsa terpilih dan bangsa manusia dimeteraikan. Hanya Allah saja yang memiliki kuasa atas Kitab yang dimeteraikan itu. Hanya Kristus yang menyingkapkan kematian  dan kebangkitan. Memang hanya Kristus yang dapat melakukan itu karena Ia sendiri memberi diriNya sampai tuntas. Dengan demikian orang yang menerima penebusan dari Yesus akan berkuasa atas Kitab itu.

Hal terpenting yang diwartakan Yohanes di sini adalah Yesus adalah Anak Domba. Anak Domba berdiri di tengah-tengah takhta. Anak Domba itu kelihatan telah disembeli. Ia bertanduk tujuh dan bermata tujuh. Itulah ketujuh  Roh Allah di bumi. Anak Domba yang disembeli layak menerima gulungan Kitab dari tangan Dia yang duduk di takhta.  Empat makhluk dan keduapuluh empat tua-tua bersujud di hadiratNya dengan berseru: “Layaklah Engkau menerima gulungan Kitab dan membuka ketujuh meterainya. Sebab Engkau telah disembelih dan dengan darahMu telah membeli mereka bagi Allah dari setiap suku, bahasa, kaum dan bangsa. Engkau telah membuat mereka sebagai suatu Kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah dan mereka menjadi raja yang memerintah bumi” (Why 5:9-10).

Kristus digambarkan oleh Yohanes sebagai Dia yang sudah mulia, pemenang atas segala kejahatan di bumi. Dialah Anak Domba yang membasuh dunia dengan darahNya. Para pengikut Kristus dengan rahmat pembaptisan memiliki martabat sebagai imam. Anak Domba sebagaimana digambarkan di atas memiliki kuasa yang besar untuk membuka meterai Kitab.

Yesus menyadari perutusanNya maka ketika melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Mengapa Yesus menangisi kota Yerusalem? Karena Yerusalem sebagai kita damai tidak mengetahui saat Tuhan melawatinya. Yesus berkata, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya  andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan engkau beserta semua pendudukmu. Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu pun dibiarkan terletak di atas batu yang lain.” (Luk 19:42-44). Tangisan Yesus ini memang terbukti dalam sejarah Israel di mana pada tahun 70 Yerusalem dihancurkan. Mereka telah menolak Yesus yang melawati kota Yerusalem.

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk menyadari panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Kita dipanggil untuk menyadari kembali Sakramen Pembaptisan yang telah diterima sebagai saat pertama kita dikuduskan oleh Allah Tritunggal, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Kita juga bertumbuh sebagai pengikut Kristus yang setia, yang menyadari bahwa Tuhan sedang mengunjungi umatNya. Tuhan Yesus dengan darahNya yang mulai menyelamatkan kita. Dialah Martir agung. Gereja memiliki devosi kepada para martir yang menumpahkan darahNya: "Inilah martir sejati yang bersedia menumpahkan darah untuk membela nama Kristus. Ia tidak takut menghadapi ancaman di pengadilan. Kerajaan Surga kini menjadi miliknya."

Doa: Tuhan, terma kasih karena Engkau senantiasa mengunjungi kami umat kesayanganMu. Amen

PJSDB

Wednesday, November 21, 2012

Renungan 21 November 2012

Hari Rabu, Pekan Biasa XXXIII
Why 4:1-11
Mzm 150: 1-6
Luk 19:11-28
Sanctus Dominus Deus Sabaoth!

Seorang ibu menyanyi dengan suara lantang: “Sanctus..sanctus...sanctus Dominus Deus Sabaoth, Pleni sunt caeli et terra gloria tua. Hosana in excelsis. Benedictus qui venit in nomine Domini, Hosana in excelsis”. Mata semua orang tertuju padanya. Dengan wajah kemerah-merahan ia bertanya kepada teman di sampingnya: “Mengapa semua orang memandangku dengan keheran-heranan?” “Kamu hebat, karena baru kali ini kamu menyanyikan lagu Kudus dengan baik, bahkan dalam bahasa Latin” kata temannya. Ibu itu sedang percaya diri karena dia merasa terkesan menyanyikan lagu kudus: “Kudus, kudus, kudus Tuhan Allah segala kuasa, Surga dan bumi penuh kemuliaan. Terpujilah yang datang dalam nama Tuhan. Terpujilah Engkau di Surga”. Banyak kali kita mendoakan atau menyanyikan lagu Kudus ini secara instan karena sudah terbiasa dalam perayaan Ekaristi dan kurang menghayatinya. Hari ini kita justru diingatkan untuk menghayatinya dengan baik.

Yohanes dalam Kitab wahyu hari ini mencoba membantu kita untuk memahami keluhuran dan kesucian Allah. Untuk itu ia menggunakan bahan-bahan dari Kitab Perjanjian Lama bukan sekedar untuk mengingatkan tetapi menghayatinya secara baru dalam Kristus. Itu sebabnya di dalam gereja masa kini, selalu ada nyanyian pujian bagi Allah sang pencipta. Dia adalah pencipta dan Tuhan atas segala sesuatu.

Yohanes mengisahkan penglihatannya: “Sebuah pintu terbuka di Surga, dan suara yang dulu pernah ku dengar berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya, “Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.“ (Why 4:1) Yohanes dipenuhi oleh Roh Kudus dan melihat taktha dan orang yang Mahaluhur duduk di atas takhta itu. Segala makhluk memuji dan memuliakan Dia yang ada di atas Takhta: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah yang mahakuasa yang selalu ada dahulu, kini dan kelak” (Why 4:8; Yes 6:2-3). Para tua-tua yang berjumlah dua puluh empat orang juga berlutut sambil berseru: “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat, dan kuasa. Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu. Dan karena kehendakMu, semuanya itu ada dan diciptakan.”(Why 4:11).

Gambaran St. Yohanes ini membantu kita untuk membayangkan situasi di Surga: Di langit ada sebuah takhta.  Seorang manusia yang agung duduk di atasnya. Dialah seorang yang tidak kelihatan, yang daripadanya cahaya dan hidup memancar. Dialah Wujud Ilahi yang direnungkan dalam sumbernya, yaitu Bapa. WajahNya memang tidak dapat dilukiskan namun semua unsur alam yang begitu mulia dan berharga dipakai untuk menunjukkan keilahianNya. Ada angin ribut, kekuatan api, kemurnian dan kesegaran air.  Para tua-tua berjumlah dua puluh empat orang adalah orang-orang kudus dalam dunia Perjanjian Lama sebagai gambaran orang-orang yang setia (Yes 24:23). Empat makhluk hidup adalah simbol malaikat-malaikat.

Yohanes juga menggunakan simbol-simbol untuk menggambarkan Allah sebagaimana dilakukan oleh Yesaya dan Yehzkiel. Gambaran tentang hewan-hewan: singa, lembu, muka manusia, burung rajawali kemudian dipakai dalam kesenian kristiani untuk melambangkan keempat penulis injil: Matius (muka manusia), Markus (Singa), Lukas (sapi) dan Yohanes (burung rajawali).

Penginjil Lukas mengingatkan kita dalam bacaan Injil hari ini untuk selalu bersiap siaga di hadirat Tuhan, manakala Ia menuntut kita untuk bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah diserahkan kepada kita. Setiap orang telah menerima cuma-cuma dari Tuhan berupa waktu bakat dan kemampuan untuk mengembangkan Kerajaan Allah. Maka yang diminta dari Tuhan adalah bagaimana setiap pribadi dituntut untuk  mempertanggungjawabkan waktu, bakat dan kemampuannya di hadirat Tuhan.  Hal yang paling penting yang dituntut oleh Tuhan bukan soal berapa barang yang kita miliki, tetapi berapa yang sudah laku dan berguna bagi saudara-saudara yang membutuhkan, terutama yang miskin dan papa.  Kita punya tugas mengembangkan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa.

Sabda Tuhan hari ini memanggil kita kepada kekudusan. Tuhan Allah kita kudus maka kita juga hendaknya mengembangkan waktu, bakat dan kemampuan kita untuk menjadi kudus. Apakah anda berani menjadi kudus?  Tidak hanya perlu tetapi harus!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mengembangkan bakat dan kemampuan kami untuk kemuliaan namaMu. Amen

PJSDB

Renungan 21 November 2012

Bunda Maria dipersembahkan
Za 2:10-13
Mzm (Luk 1:46-55)
Mat 12:46-50

IbuMu berusaha menemui Engkau!

Konon St. Joakim dan St. Anna lama tidak memiliki anak. Mereka berdoa kepada Yahwe dan bernazar bahwa kalau saja mereka memiliki seorang  anak, maka mereka akan mempersembahkannya untuk melayani Allah. Doa mereka dan nazar mereka diterima oleh Tuhan maka St. Ana mengandung dan melahirkan Maria di usia senja. Pada saat berusia 3 tahun, Maria diantar oleh orang tuanya untuk dipersembahkan kepada Yahwe di dalam Bait Allah. Bait Allah memiliki 15 anak tangga dan Maria yang baru berusia 3 tahun itu mampu menaikinya. Semua anak tangga ini menuju ke ruang maha kudus. Hanya para imam agung yang diperkenankan untuk masuk ke dalamnya. Imam agung yang bertugas, dengan bimbingan Roh Kudus, mengangkat Maria dan membawanya masuk ke dalam Ruang Maha Kudus, dimana hanya sekali setahun ia masuk untuk mempersembahkan kurban kepada Allah. Sanak keluarga dan teman-teman Maria yang saat itu berada di Bait Allah, melihatnya dengan takjub.

Pada tahun 543, Gereja baru St. Perawan Maria dekat Kenisah Yerusalem diberkati. Bersama Gereja Timur, kita sama-sama mengingat bahwa Maria diberkati oleh Tuhan sejak awal hidupnya. Gereja Timur merayakannya sejak abad ke IV sedangkan Gereja Barat baru dirayakan pada abad XIV. Ia menjadi kediaman Roh Kudus yang indah berseri karena hidup suci. Terdorong oleh Roh Kudus, Maria mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ia melaksanakan kehendak Bapa dengan sempurna dan menjadi Bunda Yesus Kristus. Maria sungguh bahagia karena ia mendengar dan melaksanakan Sabda Allah.

St. Agustinus menulis, “Maria itu suci. Maria itu bahagia. Namun gereja lebih besar daripada dia. Mengapa? Karena Maria adalah bagian dari Gereja. Ia adalah anggota Gereja yang suci, ia adalah sang anggota suci, ia anggota  yang melebihi semua anggota. Tetapi ia masih tetap salah satu anggota dari seluruh tubuh, dan tubuh tentu lebih besar dari seluruh anggota. Tuhan adalah kepala dan seluruh Gereja adalah tubuh dengan seluruh anggotanya.” Pengajaran St. Agustinus ini patut  diperhitungkan supaya kita merasa bahwa Maria adalah salah seorang dari antara kita yang patut dihormati dan bukan disembah. Ia sendiri dipersembahkan di dalam Bait Allah dan menjadi model bagi sakramen pembaptisan kita.

Zakarias dalam bacaan pertama menubuatkan bahwa Tuhan akan tinggal di antara umat terpilih di mana Yerusalem menjadi pusat pertumbuhan iman umat. Dengan demikian rasa gembira dan sukacita perlu mereka miliki. Tuhan berfirman, “Bersorak-sorai, bersukarialah, hai putri Sion, sebab sesungguhnya Aku datang untuk berdiam di tengah-tengahmu.” Tuhan adalah Imanuel, Ia menyertai umatNya hingga akhir zaman. Penyertaan Tuhan dirasakan melalui kehadiran Yesus, Putera Bunda Maria.

Apa yang harus kita lakukan sehingga tetap merasakan kehadiran sang Imanuel? Yesus, sang Imanuel dalam Injil Matius memberikan rumusan yang tepat bagi kita. Supaya kita dapat menjadi ibu, saudara dan saudari bagi Yesus, kita harus melakukan kehendak Bapa di Surga. Kita mengingat apa yang dikatakan dalam Kotbah di bukit, “Bukan setiap orang yang berseru-seru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Surga melainkan Dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di Sorga” (Mat 7:21).

Pertanyaannya adalah apa itu kehendak Bapa di Surga? Yesus dalam Injil Yohanes menjawab dengan tepat, “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh 6:40). Bunda Maria adalah figur yang sudah mendengar dan melaksanakan kehendak Bapa dengan sempurna. Ia sendiri berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).

Sabda Tuhan hari ini, bertepatan dengan pesta Bunda Maria dipersembahkan kepada Allah mengajak kita untuk mengingat kembali sakramen pembaptisan sebagai saat pengudusan. Kita semua dipanggil oleh Tuhan untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan menjadi kudus. Mempersembahkan diri berarti hari demi hari kita setia dalam hidup dan panggilan kita masing-masing. Apakah anda setia di dalam hidupmu seperti Bunda Maria? Ingat Bunda Maria selalu "berusaha menemui engkau". Apakah engkau juga mau ditemui Bunda Maria?

Doa: Salam Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini. Amen

PJSDB