Monday, December 31, 2012

Refleksi Akhir tahun 2012

Hidup Bagaikan Berada di Kafetaria

Tahun 2012 sebentar lagi akan berakhir. Banyak peristiwa kehidupan yang dialami setiap pribadi. Ada yang menyenangkan ada juga yang mengecewakan. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan misalnya seorang berhasil dalam hidupnya: menikah dan mendapat anak, berhasil dalam studi, perusahaan mendapat keuntungan yang signifikan, kesehatannya baik dan lain sebagainya. Ada juga yang mungkin merasakan kegagalan dalam hidup: ada kematian orang yang dikasihi, gagal dalam cinta dan rumah tangga, gagal dalam usaha. Tentu saja ada keberhasilan dan kegagalan. Terlepas dari kegagalan dan keberhasilan, hal lain yang tidak kala pentingnya dalam membantu kita berefleksi adalah banyaknya peluang yang datang dan pergi dalam hidup. Ada peluang yang datang tetapi tidak ditanggapi dan yang ada hanya penyesalan yang tidak berguna. Ada peluang yang ditangkap tetapi tidak maksimal dijalankan. Ada peluang yang ditangkap dan diberdayakan sehingga berhasil. 

Setiap orang dapat berefleksi tentang semua pengalaman indah di tahun 2012 ini. Dalam berefleksi anda akan menemukan bahwa figur tertentu yang mempengaruhi hidupmu adalah orang-orang biasa yang dengan cara mereka sendiri membantumu untuk bertumbuh. Seorang teman yang nakal sekali telah membantumu untuk berefleksi bahwa kenakalan itu tidak baik. Syukurilah bahwa ia telah membantumu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Seorang sahabat yang suka menolongmu adalah pribadi yang membuatmu menyadari bahwa hidup ini tidak dapat dilewati seorang diri. Kita butuh seorang sahabat yang baik yang selalu hadir dalam untung dan malangnya kehidupan kita. Dia telah berjasa membuatmu menjadi manusia!

Di samping sesama, Tuhan yang tidak kelihatan pun memiliki andil yang melebihi sahabat, teman dan kawanmu. Pikirkanlah perbuatan-perbuatan baik, karya-karya yang besar yang telah Tuhan lakukan di dalam hidupmu. Temukanlah mukjizat-mukjizat yang anda alami. Anda akan terpesona di hadiratNya dan tidak mengerti misteri kasihNya dalam dirimu. bahwa ada pengalaman penderitaan dan kemalangan yang dialami adalah warna-warna yang memperindah kehidupan. Hidup menjadi indah ketika ada keberhasilan atau keberuntungan, ada kegagalan, penderitaan dan kemalangan. Manusia yang hebat adalah ia yang dapat berhasil dan dapat mengakui kegagalannya.

Apakah anda pernah menyadari bahwa hidup ini ibarat kita berada di kafetaria? Bagi mereka yang pernah mengunjungi kafetaria pasti merasakan pengalaman ini. Anda harus memiliki uang itu adalah syarat utama. Di samping itu anda tidak bisa duduk tenang tetapi melayani diri sendiri. Ya, ketika berada di kafetaria kita dapat mengambil apa saja yang kita ingin makan dan minum asal memiliki uang untuk membayarnya. Tidak ada seorang pelayan yang akan melayani anda. Andalah yang harus berdiri dan mengambil makanan dan minuman kesuakaanmu sendiri. Apabila anda malu maka anda akan kelaparan.

Demikian semua peluang yang datang dan pergi di dalam kehidupan. Anda memiliki kemerdekaan untuk meraihnya. Anda adalah tokoh atau aktor utama keberhasilan dalam menangkap peluang hidup. Jika anda ingin berhasil atau mendapat lebih banyak, belajar dan bekerjalah lebih banyak. Dengan demikian anda akan mendapatkan lebih yang anda harapkan.

Perhatikanlah tokoh-tokoh dunia selama tahun 2012 ini. Dalam hal penelusuran dengan dunia maya, nama-nama orang dan barang serta film ini tetap diingat: Whitney Houston, Gagnam Style, Hurricane Sandy, Ipad 3 dan lain sebagainya. Dalam hal gambar, selama tahun 2012 muncul One Direction, Selena Gomez, Iphone 5, Megan Fox, Rihanna. Para Atlet 2012 kita ingat Jermy Lin, Michael Phelps, Peyton Manning bahkan Mario Balotelli pun memiliki nama yang digemari. Film unggulan 2012 kita ingat The Hunger Games, The Avengers, Dark Shadow, Hobbit dan Jack Reacher dari Tom Cruise. Beberapa nama yang saya sebutkan tadi mengalami "hidup di kafetaria". Mereka berusaha untuk bekerja lebih banyak dan berhasil serta tenar di dunia. Tentu ada yang tenar karena kebaikan tetapi ada yang tenar karena ketidaksempurnaan sebagai manusia.

Mari berefleksi dan susunlah power baru untuk tahun 2013. Isilah dengan perbuatan-perbuatan baik yang akan membuat anda diingat sebagai pribadi terbaik. jangan berhenti berbuat baik, jangan berhenti bersahabat. Maju terus, jangan takut! Selamat tinggal tahun 2012, selamat datang tahun 2013.

PJSDB

Renungan 31 Desember 2012

Hari Senin, Oktaf Natal
1Yoh 2:18-21
Mzm 96: 1-2.11-12.13
Yoh1: 1-18

Segala sesuatu dijadikan oleh Dia!

Sambil menulis Renungan harian ini sayang teringat pada sebuah lagu rohani yang sudah populer dalam gereja. Judul lagu itu adalah "Ada waktu di hidupku". Liriknya seperti ini: "Ada waktu di hidupku.Pencobaan berat menekan. Aku berseru mengapa ya Tuhan? Nyatakanlah kehendakMu. Jalan Tuhan bukan jalanmu. Jangan bimbang atau pun ragu. Nantikan Tuhan jadikan semua indah pada waktunya. Pada Tuhan mas depanku. Pada Tuhan kuserahkan hidupku. Nantikan Tuhan berkarya. Indah pada waktunya. Hari esok tiada kutahu Namun tetap langkahku maju. Kuyakin Tuhan jadikan semua. Indah pada waktunya." Yah, Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh 3:11).

Hari ini hari terakhir dalam tahun 2012. Banyak peristiwa hidup, baik suka maupun duka dialami oleh setiap pribadi. Lihatlah berapa banyak keberhasilan dan kegagalan yang dialami selama tahun 2012. Berapa peluang yang berlalu begitu saja sehingga menjadi mubazir. Sekarang lihatlah ke depan, pandanglah tahun 2013. Apakah mau lebih maju dari pada tahun 2012 atau tetap saja mengikuti irama 2012 di tahun 2013 nanti. Semua rencana ini akan berhasil kalau kita kembali kepada Tuhan. Segala-galanya dijadikan oleh Dia, bukan berdasarkan kekuatan manusiawi kita sebab terlepas dari Tuhan, kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5).

Kita mengakhiri tahun 2012 dengan permenungan yang mendalam tentang kehidupan kita di hadirat Tuhan. Yohanes dalam prolog Injilnya menggambarkan hakikat Tuhan Allah. Ia menulis, “Pada awal mula adalah Firman dan Firman itu adalah Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia. Tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Yohanes hendak mengatakan bahwa kita perlu bersyukur karena Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dengan SabdaNya (Logos) yang tidak lain adalah Yesus sendiri. Di dalam dan melalui Yesus Allah menciptakan segala sesuatu.

Yohanes melanjutkan, “Di dalam Dia ada hidup dan hidup adalah terang bagi manusia”.Terang bercahaya dalam kegelapan tetapi kegelapan tidak mampu menguasainya. Terang itu ada di dalam dunia karena Dialah yang menciptakan dunia. Sayang sekali dunia tidak mengenal Dia. Ia datang kepada milik kepunyaanNya tetapi milik kepunyaannya pun tidak mengenal Dia. Yesus bagi Yohanes adalah terang dunia. Dia menerangi manusia yang menyukai kegelapan (dosa). Dia adalah terang, satu-satunya juru selamat kita. Mengikuti bacaan pertama, orang  yang menyukai kegelapan mungkin karena pengaruh antikristus yang akan datang. Antikristus itu memang berasal dari kita tetapi mereka tidak sungguh termasuk pada kita. Orang-orang yang terbuka dan siap menerima terang Kristus akan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Orang-orang ini percaya dalam namaNya, dan mereka ini diperanakkan oleh Allah sendiri.

Yohanes dengan tegas mengatakan: “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita dan kita telah melihat kemuliaanNya”. (Yoh 1:14). Dari kepenuhanNya kita juga telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. Secara singkat Yohanes mau mengatakan bahwa inti iman kita adalah Allah memberi diriNya secara total sebagai pencipta, terang dan kerelaan untuk tinggal bersama kita dalam penjelmaanNya. Allah adalah segalanya meskipun banyak orang yang tidak menerima Dia dan tidak setia kepada Tuhan.

Mengakhiri tahun 2012 ini kita merefleksikan secara mendalam kehidupan kita. Sejak tanggal 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012 ini Allah selalu menjadikan segala sesuatu di dalam hidup ini karena Ia mengasihi kita apa adanya. Kita boleh menolak Dia dan jatuh dalam dosa tetapi Ia sendiri tidak pernah menolak diri kita. Dia yang datang kepada kita untuk tinggal bersama tetapi kita menolak Dia dan membiarkan Dia lewat begitu saja di dalam hidup kita. Tuhan Yesus juga berinkarnasi di dalam kehidupan kita tetapi sayang sekali kita lebih menyukai dosa daripada rahmat.Tuhan Yesus memberi kehidupan kepada kita tetapi kita menolak kehidupan. Banyak orang melakukan aborsi dan aneka jenis pembunuhan kepada orang-orang yang tidak bersalah. Seharusnya kita menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

Para pengikut Kristus yang setia adalah mereka yang hari demi hari selalu memandang Yesus. Memandang Yesus sebagai terang dan juru selamat. Dengan memandang Yesus sebagai terang dan juru selamat, orang akan belajar bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur dalam segala hal baik suka maupun duka. Apakah saat ini bersyukur kepada Tuhan karena semua anugerah dan suka duka yang dialami sepanjang tahun 2012? Apakah anda bersyukur untuk masuk pada tahun yang baru 2013? Ingatlah apa yang dikatakan Petrus, “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Pt 5:7). Atau oleh St. Paulus, “Serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran” (Rom 6:13). Tuhan menjadikan segalanya indah pada waktunya!

Doa: Tuhan, terima kasih atas segala perlindunganMu selama tahun ini. Berkatilah saya untuk memasuki tahun baru dengan sukacita. Amen

PJSDB

Sunday, December 30, 2012

Homili Pesta Keluarga Kudus, Tahun C

Pesta Keluarga Kudus
1Sam 1:20-22.24-28
Mzm 84:2-3.5-6.9-10
1Yoh 3:1-2.21-24
Luk 2:41-52

“BapaMu dan Aku  Cemas Mencari Engkau”

Dalam kalender liturgi Gereja Katolik, Hari Minggu setelah perayaan Natal dirayakan sebagai Pesta Keluarga Kudus. Pasti orang bertanya mengapa perlu merayakan Pesta Keluarga Kudus? Allah memiliki rencana untuk menyelamatkan umat manusia. Oleh karena itu Ia rela menjadi manusia dengan memilih Maria, seorang gadis dari Nazareth sebagai ibu. Maria menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel dan setuju menjadi Ibu bagi Yesus yang akan lahir dari rahimnya. Yusuf si tukang kayu diminta oleh Malaikat untuk mengambil Maria sebagai isterinya karena Roh Allah telah menaungi Maria dan Anak yang lahir dari rahim Maria akan dinamai Yesus. Inilah rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Maka “Sabda menjadi daging” atau dikenal dengan nama “Inkarnasi” dan tinggal di tengah-tengah manusia (Yoh1:14). Allah masuk dalam sejarah kehidupan manusia, Ia menjelma menjadi manusia dan berasal dari keturunan Daud (Mat 1:1-17). Apa arti semua ini? Artinya Allah sangat mencintai manusia maka Yesus tidak hanya lahir dalam kurun waktu dan tempat tetapi secara rohani, Ia juga lahir di dalam hidup manusia. Ia lahir di dalam keluarga-keluarga manusia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada pesta keluarga kudus ini menekankan bahwa inti keluarga adalah cinta kasih Allah. Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah kelahiran Samuel di dalam Kitab Perjanjian Lama. Hanna ibunya pernah pergi ke rumah Tuhan di Silo, yang dilayani oleh imam Eli. Di situ ia berdoa memohon agar Tuhan memberikan kepadanya seorang anak. Ia juga bernazar bahwa apabila Tuhan berkenan menganugerahkan seorang anak kepadanya maka ia akan mempersembahkan anak itu kepada Tuhan seumur hidup untuk melayaniNya. Tuhan mengabulkan permohonan Hanna. Ia hamil dan melahirkan anaknya Samuel artinya “Aku telah memintanya dari Tuhan”. Hanna mengingat janjinya kepada Tuhan maka bersama suaminya Elkana dan semua anggota rumahnya bergegas ke rumah Tuhan di Silo. Hanna sebelumnya berjanji, “Nanti, ketika anak itu sudah cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan dan tinggal di sana seumur hidupnya” Hanna dan Elkana berbuat demikian, sambil mempersembahkan hewan kurban berupa seekor lembu jantan berusia tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur. Samuel diserahkan kepada Allah seumur hidup.

Hanna dan Elkana adalah contoh keluarga saleh dalam Kitab Perjanjian Lama. Mereka memiliki pergumulan hidup yang luar biasa karena hingga usia matang mereka belum memiliki anak. Melalui doa dan harapan maka Tuhan mengabulkan permohonan mereka dan mereka juga berani untuk mempersembahkan anak mereka untuk melayani Tuhan. Samuel dikenal sebagai imam, nabi, hakim dan dialah yang demi nama Tuhan untuk melantik Saul dan Daud sebagai raja. Tuhan sungguh berkarya di dalam dirinya. Hanna dan Elkana adalah contoh orang tua yang berdoa dan berharap pada Allah. Mereka juga menjadi model bagi semua orang tua untuk mendidik anak supaya layak menjadi anak-anak Allah dan kerelaan untuk memberikannya kepada Allah. Kehendak Allah dipegang teguh oleh Hanna dalam mendidik Samuel. Ini juga menjadi hal yang positif bagi semua orang tua saat ini.

Di dalam bacaan Injil kita berjumpa dengan keluarga kudus dari Nazareth. Keluarga kudus memberikan sebuah teladan kesalehan yang luar biasa karena mereka harus berjalan dari Nazareth ke Yerusalem menempuh jarak sekitar 64 mil atau 103km untuk saat ini dengan jalan raya yang agak lurus. Tetap pada zaman dahulu jalannya tidak lurus seperti sekarang, banyak belokan maka diperhitungkan sekitar 150km dengan transportasi keledai sebagai hewan tunggangan. Dengan jarak seperti ini maka dibutuhkan sekurang-kurangnya sepuluh hari untuk pergi dan pulang ke Yerusalem di luar hari-hari suci di Yerusalem. Penginjil Lukas hari ini menggambarkan keluarga kudus bukan sebagai keluarga yang harmonis tetapi sebuah keluarga saleh yang juga mengalami ketegangan dan salah pengertian satu sama lain.

Di pihak orang tua yaitu Yusuf dan Maria. Pada hari kedelapan mereka sudah mempersembahkan Yesus ke dalam Bait Allah, sudah diterima oleh Simeon dan Hanna. Simeon bahkan dikisahkan bersukacita karena melihat keselamatan dari Tuhan. Simeon juga melihat masa depan Yesus sebagai pribadi yang ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan menjadi tanda perbantahan. Sedangkan bagi Maria ibu Yesus, Simeon mengatakan bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:21-35). Tetapi kali ini mereka sekiranya tidak menyadari persembahan Yesus kepada Tuhan pada usia delapan hari, 12 tahun sebelumnya maka mereka pun cemas mencari Yesus. Ketika menemukanNya mereka mengungkapkan kecemasan mereka dengan berkata, “Anak mengapa Engkau melakukan itu terhadap kami? Ayahmu dan aku cemas mencari Engkau?”

Di pihak Yesus, Ia mengetahui diriNya sebagai Anak Allah maka ia juga merasa sedang berada di tempat yang cocok. Ia berada di tengah-tengah orang pandai dan bijak. Ia sebagai sebagai seorang Anak berusia 12 tahun tetapi memiliki hikmat dan pengertian yang mendalam. Ia merasa telah diserahkan kepada Allah maka Ia memilih tinggal di mana Ia harus berada dan dalam urusan BapaNya. Maka Ia juga menjawab dengan tepat identitasNya kepada Maria dan Yusuf bahwa Dialah Anak Allah. Relasi Yesus dengan Maria dan Yusuf pun tidak putus karena Ia taat kepada Bapa dan hidup sebagai seorang Anak dalam asuhan Maria dan Yusuf.

Terlepas dari pemahaman teologis dan biblis seperti ini, Maria dan Yusuf tetaplah inspirator dalam parenting. Sebagai orang tua mereka memiliki tugas dan tangung jawab untuk mendidik anak. Mereka memiliki kecemasan tertentu dan mencari serta menemukan Anak mereka. Yusuf dan Maria memiliki sikap yang positif dan kiranya menggerakkan hati banyak orang tua untuk cemas mencari dan menemukan anak mereka yang sulit diatur dan menjadikan mereka anak-anak Allah.

Yohanes dalam Bacaan kedua menekankan bahwa kita semua dengan jasa Yesus Kristus telah menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Orang-orang beriman disebut anak-anak Allah karena Allah mengasihi mereka. Allah menjadikan mereka satu keluarga baru yakni menjadi anak-anak dari Bapa yang sama yaitu Tuhan. Apa yang harus dilakukan oleh anak-anak Allah? Bagi Yohanes, “Kita harus percaya akan nama Yesus Kristus, AnakNya, dan supaya saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barang siapa menuruti segala perintahNya, ia diam di dalam Allah dan Allah diam di dalam dia”.

Apa yang harus kita lakukan?

Bacaan-bacaan suci pada pesta keluarga kudus ini mengatakan banyak hal kepada kita. Tetapi hal-hal yang kiranya tepat untuk kita hayati sebagai pelaku Firman adalah:

Pertama, hendaknya keluarga-keluarga kristiani menjadi keluarga yang saleh seperti keluarga kudus dari Nazareth. Keluarga yang merasa bahwa doa adalah sebuah kebutuhan. Maria dan Yusuf adalah orang Yahudi sejati dan mereka juga mendidik Yesus untuk bertumbuh dengan ukuran kesalehan sebagai manusia. Dia sungguh-sungguh manusia. Tetapi Yesus juga sungguh-sungguh Allah maka persatuan dengan Bapa di surga memiliki daya kasih yang luar biasa yang juga mempersatukan setiap pribadi. Apakah doa merupakan sebuah kebutuhan dalam keluarga?

Kedua, Orang tua adalah pendidik ulung. Yusuf dan Maria cemas mencari Yesus di Yerusalem. Mereka adalah pendidik ulung bagi Yesus. Hanna dan Elkana adalah orang tua yang menjadi pendidik ulung bagi Samuel. Bagaimana orang tua yang percaya pada Kristus? Apakah kalian merasa dan menyadari bahwa mendidik anak adalah bagian esensial dalam panggilan kalian sebagai orang tua? Buatlah anak-anak merasa bahwa mereka dikasihi dan bahwa orang tua hadiri dalam diri mereka.

Ketiga, Yesus adalah inspirator bagi anak-anak. Yesus menyadari diriNya sebagai Anak Allah dan cara ia menjawab Maria dan Yusuf kedengaran seolah-olah Ia melawan orang tuaNya. Yesus melakukan hal yang benar karena Dia adalah Tuhan. Tetapi hal yang patut diikuti oleh anak-anak adalah ketaatanNya. Ia taat pada Bapa di Surga tetapi tetap dalam asuhan Maria dan Yusuf. Bagaimana ketaatan sebagai anak dalam keluarga? Kadang-kadang anak lebih banyak menuntut pada orang tua tetapi mereka sendiri tidak berlaku sebagai anak yang baik.

Mari kita belajar dari keluarga kudus Nazareth. Bertumbuhlah dalam kasih dan damai. Tuhan Yesus lahir dan menjadi dewasa juga dalam keluarga-keluarga kristiani.

Doa: Tuhan, datanglah dan tinggalah dalam keluarga kami masing-masing. Amen

PJSDB

Saturday, December 29, 2012

Renungan 29 Desember 2012

1Yoh 2:3-11
Mzm 96:1-2a.2b-3.5b-6
Luk 2:22-35

Mataku telah melihat keselamatan yang dari PadaMu!

Pernakah anda menyadari memiliki dua bola mata? Kalau belum sadar maka sekarang sadarlah! Sudakah anda bersyukur kepada Tuhan karena memiliki bola mata yang indah dan di pasang tepat di depan wajah anda? Kalau belum bersyukur maka bersyukurlah sekarang. Ingat, orang akan mengenal lebih dalam siapakah diri anda ketika mereka melihatmu dengan mata mereka juga.

Ada seorang guru yang baru mulai belajar untuk mengajar. Setelah seminggu mengajar, ia merasa terusik dengan beberapa anak yang selalu melihat keluar atau memfokuskan pandangan mereka ke gambar atau atribut tertentu di dalam kelas yang berhubungan dengan pelajaran saat itu. Ketika berbicara mereka selalu memutar bola mata mereka ke atas dan ke kanan atau ke kiri pada saat bercakap-cakap. Gurunya berpikir bahwa anak-anak itu sedang mempermainkannya maka ia marah terhadap anak-anak itu. Setelah berkonsultasi dengan seorang guru yang senior, ia dibantu untuk mengerti bahwa di dalam kelas ada anak yang memiliki gaya belajar visual. Mereka melihat baru bisa mengerti dengan baik. Sejak saat itu ia mengamati anak-anak ini dan ternyata betul, anak-anak ini memiliki gaya belajar visual.

Pada hari ini, penginjil Lukas mengisahkan bagaimana Yesus dipersembahkan oleh orang tuaNya ke dalam Bait Allah. Dikisahkan bahwa pada waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa Kanak-Kanak Yesus ke Yerusalem untuk diserahkan kepada Tuhan berdasarkan hukum Tuhan. Mereka juga membawa persembahan khusus yakni sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Di dalam Bait Allah mereka bertemu dengan Simeon, orang benar dan saleh yang menanti kedatangan sang Penghibur Israel. Simeon menyambut keluarga kudus dan memuji Allah dengan berkata: “Sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang daripadaMu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umatMu Israel” 

Pernyataan Simeon ini sangat mengagetkan Maria dan Yusuf. Memang Maria sendiri sudah mengatakan dirinya sebagai hamba yang menerima kehendak Tuhan dan Yusuf juga menerima Maria sebagai isterinya namun Misteri ilahi Putera mereka ini mengagetkan mereka. Simeon memberkati keluarga kudus ini dengan berkata, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang”. 

Pernyataan Simeon ini tentu semakin mengagetkan Maria dan Yusuf. Kanak-kanak Yesus sedang dipersembahkan ke dalam bait Allah menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan. Mengapa? Karena keselamatan yang akan ditawarkan Yesus menuntut komitmen yang jelas: selalu bersama dan memihak Yesus atau menolak Yesus. Pilihan yang menjadi komitmen bagi setiap pengikut Kristus. Banyak kali orang boleh berjanji untuk selamanya bersama Yesus, tetapi mengkhianati Yesus juga masih masuk dalam diri setiap pribadi. Maka bagaimana membangun komitmen yang baik untuk bersatu dengan Yesus? 

Simeon juga berkata kepada Maria, “Suatu pedang akan menembusi jiwamu sendiri”. Maria tentu dibuat lebih kaget lagi karena pedang yang tajam sebagai simbol penderitaan akan dialami olehnya. Dan kita semua tahu bagaimana penderitaan Maria sebagai ibu. Dari saat menerima khabar sukacita sampai di bawah kaki salib bahkan menanti kedatangan Roh Kudus, Maria hadir dan merasakan penderitaan. Tetapi yang membuat Maria menjadi besar adalah: “Ia menyimpan semuanya dalam hatinya”.

Figur-figur dalam bacaan Injil ini merupakan orang-orang yang mengenal Allah. Yohanes mengatakan bahwa orang yang mengenal Allah adalah orang yang mengikuti perintah-perintah Tuhan. Kalau seorang tidak mengikuti perintah Tuhan, ia juga tidak mengenal Allah. Nah, Simeon, Yusuf dan Maria adalah figur mereka yang mengenal Tuhan karena melakukan perintah Tuhan. Simeon menunggu kedatangan terang dan keselamatan Israel dalam diri Yesus. Yusuf dan Maria taat pada perintah Tuhan sehingga mereka mempersembahkan Putera Sulung dengan hewan tertentu sebagai korban.

Yohanes juga mengatakan tentang terang. Sama seperti dalam prolog Injilnya dimana dia mengatakan bahwa terang itu telah datang ke dunia dan terang adalah hidup dan hidup adalah Kristus. terang itu menghalau kegelapan karena kegelapan pun tidak mampu mengalahkan terang. Di sini Yohanes juga mengatakan tentang perintah untuk mengasihi dan perintah baru ini laksana terang yang menghalau kegelapan. Terang itu benar-benar bercahaya. Orang yang saling mengasihi hidup dalam terang, orang yang membenci saudaranya hidup dalam kegelapan. Pernyataan Yohanes ini kiranya cocok dengan sukacita Simeon yang mengatakan, “Mataku telah melihat keselamatan, Dialah terang yang menjadi penyataan bangsa-bangsa”

Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk mengimani Tuhan Yesus sebagai Terang yang menyinari segala bangsa.Terangnya bercahaya dan membuat kita semua hidup dalam kasih. Apakah anda juga hidup dalam terang? Apakah anda juga mulai belajar mengasihi saudaramu? Yesus adalah terang dan keselamatan kita. Pandanglah Dia maka anda akan mampu mengasihi sesamamu.

Doa: Tuhan, terangilah hidupku. Amen

PJSDB

Friday, December 28, 2012

Renungan 28 Desember 2012


Pesta Kanak-Kanak Suci, Martir
1Yoh 1:5-2:2
Mzm 124:2-3.4-5.7b-8
Mat 2:13-18

Jangan Egois!

Selama bertahun-tahun menjadi imam saya memiliki pengalaman pastoral tertentu yang turut mendewasakan imamat saya. Salah satunya adalah mendampingi keluarga tertentu yang sedang berada dalam badai karena anak gadis mereka hamil tanpa ada seorang lelaki yang bertanggung jawab. Gadis itu datang dan berbicara dengan saya pengalaman “jatuh” dalam dosa besar dan sedang hamil dua bulan. Ia meminta saya menjadi perantara untuk berbicara dengan orang tuanya. Karena mengenal orang tuanya maka saya pun memberanikan diri untuk berbicara dengan orang tua gadis ini. Reaksi orang tua setelah mendengar berita ini adalah: Bapanya emosi tingkat dewa dan memarahi ibunya karena tidak tahu mendidik anak gadisnya. Ibunya diam, kemudian memandang suaminya dan memandang saya lalu berkata, “Hal ini bukan hanya kesalahan saya, tetapi kesalahan kita sebagai orang tua. Nasi sudah jadi bubur pak, maka kita harus berbesar hati menerima kenyataan ini”. Bapa itu terdiam kemudian berkata, “Romo memang ini aib bagi keluarga kami. Tetapi kami tidak akan egois, kami akan tetap menerima anak kami apa adanya dan anak yang akan lahir sebagai cucu pun kami terima!” Akhirnya tiba hari kelahiran cucu mereka dan sungguh mereka menerimanya dengan senang hati hingga saat ini

Hari ini kita merayakan pesta Kanak-Kanak Suci. Para Kanak-Kanak Suci yang dibunuh di Bethlehem adalah korban keegoisan penguasa yakni Herodes  saat itu. Penginjil Matius melukiskan situasinya seperti ini: Orang-orang majus melihat sebuah bintang unik dan mereka datang untuk menyembah kanak-kanak Yesus. Mereka singgah di Yerusalem dan bertemu dengan Herodes. Mereka menyampaikan sebuah berita yang membuat Herodes menunjukkan rasa egoisnya dan memberontak karena bagi orang majus, ada seorang Raja yang baru lahir. Untuk mencari kebenaran lebih lanjut maka Herodes mengumpulkan orang-orang pintar untuk menyelidiki kebenaran informasi para ahli nujum itu. Dan mereka pun sepakat mengatakan bahwa Bethlehem adalah tempat di mana Raja itu dilahirkan. Herodes lalu menyuruh para prajurit untuk membunuh semua anak laki-laki di Bethlehem dan sekitarnya yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah. Tuhan mengetahui rencana busuk Herodes maka melalui malaikat, Ia berpesan kepada Yusuf untuk mengungsi ke Mesir dengan membawa Anak yang baru lahir dan IbuNya. Yesus selamat dari upaya pembunuhan Herodes.

Kisah ini menunjukkan betapa egoisnya manusia. Orang yang gila kuasa akan selalu mencari jalan untuk menghancurkan orang lain. Ia akan tetap mau berkuasa dan menghalalkan segala cara bahkan nyawa orang pun hilang demi mempertahankan kuasa sebagai manusia. Di dalam hidup kita, kita menemukan banyak orang yang punya kuasa, menyalahgunakan kuasanya untuk tujuan yang tidak manusiawi. Herodes menggunakan kuasanya dengan membunuh anak-anak yang tidak berdosa di Bethlehem. Pada zaman ini banyak Herodes bermunculan dan menyalahgunakan kuasanya untuk melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Banyak Herodes yang suka mengalihkan situasi sehingga masalah-masalah sosial yang besar bisa dikubur begitu saja. Tidak ada lagi rasa bersalah! Banyak orang tua berlaku sebagai Herodes yang merasa aib dan mendukung anak perempuannya melakukan aborsi.

Bacaan Injil hari ini mengambil keluarga kudus sebagai model kesetiaan dan tanggung jawab untuk menghancurkan egoisme. Yusuf diminta Tuhan melalui malaikat untuk mengambil Anak dan IbuNya untuk menyingkir ke Mesir hingga Herodes mati. Yusuf adalah figur inspiratif bagi semua kepala keluarga, semua pemimpin untuk tidak egois tetapi memiliki tanggung jawab luhur terhadap kehidupan Anak dan orang-orang yang lemah lainnya yang mereka pimpin. Pada saat-saat yang sulit, orang yang berkuasa hendaknya melindungi orang-orang kecil bukan menghancurkan hidup mereka. Bukan lagi rahasia umum bahwa pelecehan terhadap seorang anak kecil atau mereka yang lemah banyak dilakukan orang dewasa yang dekat sekali dengan para korban.

Orang-orang yang tidak egois adalah orang yang hidup dalam terang. Yohanes dalam bacaan pertama menulis, “Saudara-saudara terkasih, inilah berita yang telah kami dengar dari Yesus Kristus dan kami sampaikan kepadamu: Allah adalah terang dan dunia ini tidak ada kegelapan.” Allah menerangi hidup manusia tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dan menolak terang. Ketika seorang terbiasa jatuh dalam dosa yang sama, ia hidup dalam kegelapan dan sangat sulit untuk keluar dari kegelapan untuk melihat terang. Hidup di dalam terang adalah hidup dalam persekutuan dengan Yesus karena Ia telah menyucikan kita dengan DarahNya yang mulia.

Yohanes juga mengingatkan kita untuk berani mengakui dosa dan salah kita di hadirat Tuhan. Ia menulis, “Jika kita mengaku dosa maka Allah adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Yesus adalah pendamai antara Allah dan manusia. Ia menghapus dosa kita dan dosa seluruh dunia. Yesus tidak egois tetapi ia berkorban untuk keselamatan semua orang.

Sekarang marilah memeriksa bathin kita masing-masing. Apakah anda masih mau bersifat egois? Apa untungnya anda menjadi egois? Apakah anda sudah mengakui dosa-dosamu atau anda tetap menyembunyikan dosa-dosamu?

Doa: Tuhan bantulah aku untuk tidak egois di dalam hidupku. Amen

PJSDB

Thursday, December 27, 2012

Renungan 27 Desember 2012

St. Yohanes Rasul dan Penginjil
1Yoh 1:1-4
Mzm 97:1-2.5-6.11-12
Yoh 20:2-8

Kharisma itu sangat kuat!

Hari ini seluruh Gereja merayakan Pesta St. Yohanes Rasul dan Penginjil. Yohanes adalah Putera Zebedeus dan Salome. Saudaranya bernama Yakobus. Kedua saudara ini dikenal dengan sebutan khas “Boanerges” (Mrk 3:17) atau “anak-anak guruh”. Profesi mereka sebelum mengikuti Yesus adalah sebagai nelayan dan murid Yohanes Pembaptis. Hingga pada suatu kesempatan ia dipanggil bersama Andreas dan Petrus oleh Yesus. Yohanes merupakan salah satu rasul inti bersama Petrus dan Yakobus yang selalu hadir pada peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Yesus: Ketika Yesus membangkitkan puteri Yairus (Mrk 5:37); Yesus menampakan kemuliaanNya (Mat 17:1); Peristiwa Getzemani (Mat 26:37). Bersama Petrus diutus Yesus untuk mendahului mereka menyiapkan perjamuan malam terakhir (Luk 22:8).  Pada malam itu, Ia meletakkan kepalanya di dada Yesus dan bertanya perihal siapakah pengkhianat itu. Yohanes dikenal sebagai rasul cinta kasih. Ia bersaksi bahwa Allah adalah kasih (1Yoh 4:8.16). Segalanya adalah kasih!

Sambil merayakan pestanya kita pertama-tama diarahkan oleh Gereja untuk mengerti bahwa mengenang dan merayakan Natal itu identik dengan mengenang Kalvary. Peristiwa Bethlehem identik dengan Peristiwa Kalvari. Ada sukacita dalam dukacita. Kemarin tanggal 26 Desember kita memperingati St. Stefanus martir pertama. Ia mencintai Yesus dengan cara menumpahkan darahnya. Hari ini kita memperingati kemartiran Yohanes yang hidup sebagai orang yang murni hatinya di hadapan Tuhan. Kemurnian adalah kemartiran cinta kasih. Besok 28 Desember kita memperingati para kanak-kanak suci yang dibunuh Herodes. Mereka memuliakan Tuhan bukan dengan suara tetapi dengan menumpahkan darah untuk Tuhan Yesus.

Bacaan-bacaan suci hari ini menggambarkan kehidupan Yohanes sebagai pilihan Tuhan untuk menjadi rasul inti dan “Murid yang dikasihi Yesus”. Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar bagaimana Maria Magdalena memberi kesaksian tentang Makam Kosong. Dua orang disebut di sini: Petrus dan Murid yang dikasihi Yesus yang tidak lain adalah Yohanes. Diceritakan bahwa setelah mendengar bahwa Yesus bangkit, kedua rasul ini berlari menuju ke kubur Yesus. Murid yang dikasihi berlari dengan cepat dan sampai di kubur ia hanya menengok ke dalam kubur tetapi tidak masuk. Petrus yang datang kemudian masuk dan melihat tanda-tanda kebangkitan Yesus. Murid yang datang duluan, masuk ke dalam kubur dan percaya.

Tentu saja kisah Injil ini tidak berbicara tentang siapa yang muda dan tua dari segi cepat lambatnya. Penginjil Yohanes sedang menjelaskan tentang kharisma dan kuasa leadership di dalam Gereja katolik. Yohanes adalah toko kharismatik dalam komunitasnya. Kharisma biasanya bergerak lebih cepat karena merupakan karya Roh. Saya sendiri yakin bahwa  Yohanes sudah tahu Yesus bangkit! Ini soal kedekatan hati antara Yesus dan Yohanes. Maka ketika ada berita kebangkitan Yesus, Yohanes lebih cepat sampai ke kubur Yesus. Tentu bukan secara fisik tapi dalam pikirannya. Petrus adalah pemimpin komunitas, wadas bagi Gereja. Sebagai hirarki dia masuk dan melihat setelah itu Yohanes toko kharismatis ini mewakili gereja,masuk, melihat dan percaya.

Apa artinya ini? Banyak kejadian di dalam Gereja kadang dialami oleh orang tertentu tetapi sulit diakui oleh pihak hirarki. Pihak Hirarki meneliti, mempelajari secara mendalam lalu mengambil keputusan dalam kebenaran Injil. Jadi hirarki tidak sembarangan memutuskan perkara iman atau kejadian tertentu yang berhubungan dengan iman untuk mencegah  hal-hal yang tidak diinginkan di dalam Gereja, misalnya ajaran sesat. Kadang orang tertentu memaksa diri dengan mengaku punya penglihatan dan bisa juga menggiring banyak orang ke jalan yang sesat. Orang-orang seperti ini bisa jatuh dalam kesombongan rohani. Mereka berpikir lebih dari Tuhan. Mereka-mereka ini akan menjelek-jelekkan para pastor dan uskupnya bahwa mereka tidak beriman sehingga tidak mengakui kharisma yang mereka miliki.

Yohanes menunjukkan kerendahan hati. Ia memiliki kharisma khusus tetapi mempercayakannya pada Petrus sebagai pemimpinnya untuk masuk ke dalam kubur, ia masuk kemudian dan percaya. Yohanes tidak menyesal, dia justru kuat karena kehadiran Petrus sebagai pimpinan komunitas Gereja perdana.

Dalam bacaan pertama, Yohanes sebagai saksi mata terkenal memberi kesaksian imannya. Ia menulis, “Saudara-saudara, apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar dan kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan telah kami raba dengan tangan kami yakni Firman Hidup, itulah yang kami tuliskan kepadamu”. Iman para rasul diwariskan kepada kita dan kita doakan dalam doa Aku Percaya. Kita percaya Yesus karena para rasul adalah saksi mata: yang mereka lihat, dengar dan menyentuh itu sungguh-sungguh hidup. Kesaksian hidup menjadi semakin kuat dari rasul Yohanes ketika ia mengatakan tentang hidup kekal dan bahwa sebagai rasul ia ada bersama dengan Tuhan.

Pengakuan iman rasuli seperti ini amatlah penting. Para rasul mewariskan secara turun temurun iman mereka hingga saat ini. Kita patut bersyukur kepada Tuhan atas iman rasuli ini. Pertanyaan bagi kita adalah apakah kita menghormati para pemimpin gereja kita? Para imam, Uskup dan Paus adalah pemimpin dan pilihan Tuhan untuk melayani Gereja sebagai umat Allah. Maka hargailah para pemimpin gerejamu yang mewariskan tradisi suci para rasul. Apakah anda mengasihi Tuhan seperti diteladani Yohanes Penginjil? Ingatlah bahwa Kharisma itu sangat kuat karena berasal dari Roh Allah!

Doa: Tuhan, semoga kami juga menjadi murid yang Engkau kasihi. Amen

PJSDB

Wednesday, December 26, 2012

Haramkah Umat Islam Mengucapkan Selamat Natal?

Apakah "Haram" mengucapkan 
Selamat Natal dan Tahun Baru?

Kompas hari ini, 26 Desember 2012 menghadirkan kisah-kisah menarik seputar perayaan natal. Di gambar terdepan dari halaman pertama Kompas terdapat foto Uskup Agung Yerusalem Mgr. Fouad Twal yang sedang memeluk Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada malam natal 24 Desember 2012 lalu. Sudah menjadi tradisi yang bagus di Bethlehem bahwa setiap malam Natal selalu ada pemimpin politik Palestina yang mengikuti perayaan natal. Saya ingat ketika masih belajar di Yerusalem saya selalu melihat Yaser Arafat hadir dalam perayaan misa malam natal. Pada saat itu Arafat kelihatan sangat menghormati prosesi bayi Yesus di dalam Basilika St. Katharina, Bethlehem. Dia biasanya keluar dari gereja sebelum komuni kudus.

Presiden Mahmoud Abbas melanjutkan tradisi yang bagus ini. Pada tanggal 19 Desember  2012 yang lalu, beliau menulis pesan natal kepada para pengikut Kristus di tanah suci. Ia memuji masyarakat yang menghuni Bethlehem karena mereka menginvestasi kebaikan-kebaikan berupa damai yang membuka mata dunia untuk melihat sebuha negara Palestina baru. Dia percaya bahwa segala kepahitan dan ketidakadilan akan berlalu dan ada harapan besar bahwa pada natal tahun depan Palestina akan mengalami dan menghidupi pesan yang tiada akhirnya yakni kasih, keadilan dan damai  sebagaimana diwartakan Yesus sang Pangeran Perdamaian.

Uskup Agung Yerusalem Mgr. Fouad Twal bangga dengan status baru negara Palestina. Dalam homilinya, ia berkata, “Dari tempat kudus ini, saya mengundang para pemimpin politik dan orang-orang yang berkemauan baik untuk bekerja bagi perdamaian Palestina dan Israel di tengah-tengah gejolak dan penderitaan banyak orang”. Uskup Agung atau biasa disapa Patriark Yerusalem ini juga menjajnjikan doa bagi para korban konflik Israel dan Palestina.

Di halaman 25 Kompas hari ini terdapat foto Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menerima warga Jakarta yang datang mengucapkan selamat natal kepadanya di rumah dinas Kuningan. Ahok demikian nama panggilan beliau mengajak warga Jakarta untuk menciptakan suasana kondusif. Tentu saja warga yang datang bukan hanya orang-orang Nazrani tetapi orang-orang beragama lain pun ikut mengucapkan selamat Natal.

Pengalaman Palestina dan Jakarta ini membantu kita untuk mendalami pertanyaan orang-orang tertentu: Apakah haram kalau mengucapkan selamat natal dan tahun baru? Bagaimana hukum yang diberlakukan bagi para pegawai supermarket yang mengenakan  topi Santa Klaus untuk memeriahkan perayaan natal?

Di dalam pandangan Islam terdapat pro dan kontra terhadap kedua hal yang disebutkan dalam pertanyaan di atas. Para ulama yang kontra atau mengatakan haram mengucapkan selamat natal karena tidak sesuai dengan akidah Islam seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim, Syeikh ibn Baaz, Syeikh Utsaimin, Syeikh Ibrahim bin Muhhamad al Huqol sepakat mengatakan bahwa adalah haram kalau mengucakan selamat natal karena tidak sesuai dengan akida islam. Lagi pula mengucapkan selamat natal itu merupakan bagian dari pewartaan agama kristiani. Allah tidak merestui adanya kekukfuran terhadap hamba-hambaNya. Maka haram kalau mengucapkan selamat natal (mereka yang datang ke rumah Ahok), mengikuti ibadat (seperti Mahmoud Abbas).

Namun ada juga ulama kontemporer yang lebih humanis. Mereka mengajarkan sikap toleran, liberal untuk mengucapkan selamat natal kepada mereka yang merayakannya. Salah seorang ulama terkenal adalah Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berbeda pandangannya dengan Ibnu Taimiyah di atas. Ia berkata, “Aku Yusuf al Qaradhawi membolehkan pengucapan itu apabila kaum Nazrani adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi ada hubungan khusus di antara mereka seperti kerabat, tetangga, teman kuliah, teman kerja. Baginya ini adalah perbuatan baik yang tidak dilarang oleh Tuhan sendiri. 

Perhatikan beberapa kutipan berikut ini: 

Tuhan sendiri berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Kalau ada orang non Muslim yang mengucapkan selamat Hari Raya, Firman Allah swt :
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا ﴿٨٦﴾
Artinya : “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An Nisaa : 86) 
Kalau membaca kisah-kisah natal dalam Al-Quran, kita menamukan bahwa ucapan selamat natal juga ada di sana. Perhatikan kisah kelahiran Yesus di dalam Al-Quran ini: 
Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: “Ada anak sungai di bawahmu, goyanghan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: ‘Aku bernazar tidak bicara.’”
“Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan penzina,” demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi di gendongannya. Tetapi Maryam terdiam. Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya. Kemudian sang bayi berdoa: “Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali.” Inilah cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34. Bolehlah dikatakan bahwa Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama dari dan untuk Yesus Kristus.
Bukankah Yesus (Nabi Isa) dan Muhammad sama-sama memperjuangkan nilai hidup setia manusia? Bukankah mereka berdua adalah utusan Tuhan yang melihat manusia sebagai manusia bukan manusia yang beragama apa pun? Tuhan Yesus Kristus dalam kotbah di bukit mengatakan: “Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44). Nabi Muhammad membawa rahmat, “Rahmatilah yang di dunia ini, niscaya yang di langit akan merahmatimu.
Persoalan yang membuat seorang dikatakan haram untuk mengucapkan selamat natal atau menggunakan busana tertentu dikaitkan dengan akidah dalam agama. Tentu pandangan seorang pengikut Kristus sangat berbeda dengann pandangan seorang muslim tentang Natal. Pada tahun 1981 MUI mengeluarkan fatwa berisi: Pertama, Perayaan natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati nabi Isa akan tetapi natal itu tidak dapat dipisahkan dari akidah. Kedua, Mengikuti upacara natal bersama bagi umat islam hukumnya haram. Ketiga, Agar umat islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah Subhanahu Wata’ala dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan natal.
Pada zaman modern ini rasanya tidak aktual lagi haram tidaknya kalau kita lihat dalam konteks relasi antar pribadi setiap manusia. Kalau kita kembali kepada cita-cita luhur Tuhan mengutus para nabinya maka hal yang diperjuangkan mereka adalah supaya manusia bernilai atau bermartabat dan layak di hadirat Tuhan. Manusia benar-benar menjadi kudus. 

Dengan menghadirkan contoh Mahmoud Abbas di Palestina, seorang Muslim yang setia atau almahrum Yaser Arafat yang membangun tradisi kedekatan dengan orang-orang Nazrani di Bethlehem. Atau contoh nyata Pa Ahok dan kaum Nazrani yang terbuka pada sesama menerima ucapan selamat natal tanpa membedakan siapa yang datang. Bagaimana generasi muda Indonesia yang dari dulu sudah bersumpah berbangsa, bahasa dan satu tanah air Indinesia? Apakah berat dan sulit untuk mengucapkan selamat natal dan tahun baru? Apakah susah mengucapkan selamat hari raya idulfitri? Andaikan Yesus dan Muhammad masih ada, saya akan mewawancarai mereka dan mendengar langsung pendapat keduanya. Kita berbicara hak-hal asasi manusia tetapi keluhuran manusia, jati diri manusia di luar perjuangan. Perbedaan menimbulkan kebencian. Padahal para nabi dan agama mengajarkan hal-hal yang bagus dan indah karena berasal dari Tuhan yang "baik adanya".
PJSDB 

Renungan 26 Desember 2012

St. Stefanus, Martir Pertama
Kis 6:8-10.7:54-59
Mzm 31:3cd-4.6.8ab.16c.17
Mat 10:17-22

Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!

Sukacita Natal! Selamat merayakan Natal! Ya, semua orang masih merasakan suasana Natal yang penuh sukacita. Mungkin banyak orang untuk sementara waktu lupa akan penderitaan, kemalangan dan pergumulan tertentu di dalam hidupnya. Secara rohani tidaklah demikian. Gereja berusaha membantu setiap umat beriman untuk melihat peristiwa Bethlehem dan Peristiwa Kalvari sebagai satu kesatuan. Artinya kelahiran Yesus di Betlehem itu bukan hanya melulu pengalaman penuh sukacita tetapi secara liturgis kita juga dibantu untuk merasakan pengalaman penderitaan di Kalvari. Kesederhanaan di Betlehem menjadi sempurna dalam kesederhanaan di Kalvari. Yesus lahir dalam kandang hewan, dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan dalam palungan, tempat meletakkan makanan dan minuman hewan. Yesus juga akan menderita, disalibkan dan wafat tak berbusana, dibaringkan dalam kubur batu. Betapa mulia dan indah merenungkan peristiwa Bethlehem dan Kalvari dalam satu kesatuan.

Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Stefanus, sang martir pertama di dalam Gereja. Tentu saja Stefanus tidak meninggal pada tanggal 26 Desember tetapi peristiwa meninggalnya sangat erat dan mendalam hubungannya dengan Yesus. Ia sebagai diakon dam meninggal seperti Kristus. St. Lukas mengisahkannya kisah kemartirannya dalam bacaan pertama hari ini. Sebagai salah seorang diakon, ia banyak melayani jemaat. Ia penuh dengan karunia dan kuasa, membuat mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Dia juga mampu bersoal jawab dengan siapa saja dan menunjukkan bahwa kebijaksanaannya berasal dari Tuhan. Orang-orang Libertini, Yahudi dan pemimpin mereka yang barusan membunuh Yesus menunjukkan amarahnya. Dalam keadaan terancam hukuman mati, Stefanus menatap ke langit, ia melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Pengakuan imannya akan Yesus Kristus inilah yang membuat dirinya diseret ke luar Yerusalem dan dilempari dengan batu. Sambil dilempari dengan batu ia masih berdoa: “Ya Tuhan Yesus, terimalah Rohku”. (Kis 7:59)

Kisah kemartiran Diakon Stefanus ini menginspirasikan kita banyak hal pada masa natal ini:

Pertama, dengan semangat natal, kita diberi kekuatan dan keberanian untuk menjadi saksi Kristus terutama pada saat-saat yang ekstrim, menakutkan karena nyawa dipertaruhkan. Dalam bacaan Injil Yesus berkata kepada para muridNya, “Waspadalah terhadap semua orang! Sebab ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Janganlah kamu khawatir akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berbicara, melainkan Roh Bapamu; Dialah yang akan berbicara dalam dirimu”(Mat 10:17-19). Perkataan Yesus ini sudah dialami Stefanus sebelum dibunuh. Ia penuh dengan Roh Kudus dan berani mengakui imannya di hadapan para musuh Kristus. Apakah kita juga memiliki keberanian untuk bersaksi tentang Kristus ketika orang mengatakan “kamu orang kafir” atau haram kalau mengucapkan “Selamat Natal” kepada orang kafir.

Kedua, kemartiran Diakon Stefanus membantu kita untuk memahami bahwa Natal adalah peristiwa penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Sama seperti Yesus yang menyerahkan segalanya ke dalam tangan Bapa sehingga memilih Bethlehem sebagai tempat kelahiran dan permulaan penderitaanNya bahkan sampai menyerahkan diriNya secara total “Bapa ke dalam tanganMu, Kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46), demikian Stefanus dan kita semua belajar untuk pasrah dan berserah kepada Bapa. Apakah dalam setiap pergumulan hidup ini anda juga berserah kepada Tuhan? Atau yang terjadi adalah kesombongan pribadi dengan berkata, “Aku tidak butuh Tuhan. Aku bisa melakukannya sendiri”. Tuhan Yesus sendiri berkata, “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).

Ketiga, kemartiran Stefanus membantu kita juga untuk mengimani Roh Kudus. Mari kita berusaha untuk hidup dalam Roh Kudus. Orang yang hidup dalam Roh Kudus akan memiliki kebijaksanaan dan keberanian untuk bersaksi. Tepat juga apa yang dikatakan Yesus dalam bacaan Injil hari ini: “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu, tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Mat 10:22). Roh Allah selalu hadir dan berkarya dalam diri kita kalau kita sungguh-sungguh percaya. Apakah anda percaya akan Allah Roh Kudus?

Kemartiran Stefaus merupakan titik awal kemartiran para murid Kristus. Pada masa setelah Stefanus, semua murid Kristus mengalami penganiayaan sebagaimana Yesus sendiri katakan dalam perikop Injil kita hari ini. Ada yang lari meninggalkan Yesus, tetapi ada lebih banyak lagi yang bertahan sebagai pengikut Kristus. Ingat kata-kata Yesus ini, “Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”. Bagaimana dengan anda? Apakah bisa bertahan dan siap mempertanggungjawabkan imanmu?

Doa: Tuhan, lindungilah kami dari segala bahaya yang mengancam hidup kami. Amen

PJSDB

Tuesday, December 25, 2012

Homili Hari Raya Natal Tahun A-B-C

Misa Hari Raya Natal
Yes 52:7-10
Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6
Ibr 1:1-6
Yoh 1:1-18


Terang sudah datang!

Kita semua tentu masih ingat ramalan kiamat ala suku Maya. Perbincangan yang menarik beberapa saat terakhir adalah bumi menjadi gelap. Bayangan orang tentu pada malam hari sebagai lawan dari siang hari. Seorang teman bahkan memotret suasana gelap pada malam hari dan berguyon bahwa bumi memang mengalami kegelapan. Terang dan gelap adalah dua hal yang selalu dialami oleh manusia. Dengan terang orang dapat beraktivitas dengan baik, sedangkan dalam kegelapan orang tidak beraktivitas, orang justru beristirahat. Kegelapan secara rohani dinilai sebagai pengalaman tinggal dalam dosa atau berada dalam zona dosa sebagai daerah nyaman. Terang merupakan pengalaman rohani nyaman bersama Tuhan sebagai Terang dunia.

Salah satu tema penting dalam merayakan natal adalah Yesus sebagai Terang sejati bagi setiap manusia. Kita ingat apa yang dikatakan Yesaya: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; terang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman” (Yes 9:2). Yesaya sedang menghibur orang-orang Yahudi yang berada di Babel bahwa pada saat yang tepat mereka juga akan melihat terang. Perikop kita pada Hari Raya Natal ini lebih membesarkan hati bukan hanya orang-orang zaman itu tetapi bagi kita pada masa kini juga. Yesaya mengatakan bahwa segala ujung bumi akan melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Allah adalah satu-satunya penyelamat kita.

Yesaya menulis, “O betapa indah kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan bentara yang mengabarkan berita damai dan memberitakan Kabar Baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: “Allahmu meraja!” Ini sungguh menjadi berita sukacita, seperti terang yang menerangi kehidupan mereka di Babel. Allah menjadi satu-satunya harapan bahwa Dialah yang akan membebaskan mereka. Dialah raja yang menyelamatkan bukan kuasa manusia. Yesaya lalu menggambarkan situasi penuh sukacita karena melihat keselamatan yang datang dari Tuhan Allah sendiri. Tuhan menunjukkan tanganNya yang kudus di depan semua bangsa dan mengasihi  serta menebus Yerusalem. Allah digambarkan Yesaya sebagai kasih. Karena kasihNya Ia menebus semua orang. Dialah sumber keselamatan!

Penulis kepada Jemaat Ibrani melengkapi pemahaman kita akan rencana keselamatan Tuhan dalam Kitab Nabi Yesaya dengan mengatakan bahwa pada masa kini Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya. Pada zaman dahulu, warta keselamatan diungkapkan Allah berulang kali melalui para nabiNya. Para nabi itu sudah meninggal, mereka sudah berlalu. Pada masa kini, Yesus menjadi Pengantara Bapa untuk berbicara dengan manusia. Yesuslah yang punya hak mutlak dari Bapa untuk menguasai segala sesuatu. Yesus juga merupakan cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Dia memiliki kedudukan istimewa di Surga. Segala makhluk bahkan malaikat pun menyembah Dia.

Penginjil Yohanes dalam prolognya mengatakan Yesus sebagai Sabda kekal yang menjadi manusia dan tinggal bersama kita. Sabda adalah Allah. Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Kita ingat dalam Kitab Kejadian ada ungkapan “Allah bersabda maka jadilah!” Allah menciptakan segala sesuatu dengan SabdaNya. Di dalam Allah ada hidup dan hidup adalah terang bagi manusia. Allah sebagai terang bercahaya di dalam kegelapan tetapi kegelapan tidak mampu menguasainya. Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dunia tetapi dunia dan miliki kepunyaanNya tidak mengenal Dia. Orang yang menerima Dia sebagai terang akan menjadi anak-anak Allah. Sungguh Sabda menjadi daging dan tinggal bersama kita.

Bacaan-bacaan suci pada perayaan natal membawa kita kepada pemikiran-pemikiran berikut ini:

Pertama, Natal adalah Pesta Cahaya. Tuhan Yesus lahir sebagai cahaya dunia. Dia adalah raja yang membawa sukacita tersendiri bagi orang di dalam kegelapan. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah. Dia adalah terang yang memberi kehidupan kepada manusia. Dia datang mengunjungi umatNya meskipun umatNya lebih menyukai kegelapan dan tidak mengenalNya. Padahal sebagai terang sejati, kegelapan tidak mampu mengalahkannya. Hanya manusia yang menutup hati dan tak mau menerima terang. Apakah anda dapat membawa terang Kristus sebagai hadiah natal bagi mereka?

Kedua, Natal adalah perayaan Tuhan berbela rasa dengan kita. Apakah perasaan belarasa atau empati itu merupakan bagian dari kehidupan kita dalam relasi dengan sesama? Ketika ada sesama yang menjadi korban ketiadakadilan sosial, korban banjir dan lain sebagaimanya, bagaimana anda bersikap? Apakah lebih baik berprinsip EGP (emangnya gue pikirin) dan tertawa di atas penderitaan mereka? Natal menjadi sukacita dalam diri kita secara pribadi dan bagilah sukacita itu kepada sesama. Biarkan saudara-saudara mengakses sukacita dalam Tuhan itu di dalam diri kita.

Ketiga, Natal adalah perayaan keluarga. Yesus lahir dalam satu keluarga. Mari kita kembali ke Nazareth dan menyaksikan kesucian keluarga kudus Nazareth. Yesus menjadi pusat keluarga kudus. Yesus juga hendaknya lahir di dalam keluarga-keluarga yang percaya kepadaNya. Bahwa ada pergumulan tertentu, beda pendapat, saling curiga mencurigai itu hal yang wajar tetapi cinta kasih harus tetap dijunjung. Ketika suami dan isteri mengalami pergumulan ingatlah janji perkawinan kalian, “dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit” tetaplah satu. Memang lilin natal boleh meleleh dan habis, pohon natal akan kering dan dibuang, gua natal dibongkar dan sampahkan tetapi kasih Kristus tidak akan meleleh, kering dan disampahkan. Kasih Kristus akan tetap segar dan kekal bagi kita.

Mari kita bersyukur kepada Tuhan. Dia lahir bagi kita. Kita diingatkan Yesaya hadiah istimewa dari Tuhan: “Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang Putra dianugerahkan kepada kita. Lambang pemerintahan ada di atas bahuNya dan Ia disebut Penasihat Ajaib”(Yes 9:6) Dialah Yesus Kristus Tuhan kita.

Doa: Tuhan Yesus, Engkaulah Immanuel bagi kami. Amen

PJSDB