Tuesday, April 30, 2013

Renungan 30 April 2013

Hari Selasa, Paskah V
Kis 14:19-28
Mzm 145:10-11.12-13ab.21
Yoh 14:27-31a

Bertekunlah dalam iman

Kisah kehidupan misioner Paulus dan Barnabas berlanjut. Kali ini mereka berada di kota Listra. Mereka di datangi oleh orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium yang saat itu membujuk banyak orang untuk memihak mereka supaya membenci dan menganiaya Paulus dan Barnabas. Mereka melakukannya dengan menyeret Paulus ke luar kota dan melemparinya dengan batu. Banyak orang berpikir Paulus sudah mati, tetapi ternyata ia masih hidup. Maka ia pun bangun dan masuk kembali ke dalam kota. Paulus tidak putus asa dengan penganiayaan yang ia alami. Ia bahkan semakin berani untuk mewartakan Injil ke Derbe bersama Barnabas.

Dalam pelayanan misioner di daerah Listra, Ikonium dan Antiokhia, Paulus menasihati para
muridNya untuk bertekun dalam iman. Penderitaan dan kesengsaraan harus mereka alami sebelum masuk dalam Kerajaan Allah. Di samping pengajaran-pengajaran dan pewartaan Injil, Paulus dan Barnabas juga memikirkan tentang struktur komunitas di daerah misi. Mereka meminta jemaat untuk berdoa dan berpuasa sehingga dapat memilih para penatua yang baik yang dapat melayani mereka. Paulus dan Barnabas juga memiliki waktu untuk sharing iman dengan para saudara di Antiokhia setelah mengakhiri perjalanan misioner yang pertama. Sharing iman ini lebih menekankan pentingnya karya Allah yang ajaib yang dilakukan bagi umatNya dengan perantaraan mereka.

Paulus dan Barnabas melakukan pelayanan sebagai misionaris dengan tekun. Ini adalah bukti kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang mereka imani. Cara hidup kedua rasul ini ikut membantu pesatnya pertumbuhan iman umat sebagai sebuah gereja baru. Tentu saja selama perjalanan misioner yang pertama ini mereka juga mengalami kesulitan yang besar. Penderitaan, kesengsaraan dialami Paulus. Tetapi semakin mereka ditindas, semangat untuk mewartakan Yesus semakin besar. Mengapa demikian? Karena Tuhan Yesus menyertai mereka, dan bahwa Paulus dan Barnabas selalu bekerja sama sebagai satu team pewarta. Hal ini tentu menantang gereja misioner zaman ini. Apakah spirit Paulus dan Barnabas yaitu bertahan dalam penderitaan dan bekerja bersama sebagai satu team masih di miliki oleh Gereja masa kini?

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil memberikan wejangan-wejangan terakhir kepada para murid dan seluruh GerejaNya. Kali ini Ia meninggalkan satu peninggalan yang sangat berharga yaitu damai sejahtera. Yesus berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yoh 14:27). Damai sejahtera (shalom) adalah titipan Tuhan bagi manusia. Damai yang sejati itu berasal dari Tuhan. Tuhan memberinya secara cuma-cuma kepada manusia, begitu indah dan sangat berbeda dengan tawaran damai dari dunia. Damai titipan Tuhan ini patut dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepadaNya dan barangsiapa membawa damai titipan Tuhan ini akan disebut anak-anak Allah (Mat 5:9).

Wejangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah perjalanan kembali kepada Bapa. Yesus
melewati perjalanan ini dengan wafat dan bangkitNya dari alam maut. Paskah Yesus ini mendamaikan manusia dan Bapa di surga. Perjalanan kembali kepada Bapa dilakukan Yesus untuk menyiapkan tempat peristirahatan kekal bagi kita semua yang percaya kepadaNya. Yesus berkata bahwa DiriNya dan Bapa adalah satu dan bahwa Ia sangat mengasihi Bapa. Tentu saja kata-kata Yesus ini memanggil kita semua untuk melakukan hal yang sama dengan Yesus yaitu mengasihi Bapa dan tinggal selamanya bersama Bapa.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tetap tekun dalam iman sebagai murid-murid Kristus. Tentu saja banyak penderitaan dan kemalangan kita hadapi tetapi tidak mengurangi iman dan kasih kita kepada Yesus. Paulus dan Barnabas mengalami penderitaan tetapi mereka tekun dalam iman sehingga gereja tetap bertumbuh dengan subur di tanah-tanah misi. Para murid Kristus diharapkan membawa damai dan sukacita yang dititip Tuhan sampai ke ujung dunia. Dia sendiri, Tuhan kita akan menyertai kita semua hingga akhir zaman dalam mewartakan damai Tuhan. Apakah kita sebagai gereja, bertekun dalam iman dan berani mewartakan damai Tuhan yang sangat berbeda dengan damai duniawi?

Doa: Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai bila terjadi kebencian, peperangan dan penindasan. Amen

PJSDB

Monday, April 29, 2013

Renungan 29 April 2013

Hari Senin Paskah V
Kis 14:5-18
Mzm 115:1-2.3-4.15-16
Yoh 14:21-26

Kemuliaan hanya bagi Tuhan

Beberapa hari yang lalu saya mendengar sharing seorang umat. Ia mengikuti perayaan Ekaristi bersama seorang pastor yang mengakui dirinya memiliki kharisma melihat roh-roh dan makhluk halus dan bisa mengusirnya. Umat yang hadir semakin ingin tahu karena pastornya mengaku sudah go international dalam hal eksorsis. Dalam doa-doanya ia menyebut bangsa hantu yang konon dilihat semuanya di dalam rumah. Misa yang berlangsung hampir dua jam itu memang terjadi siang hari tetapi mencekam karena semua orang takut dengan hantu dan roh-roh jahat lainnya. Orang tersebut mengatakan baru kali itu ia mengikuti perayaan ekaristi yang menakutkan.

Kadang-kadang umat awam menyukai trend dan mengakui bahwa pastor yang hebat adalah dia yang bisa mengusir roh-roh jahat. Pastor akhirnya menjadi figur sentral  dan mengakuinya sebagai yang punya kuasa untuk mengusir roh-roh jahat. Kalau pastor yang tidak bisa melakukannya maka bukanlah pastor yang hebat. Umat juga suka mencari pastor yang katanya punya indera lebih banyak. Mungkin hal yang dilupakan umat bahkan pastornya sendiri adalah bahwa semua kuasa itu berasal dari Tuhan bukan dari manusia. Tuhanlah yang punya kuasa untuk mengalahkan kejahatan bukan manusia yang punya kuasa. Manusia hanya dipakai oleh Tuhan untuk menyelamatkan sesama yang lain. Tuhanlah yang harus menjadi nomor satu bukan figur pastor ini dan itu.

Hari ini kita mendengar sharing pengalaman Paulus dan Barnabas di tanah misi. Mula-mula
mereka berada di Ikonium dan mengalami ancaman. Orang-orang yang sudah percaya kepada Allah bersama orang-orang Yahudi dan para pemimpin mencoba untuk menganiaya Paulus dan Barnabas. Kedua rasul ini mengasingkan diri ke daerah Likaonia yakni di Listra, Derbe dan sekitarnya. Di Listra, Paulus membuat sebuah mukjizat yakni menyembuhkan seorang lumpuh. Orang lumpuh disembuhkan Tuhan melalui perkataan Paulus. Peristiwa ini memang menggemparkan seluruh daerah Listra dan orang-orang di sana berpikir bawa Paulus dan Barnabas adalah inkarnasi dewa-dewa mereka. Barnabas disebut Zeus dan Paulus disebut Hermes. Imam dewa Zeus bahkan datang untuk menyembah Barnabas.

Apa reaksi dari Paulus dan Barnabas? Kedua-duanya tidak bangga atas mukjizat yang dibuat Tuhan dalam diri mereka kepada si lumpuh tetapi mengakui diri mereka sebagai manusia biasa. Mula-mula mereka mengoyakkan pakaian mereka sebagai tanda kerendahan hati mereka di hadirat Tuhan. Setelah itu Paulus berkata: “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu! Kami berada di sini untuk memberitakan Injil kepadamu, supaya kamu dapat meninggalkan perbuatan yang sia-sia dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala isinya”.

Paulus dan Barnabas menunjukkan sikap yang patut kita hayati setiap hari. Mereka berani melupakan popularitas mereka dan mengutamakan keagungan Allah. Tuhan Allahlah yang diutamakan, Dia adalah segalanya. Tugas manusia adalah membawa sesama untuk bersatu dengan Tuhan bukan bersatu dengan dirinya sebagai manusia. Banyak kali manusia lupa diri sehingga lebih mempopulerkan dirinya dari pada Tuhan.  Manusianya yang dicari sedangkan Tuhan dilupakan.

Apa yang harus kita lakukan?

Penginjil Yohanes melanjutkan laporannya tentang amanat perpisahan Yesus dan para muridNya.  Ia berkata: “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Barangsiapa mengasihi Aku, ia dikasihi oleh BapaKu dan Aku pun akan mengasihi dan akan menyatakan diriKu kepadaNya”. Yesus menyapa kita dengan pesan istimewa untuk tetap memegang perintah-perintahNya serta melakukan perintah-perintah dalam hidup nyata. Melakukan perintah-perintah adalah tanda kasih kepada Tuhan dan sesama.  Tuhan Yesus pun dapat menyatakan diriNya di dalam hidup kita.

Di samping melakukan perintah-perintah, kita juga diingatkan untuk mengikuti FirmanNya. Dengan menuruti Firman Tuhan maka Allah Bapa dan Allah Putera akan datang dan tinggal di dalam diri manusia. Mengasihi Allah, mengasihi Yesus berarti membuka diri supaya Allah datang dan  bersemayam di dalam diri kita. Yesus juga menjanjikan seorang penghibur atau Roh Kudus yang berasal dari Bapa dalam nama Yesus.  Roh Kudus akan bertugas untuk mengajar segala sesuatu dan mengingatkan akan segala sesuatu yang sudah diajarkanNya.

Sabda Tuhan hari ini membuka wawasan kita untuk tidak mencari popularitas diri semata tetapi merasa bahwa Tuhan yang melakukan segalanya di dalam diri kita. Tugas kita adalah membawa banyak orang kepada Yesus bukan kepada diri sendiri. Semua yang kita lakukan adalah untuk kemuliaan nama Tuhan bukan popularitas diri manusia. Untuk itu kita harus mengikuti perintah-perintahNya. Kita juga disadarkan akan peran Roh Kudus sebagai Penghibur yang diutus Bapa dalam nama Yesus sang Putera. Roh Kudus mengajarkan dan meneguhkan.

Doa: Tuhan, semoga hari ini kami dapat mengikuti perintah-perintahMu dan melakukan segala Firman yang Engkau sampaikan kepada kami. Amen

PJSDB 

Sunday, April 28, 2013

Homili Hari Minggu Paskah V/C

Hari Minggu Paskah V
Kis 14:21b-27
Mzm 145:8-9.10-11.12.13ab
Why 21:1-5a
Yoh 13:31-33a.34-35

Hendaklah Kamu saling mengasihi!

Ada seorang ayah memiliki tiga putra. Masing-masing mereka memiliki karakter yang berbeda-beda, saling melengkapi dan membuat keluarga itu begitu indah. Mereka bertumbuh bersama hingga mencapai usia dewasa, sementara ayahanda terkasih mulai menurun kesehatannya. Ia memanggil mereka ke belakang rumah dan menerangkan kepada mereka semua yang menjadi harta warisan. Ia membaginya kepada mereka secara adil. Setelah membaginya, ia berpesan kepada mereka: “Kalau bapa dipanggil Tuhan, kalian harus saling mengasihi sebagai saudara”. Ketiga anak itu mengamini perkataan sang ayah.

Dalam hidup setiap hari, kita selalu memiliki pengalaman-pengalaman tertentu yang sangat indah. Pengalaman kebersamaan dengan orang tua atau sahabat kenalan yang
banyak kali memberi wejangan untuk saling mengasihi. Memang kenyataan menunjukkan bahwa banyak kali harta warisan menjadi penghalang bagi persekutuan dan persaudaraan. Para murid Yesus pernah mengalami goncangan kebersamaan. Ibu dari anak-anak Zebedeus misalnya, memohon kepada Yesus supaya kelak kedua anaknya yakni Yakobus dan Yohanes boleh mendapat tempat di samping kiri dan kanan Yesus (Mat 20:20). Permohonan ibu ini menimbulkan goncangan kebersamaan dalam komunitas. Yesus mengingatkan mereka bahwa hal yang terpenting adalah kasih yang nyata bahkan melalui kemartiran.

Pada malam perjamuan terakhir Yesus menggunakan kesempatan untuk membasuh kaki para muridNya. Memang hal ini
menarik perhatian kita karena Yesus menunjukkan kasihNya sampai tuntas (Yoh 13:1) dengan berlutut di depan manusia yang berdosa untuk membasuh kaki mereka. Ini adalah tanda pelayanan Yesus sebagai Tuhan di hadapan manusia yang berdosa. Tuhan tetap melayani tanpa membuat perhitungan apa pun dengan manusia. Setelah membasuh kaki para muridNya, Ia mengatakan kepada para muridNya untuk melakukan apa yang sudah dilakukanNya bagi mereka. Yesus berkata: “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan sebab memang Aku adalah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Guru dan Tuhanmu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki” (Yoh 13:13-14).

Selanjutnya Yesus memberikan perintah baru kepada para muridNya. Untuk memberi pemahaman tentang perintah baru maka Yesus memulai dengan mengatakan berita kemuliaanNya: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah
juga akan mempermuliakan Dia di dalam diriNya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera” (Yoh 13:31-32). Apa maksud Yesus tentang kemuliaan? Dalam pikiran kita kemuliaan itu adalah hal yang agung, semarak, bebas dari penderitaan dan kemalangan. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa kemuliaan Yesus itu diperoleh melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Saya ingat perkataan Paus Benediktus XVI bahwa kalau kita memandang salib dari luar, maka hanya kebrutalan yang tergambar dalam pikiran kita. Tetapi kalau kita melihat salib dari dalam maka yang kita temukan adalah cinta kasih tiada batasnya. Yesus dipermuliakan dalam penderitaan sehingga dapat membuat manusia memiliki makna kehidupan.

Untuk mempertegas pengajaranNya maka Yesus berkata: “Aku memberi perintah baru kepadamu yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34). Apabila para rasul saling mengasihi maka mereka patut disebut murid Kristus. Mengapa? Karena Kristus sendiri mengasihi sampai tuntas maka mereka pun harus saling mengasihi.

Sikap saling mengasihi sebagai saudara diwujudkan oleh Paulus dan Barnabas dalam karya-karya misioner mereka. Mereka berjalan ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Perbuatan kasih yang mereka lakukan di tempat-tempat ini adalah menguatkan hati para muridNya, menasihati mereka untuk bertekun dalam iman, bertahan dalam setiap penderitaan. Paulus dan Barnabas juga memilih para penatua melalui doa bersama dan memohon agar Tuhan memberkati para penatua karena mereka inilah yang akan menemani dan melayani jemaat. Mereka juga melewati tanah-tanah misi seperti Pisidia, Pamfilia, Perga, Atalia dan akhirnya masuk ke Antiokhia. Mereka menggunakan kesempatan untuk berbagi pengalaman rohani bersama. Bagi Paulus dan Barnabas, Tuhan telah membuka pintu iman bagi bangsa-bangsa lain melalui pelayanan mereka berdua. Semangat misioner ini menjadi salah satu urgensi bagi Gereja masa kini. 

Tuhan mengasihi umat pilihanNya dengan memberikan jaminan hidup kekal. Penulis
Kitab Wahyu mengatakan bahwa akan ada langit dan bumi yang baru. Langit, bumi dan yang baru ada karena yang lama akan lenyap. Yerusalem baru turun dari surga. Konsekuensinya adalah para penghuni Israel harus merasa memiliki Allah dan Allah menjadi milik mereka selamanya. Allah mengasihi sampai tuntas dengan menghapus segala air mata dari mata mereka dan maut tidak ada lagi. Tidak ada lagi perkabungan, ratap tangis dan dukacita sebab segala sesuatu akan berlalu. Janji Tuhan dalam visi Yohanes ini menunjukkan bahwa kasih Tuhan tiada batasnya. Aspek kebaruan sangat penting untuk kita pahami karena rencana Tuhan adalah untuk membaharui segala sesuatu di dalam Kristus.

Sabda Tuhan pada hari ini sama-sama mengatakan satu hal yakni bahwa cinta kasih itu bukan sebuah hal teoritis tetapi sungguh-sungguh menjadi hal yang konkret. Tuhan mengasihi manusia sampai tuntas maka manusia juga hendaknya saling mengasihi sampai tuntas. Cinta kasih sampai tuntas ini mengandaikan pengorbanan diri yang besar. Misalnya dalam hidup Paulus dan Barnabas dalam komunitas gereja purba. Mereka berdua melakukan perjalanan misioner, tak kenal lelah untuk Kristus dan InjilNya. Cinta kasih menjadi nyata dan sempurna ketika Tuhan menjadikan segalanya baik adanya. Segala sesuatu diciptakan baru di dalam Kristus. Mari kita ingat dan merenungkan kata-kata Yesus ini: "Hendaknya kalian saling mengasihi" (Yoh 13:34). 

Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk saling mengasihi seperti Engkau telah mengasihi kami. Amen

PJSDB

Saturday, April 27, 2013

Renungan 27 April 2013

Hari Sabtu, Pekan IV Paskah
Kis 13:44-52
Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4
Yoh 14:7-14

Tunjukanlah Bapa kepada kami

Philipus. Rasul yang satu ini berasal dari Betsaida, sekampung halaman dengan Petrus dan Andreas (Yoh 1:44). Kemungkinan besar Philipus sudah bersahabat dengan anak-anak Yunus yakni Petrus dan Andreas dan juga anak-anak Zebedeus yaitu Yakobus dan Yohanes. Hal ini berhubungan dengan cara ia meminta kepada Yesus tentang Bapa. Mereka juga sama-sama memiliki harapan akan pribadi seorang Mesias. Ada relasi yang akrab antara Philipus dan Andreas (Yoh 6:5-9;12:20-23). Dalam Injil-Injil Sinoptik, nama Philipus tidak banyak dikenal, selain merupakan salah seorang rasul Yesus. Sebagai rasul, namanya pun tidak setenar Petrus, Yohanes dan Yakobus. Nama Philipus berarti “pencinta kuda-kuda” dalam arti orang yang menunggang kuda untuk berperang.

Penginjil Yohanes hari ini melaporkan keadaan iman Philipus. Ketika Yesus dalam
wejangan perpisahanNya berkata: “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia”. Kata-kata Yesus ini untuk mendukung perkataanNya sebelumnya bahwa di rumah Bapa banyak tempat tinggal. Dan Yesus juga berkata: “Akulah Jalan, kebenaran dan Hidup”. Yesus tahu bahwa perkataanNya ini tentu akan menimbulkan perbantahan tertentu. Philipus bereaksi: “Tuhan tunjukkanlah Bapa itu kepada kami dan itu sudah cukup”. Philipus memang pintar sehingga ia mempertanyakan satu hal penting pada Yesus. Yesus berkata: “Telah sekian lama, Aku bersama-sama kamu, Philipus, namun Engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”

Tinggal bersama Yesus ternyata belum menjadi jaminan mutlak bahwa para murid mengenal identitas Yesus. Masih ada keragu-raguan di dalam diri para rasulNya. Para rasul harus memiliki iman yang kuat dan teguh hanya kepada Yesus. Untuk itu Yesus berkata: “Percayalah padaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. Percayalah kepada semua pekerjaan”. Konsekuensi dari percaya kepada Yesus: “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya”

Bacaan Injil hari ini mau mengatakan kepada kita semua bahwa sesuai dengan kehendak Yesus Kristus kita semua harus percaya kepadaNya karena Yesus sendiri menampakkan wajah Allah Bapa kepada kita semua. Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Penebus kita. Dia menampakkan wajah Bapa kepada kita semua. Dengan demikian Ia memiliki  kemampuan untuk menerima  semua orang yang datang kepadaNya. 

Lukas dalam bacaan pertama mengisahkan lebih lanjut aktivitas pastoral Paulus dan Barnabas. Setelah Paulus menjelaskan misteri paskah kepada orang-orang tentang penolakan mereka terhadap Yesus, maka timbullah rasa benci di antara kalangan Yahudi sehingga mereka berusaha mengusir para rasul. Itu sebabnya Paulus berkata: “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu! Tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Dengan demikian kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain” Ini sepertinya nada kesal karena para rasul mengalami kesulitan yakni tidak percaya pada Yesus dan segala pekerjaNya.

Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita bahwa Yesus adalah segalanya. Dialah yang bersatu dengan Bapa dan mau menunjukkan wajah Bapa kepada kita. Pertanyaannya adalah apakah kita sungguh percaya kepadaNya.

Doa: Tuhan Bapa di dalam Surga bantulah kami supaya pada hari ini kami boleh menunjukkan wajahMu kepada sesama. Amen

PJSDB

Friday, April 26, 2013

Renungan 26 April 2013

Hari Jumat, Paskah IV
Kis 13:26-33
Mzm 2:6-7.8-9.10-11
Yoh 14:1-6

Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup

Pada suatu kesempatan merayakan misa requiem, saya bertanya kepada umat yang hadir pertanyaan ini: “Siapa yang tidak takut mati, angkat tangan?” Dari semua yang hadir hanya dua orang yang angkat tangan, tidak termasuk saya. Saya bertanya kepada kedua orang tersebut dan ternyata mereka tidak mendengar dengan baik pertanyaan saya. Maka kesimpulan umumnya adalah semua yang hadir dalam perayaan misa requiem itu takut mati. Ya, kematian pada dirinya sendiri memang menakutkan, apalagi orang yang meninggal juga menakutkan bagi mereka yang masih hidup. Ini merupakan pengalaman manusiawi kita semua berhadapan dengan kematian. Orang mau hidup lebih lama dan tidak mau meninggal terlalu cepat.

Pada hari ini Penginjil Yohanes melaporkan sebuah wejangan perpisahan Yesus sebelum wafat dan bangkit serta naik ke Surga. Ia berkata kepada para muridNya: “Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, Aku sudah mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi kesana untuk menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat Aku berada, kamu pun berada. Dan kemana Aku pergi, kamu tahu jalan ke sana”. 

Perkataan Yesus ini menarik perhatian kita. Mengapa? Karena mengetahui situasi hidup kita yang konkret. Coba pikirkan dalam diri masing-masing tentang hal kegelisahan hati. Setiap hari hampir semua orang mengalami kegelisahan hati karena pergumulan hidup, permasalahan di rumah dan di tempat kerja. Kegelisahan hidup ini bisa muncul karena orang belum percaya sepenuhnya pada Tuhan. Orang terlampau mengandalkan dirinya. Orang lupa bahwa hidupnya berasal dari Tuhan.

Yesus juga mengetahui hidup para muridNya. Ia tahu bahwa pada saatNya tiba, di mana Ia akan mengalami Paskah, dalam hal ini sengsara, wafat dan bangkit akan menimbulkan kegelisahan besar. Para muridNya juga akan merasa kecewa dan bergumul dengan kehidupan mereka sebagai murid. Itu sebabnya Yesus mengingatkan mereka untuk tidak gelisah hati tetapi percaya sepenuhnya kepadaNya dan Bapa. Yesus juga pergi kepada Bapa untuk menyiapkan tempat dan akan datang kembali untuk menjemput semua kepunyaanNya ke tempat yang disediakanNya yaitu Surga. Yesus mau menekankan bahwa akan ada persatuan yang utuh bukan hanya selagi bersama di dunia tetapi sampai di dalam surga. JanjiNya terpenuhi yaitu bahwa Ia menyertai para muridNya hingga akhir zaman atau keabadian.

Thomas sebagai orang yang sangat pintar mempertanyakan wejangan Yesus ini. Ia bertanya: “Tuhan, kami tidak tahu kemana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke sana?” Yesus menjawab Thomas: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Thomas memiliki pemikiran kritis dan mempertanyakan semua perkataan Yesus. Ia memiliki sebuah pencarian yang istimewa untuk sungguh-sungguh mengimani Yesus secara pribadi dan komunitas tetapi iman itu utuh, kuat bukan ikut-ikutan orang lain. Yesus tahu siapakah Thomas maka Ia pun menjawab bahwa diriNya adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Yesus sebagai jalan yang harus dilewati semua orang untuk bersatu dengan Tuhan. Yesus adalah kebenaran yang memerdekakan umat manusia dari dosa-dosa. Yesus adalah hidup karena Dialah yang memberi hidup kekal kepada semua orang yang percaya kepadaNya. Mari kita memandang Yesus dan mengikutiNya. Ia sudah menyiapkan tempat istimewa bagi anda dan saya. Oleh karena itu secara rohani, jangan takut mati. Tempat peristirahatan kekal telah disiapkan oleh Tuhan Yesus bagi anda dan saya. Saya ingat St. Fransiskus dari Asisi mengatakan bahwa kematian adalah saudara yang selalu siap untuk menjemput. Mari kita siap untuk tinggal bersama Tuhan Yesus.


Lukas dalam bacaan pertama melaporkan aktivitas misionaris Paulus dan Barnabas di
Antiokhia di Pisidia. Paulus menjelaskan bagaimana para pemimpin agama di Yerusalem tidak menerima dan percaya pada Yesus sehingga mereka menghukum mati. Para nabi sudah menubuatkannya dan sungguh penolakan yang dilakukan digenapi. Padahal Yesus sendiri tidak memiliki kesalahan apapun, tetapi mereka meminta Ponsius Pilatus untuk menjatuhi hukuman mati kepadaNya. Yesus yang dibunuh itu wafat, dikuburkan dan sudah bangkit. ia juga menampakkan diriNya kepada para murid yang mengikutiNya dari Galilea. Kebangkitan Yesus adalah pemenuhan janji Tuhan kepada manusia. Manusia dibebaskan dari dosa dan kematian.

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk tidak cemas atau takut tetapi percaya pada Yesus yang sudah mengalahkan kematian lewat kebangkitanNya. Kiranya iman kita semakin teguh dan harapan kita semakin kokoh kepadaNya. Dialah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup kita.

Doa: Tuhan, kami mohon berkatMu, semoga hari ini kami boleh bersatu dengan Dikau. Amen

PJSDB

Thursday, April 25, 2013

Renungan 25 April 2013

Hari Kamis Paskah IV
Kis 13:13-25
Mzm 88 2-3.21-22.25.27
Yoh 13:16-20

Terimalah Tuhan dalam hidupmu!

Mengasihi sampai tuntas! Ini adalah warta sukacita Yesus Kristus dalam Injil Yohanes bab ketigabelas. Ketika itu Yesus sebagai Tuhan harus berlutut di depan manusia yang berdosa yaitu para rasulNya, membasuh kaki mereka sebagai wujud cinta kasihNya sampai tuntas. Setelah selesai membasuh kaki para murid, Ia mengajak mereka untuk melakukan semua yang sudah dilakukanNya bagi mereka kepada sesama yang lain. Untuk mempertegas pelayananNya bagi manusia Yesus berkata: “Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, atau pun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.” (Yoh 13:16) 

Meskipun Yesus mengatakan sebelumnya bahwa “Aku dan Bapa adalah  satu” (Yoh 10:30), namun Ia sebagai Putera tetap melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Para murid juga dituntut untuk menunjukkan sikap sebagai hamba yang melayani dan utusan yang melakukan tugas perutusan. Pada akhir perikop kita, Yesus mempertegas lagi identitasNya: “Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, Ia menerima Aku dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku” (Yoh 13:20).

Yohanes mengajak kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada Yesus. Dialah satu-satunya utusan Bapa yang datang untuk menyelamatkan kita. Tugas kita adalah mengambil segala sesuatu yang Yesus miliki terutama semangat melayani sebagai tanda kasih sampai tuntas untuk kita dihayati dalam hidup setiap hari. Yesus adalah Tuhan tetapi menunjukkan diriNya sendiri sebagai Hamba dan Utusan. Inilah cara Tuhan merendahkan diriNya bagi kita. Gereja saat ini yakni semua orang percaya harus mengambil nilai-nilai hidup Yesus ini dan dihayati dalam pelayanan setiap hari.

Di dalam sejarah Gereja semangat pelayanan dan perutusan diwujudkan dalam kerelaan
misioner. Para rasul seperti Paulus dan Barnabas dikhususkan oleh Roh Kudus untuk tugas kerasulan. Mereka melakukan perjalanan misioner dengan penuh sukacita. Mereka meninggalkan Pafos ke Perga di Pamfilia, kemudian ke Antiokhia di Pisidia. Di Pisidia mereka masuk ke dalam Bait Allah dan Paulus mengajar di sana. Ia menceritakan semua kisah dalam Perjanjian Lama berupa karya Agung yang dilakukan Yahwe bagi nenek moyang mereka. Yahwe adalah Allah yang menyelamatkan. Ia membawa mereka keluar dari tanah Mesir, melewati padang gurun hingga masuk ke tanah terjanji. Tuhan juga memberi hakim-hakim dan nabi-nabi hingga nabi yang terakhir adalah Yohanes Pembaptis. Tuhan yang digambarkan Paulus adalah Tuhan yang membebaskan, menuntun dengan setia, berbicara kepada umatNya melalui para nabi dan menjadi raja bagi mereka.

Sabda Tuhan hari ini menuntun kita untuk menyadari kehadiran Tuhan yang tiada hentinya dalam perjalanan hidup kita. Allah yang mengasihi tanpa batas dan tanpa perhitungan apapun. Sikap Yahwe inilah yang patut kita ikuti dalam hidup dan pelayanan kita yaitu membebaskan, menuntun, berbicara satu sama lain, menjadi nabi dan raja karena pembaptisan. Mari kita wujudkan semuanya ini di dalam hidup kita setiap hari.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi pelayan-pelayan yang baik. Amen

PJSDB

Renungan 25 April 2013

Pesta St. Markus
1Ptr 5:5b-14
Mzm 89:2-3.6-7.16-17
Mrk 16:15-20

Pergilah dan beritakanlah Injil!


Hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan pesta st. Markus Penginjil. Markus dikenal dengan nama lain Yohanes Markus (Kis 12:12.25; 15:37). Dia adalah anak dari Maria di Yerusalem. Keluarganya merupakan bagian dari keluarga Helenis di Yerusalem. Rumahnya terbuka bagi para rasul dan para pengikut Kristus umumnya yang tergabung dalam komunitas gereja purba (Kis 12:12-16). Ia mendampingi Barnabas dan Paulus dalam perjalanan misi pertama, tetapi kembali ke Yerusalem seorang diri karena merasa terlalu melelahkan. Markus kemudian mendampingi Petrus ke Roma. Kebersamaan dengan Petrus ini digambarkan dalam Injil yang ditulis sebelum tahun 70 Masehi. Dia menjadi martir di Alexandria dan pada abad ke-9 relikinya dibawa ke Venetia, Italia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada perayaan St. Markus menggambarkan kepribadiannya
sebagai seorang penginjil. Di bacaan pertama kita mendapat gambaran penyertaan Markus bersama Petrus, bahkan Petrus menyapanya sebagai anaknya. Sapaan-sapaan yang meneguhkan iman di sampaikan Petrus untuk jemaat di Asia kecil. Petrus menulis: “Saudara-saudari terkasih, rendahkanlah dirimu satu sama lain sebab Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan”.  Kerendahan hati itu sebuah kebajikan yang tidak bisa dibicarakan tetapi ditunjukkan dalam perbuatan nyata. Tuhan Yesus sendiri merendahkan diriNya dalam pristiwa inkarnasi, bahkan sampai wafat di kayu salib. Orang yang rendah hati dapat melayani Tuhan dan sesama dengan baik.

Di samping ajakan untuk merendahkan diri, Petrus juga mengajak untuk menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan karena Dialah yang memelihara hidup kita. Banyak orang yang khawatir dengan hidupnya. Di dalam Injil Yesus sendiri mengingatkan: “Janganlah kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.” (Mat 6:25). Hampir setiap hari orang mengalami kekuatiran. Petrus mengatakan butuh iman yang teguh karena kekuatiran itu bisa berasal dari iblis. Allah dalam diri Yesus selalu menyertai langkah hidup kita. Nasihat-nasihat Petrus terhadap para murid Tuhan di Asia kecil masih aktual hingga saat ini. Kita perlu rendah hati, tidak kuatir dan iman yang teguh untuk melawan iblis.

Petrus mengakhiri suratnya dengan salam-salam. Ini merupakan tanda persaudaraan dalam Kristus. Kadang kita menganggap bahwa salam-salam itu tidak berguna lagi. Padahal salam-salam ini bersifat mengikat pribadi-pribadi di dalam Tuhan. Semuanya merasakan kasih karunia dari Allah dan menjadi satu keluarga Allah. Pada zaman ini memberi salam sudah terlalu mahal. Orang jarang saling menyalami. Petrus punya pengalaman, dengan memberi salam, damai sejahtera juga tinggal dalam hati setiap pribadi. Salam membuat orang bersaudara.

Penginjil Markus mengisahkan pengalaman akan Yesus di dalam InjilNya. Sesudah bangkit dari kubur, Yesus mengutus para murid: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Ini adalah perutusan bagi seluruh Gereja supaya membawa banyak orang kepada Tuhan. Apa tanda-tanda orang yang percaya? Para murid sebagai utusan Tuhan dan orang-orang yang dibaptis akan melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus sendiri. Mereka akan mengusir setan dalam nama Yesus, berbicara dalam bahasa-bahasa baru, memegang ular dan meminum racun. Mereka memberkati orang sakit dan orang sakit sembuh. Pokoknya semua hal yang berat akan menjadi ringan karena Tuhan hadir.

Sabda Tuhan pada pesta St. Markus ini mengajak kita untuk menyadari panggilan Tuhan
kepada kita masing-masing. Ia juga mengutus kita pergi sampai ujung dunia untuk mewartakan Injil. Bagaimana menjadi pewarta Injil yang sukses? Petrus membagi pengalamannya dalam bacaan pertama, sebuah ajakan pertobatan melalui kebajikan kerendahan hati, tidak kuatir dalam melakukan evangeliasasi atau membawa kabar sukacita kepada para orang-orang miskin dan membutuhkan. Mari kita menimba pengalaman Markus yang setia menyertai Barnabas dan Paulus dan juga Petrus.

Doa: Tuhan Bapa di dalam Surga, bangkitkanlah iman kami untuk selalu bersamamu. Amen

PJSDB 

Wednesday, April 24, 2013

Renungan 24 April 2013

Hari Rabu, Paskah IV
Kis 12:24-13: 5a
Mzm 67:2-3.5.6.8
Yoh 12:44-50
Satu selamanya...

Ketika memberkati suatu pernikahan, saat homili saya pernah bertanya kepada calon pasutri hal-hal sederhana dan spontan. Saya mengambil buku panduan perayaan pernikahan dan bertanya, “Ide siapakah untuk membuat buku panduan yang indah ini?” Calon istri menjawab, “kami berdua”. Calon suami juga menjawab,“Kami berdua”. Saya mengambil rosario yang akan diberkati dan bertanya, “Siapa yang membelinya?” Kedua-duanya menjawab, “Kami berdua”. Dan beberapa pertanyaan informatif lainnya jawabannya tetap sama, “Kami berdua”.  Akhirnya saya bertanya lagi, “Mengapa dari tadi semua jawaban “kami berdua”, tidak ada “saya” atau “dia?”. Sang isteri  menjawab, “Karena kami berdua mau menjadi suami dan isteri maka tidak ada lagi saya dan dia tetapi kami berdua adalah satu.” Ada juga sebuah pengalaman lain. Pada suatu kesempatan saya melihat seorang bapa membuka dompetnya dan tersenyum sendiri di dekat kasir. Saya bertanya, “Pak,  dari tadi buka dompet dan senyum terus. Ada apa ya?” Ia menjawab, “Saya kangen anak dan isteri saya. Biasanya istri yang belanja tapi hari ini dia sakit maka saya yang belanja”. Saya bertanya lagi, “Bagaimana rasanya kalau istri sakit?” Ia menjawab, “Saya juga merasa sakit karena kami berdua adalah satu”.

Dua pengalaman saya ini sederhana tetapi bisa membantu kita semua untuk memahami
perikop Injil hari ini. Penginjil Yohanes melaporkan bahwa Yesus berseru dengan suara nyaring kepada orang-orang Farisi yang percaya kepadaNya: “Barangsiapa percaya kepadaKu, Ia percaya bukan kepadaKu, tetapi percaya kepada Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa melihat Aku, Ia melihat Dia yang telah mengutus Aku.” Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus dan Bapa adalah satu. Tidak ada perbedaan di antara mereka. Yesus tidak melakukan pekerjaanNya sendiri tetapi melakukan pekerjaan Bapa. Maka setiap orang yang mengakui dan percaya Yesus, mereka juga percaya pada Bapa. Bahkan pada saat itu, kepada orang Farisi yang percaya kepadaNya, Ia mengatakan bahwa barangsiapa melihat Dia, mereka melihat Bapa sendiri. Yesus adalah tanda nyata kehadiran Bapa di dunia. Dialah Sabda Bapa yang menjadi manusia dalam peristiwa Inkarnasi.

Tanda persekutuan Yesus dan Bapa di Surga juga terungkap dalam kata-kata Yesus pada bagian terakhir Injil hari ini: “Sebab bukan dari diriKu sendiri Aku berkata-kata, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku, untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan”. Hal ini berarti semua perkataan Yesus sang Putera adalah perkataan Bapa surgawi dan kita sebagai manusia harus mendengar dan melaksanakannya di dalam hidup setiap hari.

Lukas dalam bacaan pertama mengisahkan pelayanan Misioner yang dilakukan oleh Barnabas dan Paulus. Dikisahkan bahwa meskipun ada penindasan terhadap para pengikut Kristus, tetapi semangat misioner para rasul semakin kuat. Firman Tuhan yang diwartakan juga makin banyak didengar orang. Barnabas dan Paulus membawa Yohanes Markus dari Yerusalem ke Antiokhia untuk memperkuat team pewartaan di sana. Di Antiokhia ada nabi dan pengajar yakni Barnabas dan Simon yang disebut Niger, Lukius dan Menahem dan Saulus.Ketika mereka sedang beribadah dan berdoa Roh Kudus berpesan: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka" Apa yang dapat dilakukan bersama-sama sebagai satu komunitas? Mereka berpuasa dan berdoa serta memberkati Barnabas dan Saulus untuk tugas pelayanan yang lebih besar. Barnabas dan Saulus melakukan perjalanan misioner penting untuk mewartakan Injil. Daerah-daerah yang mereka lewati adalah Seleukia dan Siprus.

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk merefleksikan panggilan hidup masing-masing. Panggilan hidup Yesus adalah sebagai Putra, Ia bersatu dengan Bapa dan melakukan semua pekerjaan Bapa. Para suami dan isteri dibaharui oleh Sabda Tuhan untuk setia satu sama lain. Tidak ada lagi "punyamu", "punyaku" tetapi "punya kita" karena suami dan isteri adalah satu bukan lagi dua. Para imam, biarawan dan biarawati adalah satu dalam komunitas meskipun memiliki banyak perbedaan. Sebagai Gereja, persekutuan itu kita rasakan dalam perayaan Ekaristi di mana kita mendengar Sabda yang sama dan menerima Tubuh dan Darah Kristus juga satu dan sama untuk kita semua. Nah, kita butuh Yesus sebagai Terang supaya semua perkataanNya ini sungguh-sungguh menjadi milik kita. Mari, bangunlah keluarga, Gereja dan dunia menjadi satu komunitas dalam Tuhan. Sebuah komunitas misioner yang satu untuk selamanya.

Doa: Tuhan, semoga kami merasakan kehadiranMu sehingga dapat bersatu denganMu dan sesama kami. Amen

PJSDB

Tuesday, April 23, 2013

Renungan 23 April 2013

Hari Selasa Paskah IV
Kis 11:19-26
Mzm 87:1-3.4-5.6-7
Yoh 10:22-30

Anugerah Hidup Kekal!


Yesus meneruskan diskursusNya tentang Gembala Baik. Kali ini Ia lebih menunjukkan jati diriNya kepada mereka. Ia berjalan-jalan di bait Allah, sekitar serambi Salomo.  Banyak orang mengenalNya dan meminta Dia untuk berterus terang mengatakan diriNya karena selama hari-hari itu mereka dalam kebimbangan. Tentu saja harapan banyak orang adalah supaya Ia dapat menjadi Raja orang Yahudi. Dia juga adalah Mesias yang dinanti-nantikan. 

Apa tanggapan Yesus terhadap situasi ini? Yesus memberi jawaban sekaligus teguran bagi mereka: “Aku telah mengatakannya kepadamu tetapi kamu tidak percaya. Pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama BapaKu, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu”. Teguran Yesus ini memang memiliki alasan yang kuat. Setiap hari mereka melihat dan mendengar Yesus tetapi mereka belum percaya kepadaNya. Kita ingat diskursus tentang Roti Hidup beberapa hari yang lalu. Mereka sudah makan roti, tetapi belum juga percaya pada Yesus. Mereka malahan merasa bahwa roti itu sama dengan mana yang pernah dimakan oleh nenek moyang mereka di padang gurun dan telah mati. Demikian juga dalam perikop kita ini, mereka melihat Yesus dan mengenalNya tetapi masih belum percaya akan segala sesuatu yang dilakukanNya. Itu sebabnya Yesus menganggap mereka sebagai orang yang bukan domba gembalaanNya. Mereka tidak mendengar suara Yesus. KonsekuensiNya, mereka juga tidak terbuka pada suatu bentuk ketaatan iman dan cinta kasih kepada Kristus.

Untuk mempertegas identitasNya, Yesus berkata: “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu
dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku. Aku memberikan hidup kekal kepada mereka dan mereka tidak binasa”. Yesus tahu bahwa orang-orang yang percaya keadaNya akan setia padaNya dan ia juga mengenal mereka. Persekutuan yang erat antara orang percaya dan Yesus seumpama domba-domba yang mendengar suara sang gembala dan mengenalNya. Mengenal berarti mentaati dan mengasihi. Konsekuensinya adalah mereka semua diberikan anugerah hidup kekal.

Pada akhirnya Yesus mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat merebut domba-domba dari tangan Bapa, karena Bapa memiliki kuasa yang luar biasa mengatasi segala kuasa. Yesus sebagai Putera dan Bapa adalah satu adanya. Orang-orang yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus akan tetap berada dalam tangan Tuhan, mereka dilindungi oleh Tuhan sendiri. Domba-domba, dalam hal ini orang-orang percaya adalah milik Bapa. Ia mempercayakan semuanya pada Yesus. Siapakah mereka yang percaya? Semua orang, kecuali orang Yahudi yang menutup hati pada Yesus. Yesus dan Bapa adalah satu. Ini mau menunjukkan kesatuan yang begitu mesra antara Yesus sebagai Putera dan Bapa sendiri dalam Roh Kudus.  Relasi ini tentu dapat dipahami dalam hubungan antara Yesus dan manusia yang akan ditebusNya. Kesatuan yang mesra antara Yesus dan Bapa inilah yang nantinya menjadi alasan bagi orang-orang Yahudi untuk mau melempariNya dengan batu.

Bacaan injil membuka wawasan kita untuk memahami betapa kuatnya kasih Yesus bagi kita semua. Ia berjanji untuk memberi hidup kekal kepada kita semua. Saya teringat akan kisah seorang bapa dan anaknya yang berenang di laut. Tiba-tiba muncul gelombang yang besar dan anaknya hilang seketika. Ayahnya juga diterpa ombak yang sama dan ikut hanyut. Setelah beberapa menit ayahnya bisa menyelamatkan dirinya. Dari kejauhan ia melihat anaknya sedang memeluk sebatang balok sambil berteriak, tetapi gelombang laut semakin ganas. Anak itu tetap berteriak meminta tolong ayahnya. Ia percaya ayahnya pasti akan menyelamatkannya. Setelah membuat tanda salib, ayahnya melompat dan puji Tuhan ia  berhasil meraih tangan anaknya, menyelamatkannya. Sesampai di darat mereka berpelukan dalam keadaan berlumuran darah. Kalau bersama Tuhan, segala kesulitan pasti dapat diatasi.

Lukas dalam bacaan pertama mengisahkan betapa para rasul juga mengalami kesulitan.
Mereka mengalami banyak penganiayaan setelah kemartiran Stefanus. Mereka menyebar kemana-mana untuk mewartakan Injil terutama di Fenisia, Siprus dan Antiokhia. Pokok pewartaan yang penting adalah Yesus adalah Tuhan. Tokoh penting yang ditonjolkan di sini adalah Barnabas yang berani mencari Saulus dan membawanya ke Antiokhia. Di Antiokhia, Barnabas dan Saulus mengajar banyak orang dan mereka percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Di Antiokhia juga para murid pertama kali disebut Kristen atau pengikut Kristus.

Sabda Tuhan hari ini sangat kaya maknanya bagi kita semua. Tuhan luar biasa karena memberikan hidup kekal kepada kita yang percaya kepadaNya.  Memang banyak pergumulan di dalam hidup setiap pribadi namun kasih Tuhan melampaui segalanya. Dialah yang selalu membuka jalan di dalam setiap perjuangan hidup kita. Hal terpenting di sini adalah percaya kepadaNya. Apakah anda percaya pada Yesus Kristus sebagai satu-satunya juru selamat kita?

Doa: Terima kasih Tuhan, Engkau rela menjadi Gembala Baik bagi kami. Engkau juga memberikan hidup kekal kepada kami masing-masing. Amen.



PJSDB