Hari Kamis, Pekan Biasa II
2Sam 7:18-19.24-29
Mzm 132:1-2.3-5.11.12.13-14
Mrk 4:21-25
Daud tidak hanya menari, Ia juga berdoa.
Raja Daud dikisahkan menari dengan penuh suka cita dan kekuatan di depan Tabut Perjanjian. Ia bersukacita karena mengalami kasih dan kemurahan Tuhan di dalam hidupnya. Ia hanya seorang gembala sederhana tetapi Tuhan sudah memilihnya menjadi Raja atas umat kesayanganNya. Tentang pengalaman Daud yang menari-nari di depan Tabut Perjanjian, Paus Fransiskus mengatakan bahwa memuji dan memuliakan Allah bukan hanya diperuntukan bagi orang-orang yang masuk dalam komunitas pembaharuan karismatik katolik. Semua orang yang dibaptis memuji dan memuliakan Allah dengan seluruh tubuhnya. Jadi, apabila kita menutup diri kita terhadap formalitas maka doa kita akan terasa dingin dan steril. Daud menginspirasikan kita supaya seluruh hidup kita terarah kepada Tuhan.
Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan dari Daud. Ia telah diingatkan oleh Nabi Nathan bahwa Tuhan tidak menghendaki supaya RumahNya dibangun. Tuhan sendiri hadir di tengah-tengah umatNya dan berpindah dari satu tenda ke tenda yang lain. Kehadiran Tuhan ini patut dirasakan oleh setiap orang yang percaya kepadaNya. Tuhan sendiri berjanji bahwa Ia akan mendampingi umatNya dan membiarkan mereka menyapaNya “Allah kami”. Dan bahwa salah seorang anak Daud yang akan mendirikan rumah yang tepat untuk Tuhan. Perkataan Tuhan melalui nabi Nathan ini tentu membuatnya merasa istimewa di hadirat Tuhan. Oleh karena itu Daud mengatakan rasa syukurnya dalam Doa.
Inilah perbincangan Daud dengan Tuhan di dalam kamarnya: “Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan Allah; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan Allah”. (2Sam 7:18-19). Daud berdoa sambil memeriksa bathinnya. Ia merasa tidak layak tetapi Tuhan melayakannya. Banyak kali kita juga berlaku seperti Daud dalam doanya ini. Kita merasa terlalu hina di hadirat Tuhan dan lupa bahwa Tuhan itu Bapa yang baik bagi kita. Ia melihat kemuliannya di dalam diri kita.
Selanjutnya Daud juga memuji Allah karena berkenan menjadi Tuhan bagi umat Israel. Ia mengokohkan mereka. Tuhan juga diharapkan memenuhi janjiNya kepada Israel. Dengan demikian nama Tuhan menjadi besar dan patut dimuliakan. Segala Firman Tuhan adalah kebenaran dan Ia menjanjikan perkara yang baik kepada Daud dan keturunannya. Doa Daud diakhiri dengan memohon berkat Tuhan untuk keluarga Daud dan keturunannya.
Doa Daud ini menarik perhatian kita. Ia percaya bahwa Tuhan Allah itu ada dan bahwa SabdaNya adalah kebenaran. Kasih setia Tuhan itu selama-lamanya ada di dalam keluarga Daud karena iman Daud. Dalam terang Perjanjian Baru, Yesus sang Mesias lahir dari keturunan Daud di kota Daud yaitu Betlehem. Tuhan melakukan karya besar di dalam diri Daud, gembala sederhana. Yesus sang Mesias pun akan lahir dalam kesederhanaan, di dalam kandang hewan dan domba-domba menjadi saksi kelahiran Anak Allah.
Sikap Daud, khususnya dalam berdoa menerangi hidup kita. Daud itu ibarat pelita yang menyala dan menerangi hidup kita yang gelap karena dosa. Dia berdoa untuk keturunannya, tentu saja kita semua yang mengakui Yesus Kristus dan mengatakan kepada kita bahwa Sabda Tuhan adalah kebenaran. Yesus Anak Daud adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh 14:6). Pelita yang menyala akan menerangi hidup kita sehingga semua orang dapat melihat perbuatan baik dan memuliakan Allah di Surga (Mat 5:16). Sabda Tuhan sebagai kebenaran adalah anugerah Tuhan. Mari kita bersyukur dan memuliakan Tuhan. Kita belajar dari Daud yang menerangi hidup kita bukan hanya dengan menari tetapi juga dengan doa. Apakah anda juga berdoa? Apakah doamu itu sebuah kebutuhan atau keterpaksaan?
Doa: Tuhan, ajarilah kami berdoa. Biarlah SabdaMu adalah Jalan, Kebenaran dan hidup kami sehingga kami dapat mengikuti Engkau dari dekat. Amen
PJSDB