Bacaan I: Keb 6:13-17
Mazmur: 63: 2.3-4.5-6.8-9
Bacaan II: 1 Tes 4:13-18
Bacaan Injil: Mat 25:1-13
Kerajaan surga itu
seumpama....
Kesalehan
dan kebodohan manusiawi kadang berjalan bersama. Ada seorang yang sangat saleh.
Ia selalu hadir di mana-mana kalau ada kegiatan gereja, mulai dari pertemuan
komunitas basis sampai ziarah kemana-mana. Tetapi ia juga kelihatan bodoh. Rumahnya
jauh dari jalan raya tetapi setiap kali kalau mau ke kota ia hanya duduk di
depan rumah sambil menunggu kendaraan mana yang bisa melewati lorong rumahnya
dan dia boleh ikuti. Apabila ada kendaraan yang sempat lewat dia selalu berkata,
“Aleluia, Tuhan mendengarkan doaku!” Tetapi terkadang ia harus menunggu kendaraan
seharian kalau hendak pergi jauh dari rumahnya. Ia berkali-kali diingatkan orang
untuk menunggu saja di dekat jalan raya tetapi ia selalu menjawab, “Tuhan pasti
menolongku. Ia akan mengirim kendaraan khusus buatku.” Tidak cukup menjadi saleh tetapi kebijaksanaan juga sangat
diperlukan.
Ini
hanya sebuah kisah sederhana yang mengatakan tentang perjalanan bersama antara
kesalehan dan kebodohan manusiawi. Kadang-kadang manusia mengatur Tuhan dengan
kebodohannya. Injil hari ini mengatakan kepada kita tentang kisah sepuluh orang
gadis yang menanti kedatangan mempelai di malam hari dengan pelita-pelita
mereka. Lima di antaranya dikatakan gadis yang bijaksana karena di samping pelita,
mereka juga menyiapkan persediaan minyak untuk penerangan dalam malam perjamuan
bersama mempelai. Lima gadis yang lain dikatakan bodoh karena mereka hanya membawa
pelita tetapi tidak membawa persediaan minyak. Tentu menjadi masalah yang besar
ketika sang mempelai tiba pada waktu yang tidak mereka ketahui. Pada saat itu
istilah “saling berbagi” itu sangat mahal dan tidak dapat di jangkau! Terlambat memiliki minyak seperti para gadis
bodoh pun tidak layak untuk sang mempelai: “Aku tidak mengenal kamu!”.
Perumpamaan
ini menakutkan karena kata-kata tajam yang disampaikan kepada gadis-gadis yang
bodoh. Mereka lama menanti sang mempelai tetapi diperlakukan kasar. Dimanakah
letak kesalahan mereka? Mereka tidak berjaga-jaga. Padahal berjaga-jaga untuk
menantikan kedatangan mempelai itu adalah hal yang serius. Dan itu adalah
tujuan utama mereka mengunakan malam yang gelap dan pelita yang bernyala untuk
ikut dalam perjamuan. Sang mempelai sendiri bebas menentukan waktunya untuk
datang maka sikap berjaga-jaga itu harus selalu ada dalam setiap saat
kehidupan. Maka hal yang penting di sini adalah, Tuhan tidak dapat dipermainkan
dengan kebodohan manusia. Dalam arti cukup ada lima gadis yang bodoh dan tidak
perlu lagi ada lima gadis bodoh yang lain. Singkatnya, orang perlu bijaksana di
dalam hidupnya.
Orang
yang selalu siap sedia mencari tentu berjaga-jaga dan terbuka pada
kebijaksanaan dan pasti akan menemukan kebijaksanaan itu. Mengapa? Karena kebijaksanaan
itu selalu berjalan, duduk di depan pintu untuk menemui orang yang mencarinya.
Ia membuka dirinya bagi manusia dan hadir dalam pemikiran manusia. Bagi manusia
yang berjaga-jaga untuk bertemu dengan kebijaksanaan akan bebas dari kesusahan.
Kebijaksanaan adalah Tuhan sendiri dengan sabdaNya yang menghidupkan manusia.
SabdaNya yang menyelamatkan manusia dalam diri Yesus. Sikap yang perlu dimiliki adalah tanpa henti mencari sampai menemukan kebijaksanaan dalam setiap situasi kehidupan, di semua tempat dan kegiatan-kegiatan batiniah kita.
Sabda
kebijaksanaan menyelamatkan baik orang hidup maupun orang mati. Santu Paulus
mengatakan bahwa semua orang yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan
Allah bersama Yesus. Oleh karena itu orang tidak seharusnya berduka seperti orang
yang tidak memiliki pengharapan. Sebaliknya orang beriman percaya bahwa Yesus
telah wafat dan bangkit dan tentu saja mereka juga akan bangkit bersama Dia.
Orang yang bijaksana akan selalu berharap pada keselamatan yang datang dari
Allah. Hal yang harus di bangun dalam diri sebagai pengikut Kristus menurut Paulus adalah menanti kedatanganNya dengan tenang, sabar karena memang kita akan selalu ada bertsama Tuhan.
Sabda
Tuhan pada Hari Minggu ini mengoreksi kebodohan kita yang sadar atau tidak
sadar mengatur kehendak Allah. Allah mahabijaksana dan Dia sendiri memiliki kehendak
yang indah bagi setiap pribadi. Oleh karena itu kita harus bersikap seperti
gadis-gadis bijaksana yang selalu berjaga-jaga, selalu waspada menanti dan
menyongsong sang mempelai yang datang pada waktu dan saat yang tidak kita
ketahui. Menanti dengan bijaksana membuat kita juga siap untuk ikut dalam
perjamuan kekal. Pintu surga terbuka karena Dia mengenal kita!
Kesadaran lain yang kiranya menjadi permenungan kita adalah bahwa dalam setiap saat kehidupan ini selalu terjadi pengalaman kegelapan malam dan terang. Para gadis itu mau menyambut mempelai pada malam hari dengan pelita yang bisa menerangi ruang perjamuan. Malam selalu menjadi simbol pencobaan dalam hidup manusia dan butuh harapan untuk melihat terang. Terang sendiri melambangkan kehidupan, sukacita karena menjadi saat untuk bertemu dengan Tuhan. Kiranya Yesus sebagai terang dunia senantiasa menerangi kegelapan hidup kita. Kita dihadapkan pada pilihan: malam atau siang?
Kesadaran lain yang kiranya menjadi permenungan kita adalah bahwa dalam setiap saat kehidupan ini selalu terjadi pengalaman kegelapan malam dan terang. Para gadis itu mau menyambut mempelai pada malam hari dengan pelita yang bisa menerangi ruang perjamuan. Malam selalu menjadi simbol pencobaan dalam hidup manusia dan butuh harapan untuk melihat terang. Terang sendiri melambangkan kehidupan, sukacita karena menjadi saat untuk bertemu dengan Tuhan. Kiranya Yesus sebagai terang dunia senantiasa menerangi kegelapan hidup kita. Kita dihadapkan pada pilihan: malam atau siang?
Sabda
Tuhan pada akhirnya memberi optimisme akan kehidupan baru yang hendak Tuhan berikan
kepada kita karena kita juga akan berkumpul bersama Yesus sang Mempelai, Terang dunia. Inilah suatu
kerinduan khusus untuk tinggal tetap bersama Yesus. Ada damai, suka cita,
seperti perjamuan yang tak kunjung habis bersama Yesus. Apakah anda siap untuk
ikut dalam perjamuan bersama Yesus? PJSDB
No comments:
Post a Comment