ORANG TUA (ITU) LAKSANA
TUKANG KEBUN YANG BAIK
Dalam ritus perkawinan terdapat sebuah pertanyaan mengenai
kesediaan untuk menjalani perkawinan kristiani. Imam bertanya, “Bersediakah
saudara menjadi bapa/ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan
kepada saudara dan mendidik mereka menjadi orang kristiani yang sejati?” Suami/istri masing-masing menjawab: “Ya saya bersedia.” Pertanyaan imam dan
jawaban pasutri ini sebetulnya berdampak positif pada tugas dan tanggung jawab
mereka sebagai orang tua.
Mendidik anak (parenting)
yang baik laksana mengasah sebuah mata pisau. Proses mengasahnya harus
dilakukan secara teliti dan berhati-hati namun harus juga dilakukan terus
menerus untuk mencapai ketajamannya sehingga pisau dapat berguna. Anak-anak
juga harus didik dengan teliti dan hati-hati terutama anak usia dini supaya
dapat bertumbuh secara normal. Banyak orang tua mengakui bahwa mendidik anak
merupakan suatu masalah yang kompleks dan jangan pernah salah. Oleh karena itu parenting
ini perlu dilakukan dengan tekun, sabar dan diimbangi dengan ketegasan atau
disiplin diri yang tinggi.
Apabila kita mengamati para tukang kebun atau penata taman
bunga, kita dapat belajar suatu pola parenting
bagi anak-anak dari pengalaman mereka, terutama dalam upaya mereka mendedikasikan
diri di kebun atau taman. Artinya para tukang kebun mempelajari seni menanam dan
mengembangkan “kehidupan” pada tanaman. Sama halnya dengan sebuah kebun yang
ditanami, di dalam suatu keluarga juga perlu seni menanam kehidupan terutama di
dalam diri anak-anak untuk bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Apabila tukang kebun memiliki pengetahuan tentang seni
menanam kehidupan dengan merawat dan menjaga tanaman, demikian juga terjadi bagi
orang tua untuk memiliki seni menanam kehidupan di dalam diri anak-anaknya
serta merawat dan menjaga mereka.
Parenting macam apa yang dapat dipelajari dari
tukang kebun?
1.
Memiliki suatu proyek tertentu. Tidak ada hal lain yang lebih
penting dalam mendidik anak selain partisipasi untuk mengembangkan kehidupan
anak-anak dari pihak orang tua. Di sini diperlukan sikap “memberi diri”. Artinya
orang tua memberikan rasa puas dan bahagia kepada anak-anak. Seorang tukang
kebun tidak dapat mengatakan bahwa tanamannya baik dan subur atau tanamannya
jelek, tetapi yang paling penting baginya adalah ia memiliki cita-cita dan orientasi
untuk membuat tanaman-tanaman itu hidup dan berguna. Tanpa suatu rencana atau
proyek yang jelas dari sang tukang kebun maka ia tidak mungkin mendapat tanaman
yang hidup dan berguna. Dalam hal parenting, orang tua juga hendaknya memiliki
rencana atau proyek yang jelas bagi anak-anaknya. Arah mana yang harus diikuti
dalam membina dan mendidik anak? Secara praktis, kalau ingin supaya anak-anak
bahagia perlu keinginan yang berasal dari dalam hati. Keinginan dari dalam hati
ini nantinya menjadi tujuan yang akan dicapai. Apabila sudah ada tujuan yang
jelas maka ciptakanlah strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Mengambil keputusan. Menumbuh-kembangkan suatu makhluk
hidup mengandaikan suatu tanggungjawab yang besar. Mengapa? Karena setiap
makhluk hidup memiliki kemampuan untuk berkembang. Setiap organisme hidup
adalah unik dan bertumbuh menurut dinamika pribadinya. Menghormati pribadi yang
lain juga merupakan hal yang esensial. Untuk dapat berkembang dengan baik perlu
belajar untuk memfokuskan perhatian pada situasi, dan bekerja untuk mencapai
tujuan yang akan dicapai. Orang tua perlu menyangkal diri dan melupakan diri
sendiri.
3.
Menyiapkan lahan. Tanaman dapat bertumbuh dan
berkembang pada tempat yang tepat. Demikian terjadi juga bagi anak-anak, di
mana mereka seharusnya menemukan keluarga sebagai tempat yang tepat bagi
kehidupan mereka. Di dalam keluarga, anak-anak mengalami kasih tanpa batas,
keluarga sebagai sebuah rumah dimana mereka merasa dikasihi dan belajar untuk
mengasihi. Anak-anak juga merasa diterima apa adanya dengan segala kelebihan
dan kekurangan. “Rumah kita” hendaklah menjadi perkataan bersama, bukan lagi
rumah saya, rumah dia atau rumah mereka. Sama halnya dengan tanaman yang harus
dirawat dengan disiplin tertentu, demikian juga anak-anak perlu diberi disiplin
tertentu sehingga mereka dapat berkembang sebagai pribadi yang patuh, berani
dan setia.
4.
Menyiapkan air. Lahan mungkin subur untuk tanaman
namun kalau tidak disirami dengan air maka tanamanpun tidak akan bertumbuh. Air
itu dapat disamakan dengan komunikasi yang berlangsung timbal balik di dalam
keluarga. Banyak keluarga yang mengalami sindrom
Yudas Iskariot yang “terlalu sibuk” dengan karir, atau terbelenggu dengan aktivisme sehingga lupa membangun
komunikasi dengan anak-anak. Komunikasi yang baik dengan anak-anak mengandaikan
kemampuan orang tua untuk mendengar. Mendengar dengan baik berarti membiarkan
anak-anak mengekspresikan diri mereka seadanya kemudian masuklah melalui pintu
hati anak-anak, hindarilah masuk melalui pintu hati sebagai orang tua. Jangan
menghalangi mereka pada saat berbicara, biarkan mereka puas berbicara dan
tanggapilah pembicaraan mereka sesuai keadaan yang ada.
5.
Kekhawatiran akan cahaya. Supaya tanaman-tanaman dapat
bertumbuh dengan baik maka mereka memerlukan cahaya. Tanaman memiliki
iritabilitas tertentu untuk senantiasa bergerak ke arah sumber cahaya.
Akibatnya bentuk batang tanaman akan beradaptasi dengan lingkungannya. Cahaya
itu berguna bagi pikiran dan jiwa manusia. Cahaya tidak lain adalah budaya,
adat kebiasaan, kehidupan moral, latihan-latihan keterampilan tertentu, seni,
inteligensi, kebajikan-kebajikan, bela rasa, religiositas. Semua ini hendaknya
tercipta dan di alami di dalam keluarga.
6.
Bekerja dengan penuh semangat. Kehebatan dari tukang kebun dilihat
pada seberapa subur dan indahnya tanaman-tanaman di lahan di mana ia bekerja.
Orang tua di dalam sebuah keluarga menjadi hebat karena bekerja dengan semangat
untuk kanak-anaknya. Ada kebahagiaan dan suka cita istimewa dalam keluarga
sehingga membawa energi baru bagi keluarga. Kebahagiaan sejati bukanlah suatu
kemenangan tapi suatu tindakan untuk maju. Orang tua harus punya perhatian
istimewa kepada anak-anak. Jangan hanya membatasi diri pada hal-hal yang umum
saja. Mendidik itu indah karena merupakan suatu proses dimana anak-anak dapat
belajar banyak sehingga dapat mempraktekan dimensi-dimensi baru kemanusiaan
mereka.
7.
Membersihkan rumput liar. Lahan, air, cahaya merupakan
elemen-elemen penting bagi pertumbuhan tetapi itu belumlah cukup. Tukang kebun
yang baik akan menjaga tanaman-tanaman supaya bertumbuh dengan baik, tidak
dihalangi oleh rumput-rumput liar. Demikian terjadi juga dengan para orang tua
yang setia menjaga anak-anaknya dari kejahatan dan dosa. Perlu diingat bahwa
perkembangan anak-anak itu bertahap. Kemandirian juga diperoleh tahap demi
tahap. Sama seperti tukang kebun yang hati-hati mencabut rumput liar demikian
terjadi juga dengan anak-anak. Kewaspadaan itu indah!
8.
Melatih kesabaran. Tukang kebun sangat teliti dan taat
pada apa yang harus dia lakukan. Ia membuat daftar pekerjaan pada hari itu
secara jelas. Ia juga melakukan monitoring terhadap pekerjaan-pekerjaan dan
tanaman. Tentu semua ini harus dilakukan dengan semangat kesabaran. Tukang
kebun tidak dapat memaksa tanamannya untuk cepat berbuah. Melatih kesabaran
tentu akan lebih berat dalam parenting. Orang tua terkadang keliru dalam
memperlakukan anak-anaknya. Ada yang berpikir bahwa dalam proses perkembangan
ini anak-anak itu bertumbuh menjadi dewasa sesuai kategori sebagai orang tua.
Kesabaran dapat ditunjukkan dengan membiarkan anak-anak bertumbuh secara
normal.
Sungguh luar biasa. Pengalaman tukang kebun dapat menjadi
model bagi orang tua dalam mendidik anak-anak di rumah. Kalau tanaman saja
dapat dirawat dengan baik sehingga menghasilkan buah dan daun yang baik, maka
akan lebih baik lagi bagi orang tua yang merawat anak-anaknya. Kita butuh
generasi baru yang hebat.
PJSDB
Saya merasa teori mengumpamakan orang tua sebagai tukang kebun yang selalu memperhatikan tanaman sangat bagus. Namun di Metropolitan ini ortu hanyallah pencari uang untuk mencukupi kebutuhan anak, namun jauh dari sikap cinta dan perhatian. Anak-anak tumbuh tanpa disirami ataupun mendapat sinar secukupnya. Akibatnya tumbuh diantara rumput liar yang akibatnya jatuh kelingkungan yang kurang sehat. Contohnya keponakanku : Dua anak kembar ini dibiarkan tumbuh dalam asuhan ibu tiri yang tidak sayang anak. Kerap tidak diberi makan. Ayahnya yang adalah ipar saya hanya melanjukan usaha adikku berdagang. Akhirnya kena hepatitis C dalam waktu 10 thn dia akhirnya meninggal. Anak yang laki-laki yang coba saya ampu dia lari ke internet. Dan saudara kembarnya agak kolokan, karena kurang perhatian dan minta perhatian lebih. Namun akhirnya berkat doa yang laki-laki mau kerja. Yang perempuan dalam adaptasi lingkungan dia kena sakit maag dan radang kandung kemih. Namun saat ini karena ada perhatian dari ibu yang baik dia kembali sehat. Perlu kiranya pendampingan calon mempelai agar tidak hanya mencari uang tetapi bersikap seperti tukang kebun yang selalu perhatian pada tanamannya.
ReplyDelete