T.Est 4:10a.10c-12.17-19; Mzm 137:1-3.7-8; Mat 7:7-12
Kuasa Doa
Curhat
atau curahan hati selalu dilakukan oleh orang-orang yang saling percaya satu
sama lain. Saya dapat curhat dengan pribadi tertentu kalau saya percaya dia
dapat mendengar dan membantu saya mengatasi pergumulan tertentu di dalam
hidupku. Lalu terjalinlah relasi antar pribadi yang dibangun di atas dasar
saling percaya, saling mengerti dan meneguhkan. Demikian relasi antar pribadi
sebagai sesama manusia dan relasi dengan Tuhan.
Esther
dalam bacaan hari ini, datang kepada Tuhan dalam doa-doanya, ibarat dia sedang
curhat dengan Tuhan. Doa Esther dibangun di atas iman dan kepercayaanNya pada
Yahve: “Tuhanku, Raja kami, Engkaulah
yang tunggal, tolonglah aku yang seorang diri ini.” Iman ini merupakan
warisan turun-temurun dari orang tuanya: “Sejak
masa kecilku telah kudengar dalam keluarga bapaku, bahwa Engkau ya Tuhan telah
memilih Israel…” Doa kepada Tuhan bukan hanya semata-mata untuk memohon
pengampunan atas dosa-dosa atau meminta bantuan Tuhan pada saat-saat yang sulit
saja tetapi dalam segala situasi hidup orang perlu mengungkapkan dirinya di
hadirat Tuhan. Dalam arti setiap pribadi maupun komunitas sama-sama menyatakan
iman mereka kepada Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya harapan Esther: “Tetapi selamatkanlah kami ini dengan
tanganMu dan tolonglah aku yang seorang diri ini yang tidak mempunyai seorang
pun selain dari Engkau ya Tuhan”.
Dimensi
lain dari doa ditunjukkan oleh Yesus dalam Injil hari ini. Doa itu ibarat kita meminta,
mencari, dan mengetok pintu dan Tuhan pasti akan mengabulkannya. Semua ini
menunjukkan Tuhan sebagai Bapa yang baik yang senantiasa memperhatikan kebutuhan
anak-anakNya melebihi para bapa di bumi ini. Dia adalah segala-galanya bagi
manusia. Pengalaman kebaikan Allah sebagai Bapa yang baik atau pengalaman
dikasihi oleh Allah hendaknya dilakukan dalam perbuatan-perbuatan nyata kepada
sesama manusia: “Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka”.
Doa
adalah pengalaman persekutuan setiap pribadi dengan Tuhan Allah. Terkadang kita
merasa Tuhan begitu jauh dan kita selalu merasa berdoa ”kepada” Tuhan.
Hendaknya kita merasa seperti Esther bahwa Tuhan itu akrab, Dia Bapa yang baik.
Atau para rasul yang berdoa “bersama” Tuhan Yesus. Doa bersama Tuhan Yesus
karena Dialah Emanuel. Dengan perasaan bathin seperti ini, kita lalu merasa doa
adalah “kasih” karena kita bersatu dengan Tuhan yang adalah kasih abadi.
Bagaimana dengan kehidupan doamu sekarang? Apakah anda masih berdoa “kepada”
Tuhan? Atau “bersama” Tuhan atau sudah masuk tingkat doa adalah “kasih”?
PJSDB
No comments:
Post a Comment