Ul 26:16-19; Mzm 119:1-2.4-5.7-8; Mat 5:43-48
Mengasihi musuh?
Konon dalam
sejarah Amerika, pernah terjadi perang saudara. Pada saat itu Amerika di pimpin
oleh presiden Abraham Lincoln. Dalam suatu perjamuan kenegaraan ia sempat
berbicara tentang pihak musuh di bagian selatan negara itu. Ia berkata,
"Mereka-mereka di bagian selatan adalah orang yang sedang melakukan suatu
kekeliruan. Oleh karena itu mereka bukanlah musuh yang harus dibasmi".
Tentu saja pernyataan tuan presiden ini mengandung pertentangan di dalam ruang
perjamuan. Seorang ibu dengan keras menegurnya: "Tuan presiden seharusnya
malu. Mereka itu telah bermusuhan dengan kita. Seharusnya tuan memikirkan
strategi bagaimana menghancurkan mereka!". Dengan tenang Lincoln berkata,
"Ibu, bukankah kita sudah menghancurkan mereka dengan menjadikannya
sebagai sahabat kita?"
Betapa gampangnya kita memiliki atau menjadikan sesama
menjadi musuh. Apabila sudah ada pribadi-pribadi yang masuk kategori musuh maka
mereka-mereka inilah yang setiap hari masuk dalam pikiran jahat. Ada saja
strategi bagaimana menghancurkan mereka atau membalas dendam terhadap mereka.
Tetapi Yesus membaharui kebiasaan “membenci musuh” dengan “mengasihi musuh”.
Ini betul-betul suatu Injil atau kabar sukacita yang baru. Yesus berkata: “Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu!” Mengapa demikian?
Karena Tuhan Allah Bapa sendiri
mengasihi semua orang. Orang baik dan orang jahat dikasihiNya dengan
menciptakan matahari dan hujan. Cinta kasih kepada sesama itu sifatnya
universal dan orang berdosa juga membuatnya tetapi cinta kasih menjadi istimewa
ketika musuh juga dikasihi. Orang yang mampu melakukannya akan menjadi orang
kudus menyerupai Tuhan yang Mahasempurna yang mengasihi semua manusia.
Mengasihi adalah perintah Tuhan atau ketetapan Tuhan
yang perlu dihayati oleh setiap orang. Kepada umat Perjanjian Lama Tuhan
bersabda: “Dengarlah hai orang Israel: Tuhan Allah kita itu, Tuhan itu Esa!
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu (Ul 6:4-5), dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri (Im 19:18). Yesus mengulanginya dengan mengatakan bahwa kasih
adalah hukum utama. Mengapa? Karena Allah sendiri adalah kasih! (1Yoh 4:8.16).
Marilah kita saling mengasihi karena kasih itu berasal
dari Tuhan. Masa prapaskah mengundang kita untuk membenahi diri kita karena
Yesus Kristus sebagai pusat permenungan kita menunjukkan kasih tanpa batas
dengan menebus semua orang. Ia mengampuni para algoju dari Salib: “Bapa
ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Mampukah
kita mengasih semua orang, bahkan musuh sekali pun? Ingatlah para musuhmu dan
belajarlah untuk mengasihi mereka!
PJSDB
No comments:
Post a Comment