Kis 11:1-18
Mzm 42:2-3;43:3.4
Yoh 1-10
Gembala sebagai pintu bagi domba
Tanah Israel merupakan tanah yang
cocok sebagai padang untuk menggembalakan domba dan kambing. Hampir setiap
keluarga memiliki domba dan kambing. Para gembala memiliki kewajiban untuk melindungi
hewan ternaknya ini. Oleh karena itu di dalam rumah-rumah mereka yang kuno, selalu
ada tempat untuk mengumpulkan domba dan kambing mereka. Biasanya di lantai
dasar menjadi kandang dan ada pintu kecil ukuran domba dan kambing dapat masuk
ke dalamnya. Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama kita mendapat gambaran bahwa domba-domba
ini harus dilindungi dari hewan-hewan liar, para pencuri, bahaya-bahaya dan
iklim yang tidak menentu (Kej 31:39-40). Sang gembala memimpin domba-dombanya
ke padang rumput yang hijau, air yang jernih dan melindungi mereka (Mzm
23:1-4).
Para pemimpin politik dan keagamaan di Israel disamakan dengan para gembala yang memimpin sedangkan masyarakat saat itu disamakan dengan
domba-domba. Masyarakat umum ini harus diperhatikan oleh para pemimpin. Yesus
membaca situasi sosial politik ini dan coba masuk untuk menjelaskan diriNya sebagai gembala
yang baik. Gembala yang baik memperhatikan domba-dombanya. HatiNya selalu
berbelaskasih ketika melihat banyak orang yang datang kepadaNya seperti domba
tanpa gembala (Mrk 6:34). Ia mengajar mereka, membuat tanda heran berupa
penggandaan roti untuk memberi mereka makan. Ia juga menunjukkan sifat
kegembalaanNya dengan meninggalkan 99 ekor yang tidak tersesat dan mencari satu
yang tersesat dan ketika menemukannya, ia sangat bersukacita. (Luk 15:1-7).
Penginjil Yohanes dengan jelas
menggambarkan Yesus sebagai gembala yang baik. Dia adalah pintu masuk kepada
domba-domba. Gembala yang baik adalah cara Tuhan menghadirkan diriNya dalam
Perjanjian Lama (Yeh 34; Mzm 23). Yesus adalah model gembala baik untuk dua hal
penting: pertama, Ia rela menyerahkan nyawaNya bagi domba-dombaNya; kedua, Ia
mengenal domba-dombaNya. Pengetahuan ini mengandaikan kasih yang menjadi dasar
bagiNya untuk menyerahkan nyawa bagi domba-dombaNya.
Pengalaman kegembalaan ini juga
dialami oleh Petrus pada awal Gereja purba. Ada kesulitan dan tantangan yang
dihadapi terutama persoalan pewartaan injil kepada kaum yang bersunat dan tidak
bersunat. Bangsa-bangsa lain pun dikasihi oleh Allah dan Ia menganugerahkan
pertobatan yang memimpin kepada hidup.
Kita bersyukur kepada Tuhan
karena Ia adalah gembala yang baik. Ia adalah pintu masuk kepada domba-domba
itu. Siapakah domba-domba itu? Mereka adalah sesama di sekitar kita. Dalam
hidup setiap hari kita memerlukan pintu ilahi yaitu Yesus. Masuklah melalui
Yesus sebagai pintu! Dia pasti membuka dan menunjukkan jalan yang benar. Kita
juga dapat menjadi pintu bagi sesama lain ketika mereka mengalami kesulitan dan
tantangan hidup. Bukalah pintu hatimu, terimalah semua saudara apa adanya.
Tidak ada perbedaan antara kaum yang bersunat atau tidak bersunat karena Tuhan
mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan. Apakah anda dapat menjadi pintu
bagi sesama?
PJSDB
No comments:
Post a Comment