2Raj 2:1.6-14
Mzm 31: 20.21.24
Mat 6: 1-6.16-18
Jangan bersikap munafik!
Kita semua mengenal kata munafik. Dari segi etimologinya, kata munafik berasal dari bahasa Arab “munafik”. Kata ini memiliki banyak pengertian yaitu: Pribadi yang bermuka dua; orang yang perkataannya berbeda dengan isi hatinya; orang yang suka berbohong; orang yang berpura-pura percaya atau setia kepada agama tetapi di hatinya tidak; orang yang mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru kata munafik diterjemahkan dari kata “hupokrithes” dan disebutkan sebanyak 20 kali. Kata ini dikenal dalam bahasa Inggris hypocrite. Dalam Bahasa Yunani, kata ini secara harafiah berarti orang yang suka bermain drama. Di dalam Kitab Perjanjian Lama Septuaginta, kata ini hanya dipakai 2 kali yakni “kanef” yang berarti tidak bertuhan. Di dalam Kitab Perjanjian Baru kata munafik sering diidentikan dengan kaum Farisi. Mereka buta terhadap kesalahan sendiri (Mat 7:5). Buta terhadap pekerjaan Tuhan (Luk 12:56). Buta akan nilai-nilai yang benar (Luk 13:15). Terlalu menilai kebiasaan manusiawi secara berlebihan (Mat 23: 14-15.25.29). Mereka suka mempertontonkan dirinya (Mat 6:2). Tuhan Yesus mengenal isi hati mereka dan mengatakan bahwa mereka adalah orang munafik (Mat 23:27-28).
Bagaimana dengan hidup sebagai pengikut Kristus? Ada tiga hal penting yang diminta oleh Yesus untuk dilaksanakan dengan benar di hadapanNya yakni memberi sedekah, berdoa dan berpuasa. Ketiga hal ini adalah bentuk penghayatan iman kristiani yang benar dan layak di hadapan Tuhan Allah. Untuk lebih jelas, perhatikanlah perkataan Yesus ini: “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang supaya dilihat. Kalau memberi sedekah, janganlah mencanangkan hal itu seperti orang-orang munafik di rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Hendaknya tangan kirimu tidak mengetahui apa yang dibuat tangan kananmu. Kalau kalian berdoa jangan seperti orang munafik tetapi masuklah ke dalam kamar, tutup pintu dan berdoalah. Kalau berpuasa jangan muram mukamu seperti orang munafik, tetapi minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu.” Motivasi yang mendasari ketiga penghayatan iman kristiani ini adalah cinta kasih kepada Allah dan sesama manusia.
Memberi sedekah bukan hanya sekedar materi yang diberikan kepada sesama. Dalam pemahaman yang lebih luas sedekah (alms) juga berarti berlaku adil terutama dalam berbagi dengan sesama manusia. Sikap adil itu dicontohkan dengan cara memberi supaya tangan kiri jangan mengetahui apa yang diberikan tangan kanan. Dengan bahasa yang sederhana, memberi sedekah berarti tidak melakukan perhitungan-perhitungan ketika menolong seseorang. Doa yang ditekankan di sini oleh Yesus lebih berhubungan dengan doa pribadi. Doa pribadi membuat orang bersatu, intim dengan Tuhan. Puasa merupakan upaya matiraga untuk menyelaraskan amal kasih dan doa. Bagaimana orang dapat beramal dan berdoa kalau ia tidak dapat bermatiraga atau menguasai dirinya (puasa). Ketiga hal ini merupakan pekerjaan-pekerjaan baik yang membuat banyak orang dapat memuliakan Tuhan. Tentu saja dilakukan dengan tulus bukan dengan kemunafikan.
Sebagai ganti kemunafikan, kita belajar kesetiaan. Kisah Elisa yang mengikuti Elia dalam bacaan pertama, menginspirasikan kita nilai luhur kesetiaan. Elisa meminta yang terbaik dari Elia yaitu rohnya sebagai nabi atau utusan Tuhan. Dengan demikian Elisa mengikuti Nabi Elia sebagai utusan Tuhan. Elia boleh naik ke Surga tetapi Elisa tetap melanjutkan semangatnya. Hal penting yang kiranya perlu kita lakukan dalam hidup adalah kharisma dan keteladanan. Sebagaimana Elia memiliki kharisma istimewa dan keteladanan yang baik membuat Elisa terpesona dan mengikutinya. Hal yang sama selalu terjadi di dalam Gereja. Setiap pribadi memilih nama Baptis yakni nama seorang kudus yang dijadikan model hidup yang tepat.
Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk bertumbuh melalui perbuatan-perbuatan baik sehingga nama Tuhan tetap dimuliakan. Pertumbuhan itu ditandai dengan sikap saling berbagi dalam karya amal kasih dengan orang miskin, dengan doa yang tulus di hadirat Tuhan dan puasa sebagai upaya matiraga yang membuat kita menguasai diri kita dengan baik sehingga dapat beramal dan berdoa. Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Ia senantiasa mengingatkan kita untuk bertumbuh dalam iman. Pesan istimewa bagi kita adalah menjadi orang yang setia, dan jangan bersikap munafik di hadiratNya.
Doa: Tuhan, semoga kami setia dalam hidup sebagai pengikutMu.
PJSDB
No comments:
Post a Comment