Ef 4:32-5:8
Mzm 1:1-2.3.4.6
Luk 13:10-17
Mengampuni itu indah!
Seorang anak muda memberikan sharing pengalamannya tentang seni
mengampuni. Ia mengatakan kepada semua yang mendengar sharingnya, “Siapa di antara
kita yang mengatakan mengampuni itu sulit dan berat? Bagi saya mengampuni itu
sangat indah dan patut kita lakukan dengan segenap hati!” Dia mempertegas sharingnya dengan mengambil contoh Bapa
yang penuh kasih di dalam Injil Lukas (Luk 15:11-32). Indah sekali sikap
bapanya yang baik hati dan suka mengampuni: Ketika
masih jauh ayahnya tekah melihatnya. Ayahnya tergerak hati oleh belas kasihan
dan berlari mendapatkan anak itu, merangkul, dan mencium dia. Anak itu diberi
jubah, cincin dan sepatu yang baru. Sebagai tanda syukur anak lembu tambun juga
menjadi hidangan yang lezat bagi mereka (Luk 15: 20-23). Semua orang tentu
merasa heran dengan ungkapan orang muda ini. Mereka dapat saja bertanya dalam
hatinya, “Bagaimana mungkin mengampuni
itu dikatakan indah sebab pada kenyataannya semua orang merasa sulit untuk
mengampuni?” Yah, secara teoretis
orang dapat saja mengatakan: “Mengampuni
itu indah” tetapi pada kenyataannya orang dapat saja mengalami kesulitan.
Beberapa hari yang lalu saya mendampingi sebuah Seminar Hidup Baru dalam Roh (SHBdR)
bersama sekelompok anak-anak muda. Setelah sesi ke empat yaitu menerima karunia
Allah mereka mengaku dosa dan doa untuk menyembuhkan luka bathin. Mereka
dibimbing dan didoakan kemudian secara simbolis mereka membasuh kaki figur
orang tertentu yang menimbulkan luka bathin mereka. Ada figur orang tua,
saudara-saudari, mantan pacar dan romo. Orang-orang muda ini dengan kesadaran
nurani yang tinggi datang kepada figur yang pernah menyakitinya, kemudian
secara simbolis membasuh kaki, mengeringkan dan mencium kaki figur sebagai
tanda mengampuni orang yang pernah menyakiti. Tangisan adalah iringan yang
terbaik dalam proses ini. Anak-anak muda ini sepakat mengatakan, “menuju kesembuhan dan dibaharui”.
Dua pengalaman di atas kiranya membuka wawasan kita pada hari
ini untuk memahami Sabda Tuhan. Santo Paulus kepada jemaat di Efesus menulis: “Saudara-saudara, hendaklah kalian bersikap
ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih sayang dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah telah mengampuni kalian di dalam Kristus.” Paulus
menggarisbawahi ciri khas para pengikut Kristus yakni: Keramahan sebagai
saudara. Orang yang ramah itu memiliki hati yang damai dan terpancar dalam
wajahnya yang tenang. Penuh kasih sayang ditunjukkan dalam perilaku dan
perbuatan kasih yang nyata. Saling mengampuni dengan berusaha melupakan dosa dan
salah yang telah diperbuat oleh orang lain kepadanya.
Apa yang harus dilakukan para murid Kristus? Paulus mengajar
beberapa hal praktis ini:
Pertama, supaya para murid Kristus menjadi penurut
Allah laksana anak-anak kesayangan Allah. Para murid Kristus juga harus hidup di dalam kasih sebagaimana Kristus
Yesus juga telah mengasihi dengan mengurbankan diriNya.
Kedua, Menjauhkan diri dari percabulan, rupa-rupa
kecemaran, keserakahan dan perkataan kotor. Paulus mengatakan “menyebutnya”
saja tidak boleh!
Ketiga, Selalu bersyukur kepada Tuhan. Apa
pun pengalaman di dalam hidup, suka maupun duka selalu berusaha untuk bersyukur
kepada Tuhan.
Tuhan Yesus sendiri menunjukkan keindahan mengampuni ketika
berjumpa dengan orang-orang yang sakit, orang-orang berdosa dan tersesat. Bagi
Yesus, mengampuni itu bersifat menyembuhkan. Dalam Injil hari ini, Yesus mengampuni
seorang wanita yang sudah 18 tahun kerasukan roh. Ia menderita secara fisik,
sampai tidak berdiri secara tegak. Ia seperti punya beban yang berat. Yesus
mengampuni dengan menumpangkan tangan ke atasnya. Orang itu sembuh dan
memuliakan Allah.
Hidup kristiani akan menjadi indah ketika kita berlaku ramah,
penuh kasih sayang dan saling mengampuni. Semuanya ini sudah kita terima dari
Tuhan dan marilah kita melakukannya di dalam hidup kita. Mari kita juga
menjauhkan sikap keras hati yang selalu nampak dalam kebiasaan mengulangi
dosa-dosa yang sama. Tentu saja orang yang keras hati akan sulit untuk
mengampuni sesama yang bersalah kepadanya. Bagaimana dengan anda? Masih menyimpan
dendam? Apa untungnya anda menyimpan dendam terlalu lama?
Doa: Tuhan, ampunilah kami karena selalu jatuh dalam dosa. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment