Why 4:1-11
Mzm 150: 1-6
Luk 19:11-28
Sanctus Dominus Deus Sabaoth!
Seorang ibu menyanyi dengan suara
lantang: “Sanctus..sanctus...sanctus Dominus
Deus Sabaoth, Pleni sunt caeli et terra gloria tua. Hosana in excelsis. Benedictus qui venit in nomine Domini, Hosana in excelsis”. Mata semua orang tertuju padanya. Dengan wajah
kemerah-merahan ia bertanya kepada teman di sampingnya: “Mengapa semua orang
memandangku dengan keheran-heranan?” “Kamu hebat, karena baru kali ini kamu
menyanyikan lagu Kudus dengan baik, bahkan dalam bahasa Latin” kata temannya.
Ibu itu sedang percaya diri karena dia merasa terkesan menyanyikan lagu kudus: “Kudus, kudus, kudus Tuhan Allah segala
kuasa, Surga dan bumi penuh kemuliaan. Terpujilah yang datang dalam nama Tuhan. Terpujilah Engkau di Surga”.
Banyak kali kita mendoakan atau menyanyikan lagu Kudus ini secara instan
karena sudah terbiasa dalam perayaan Ekaristi dan kurang menghayatinya. Hari ini kita justru
diingatkan untuk menghayatinya dengan baik.
Yohanes dalam Kitab wahyu hari
ini mencoba membantu kita untuk memahami keluhuran dan kesucian Allah. Untuk
itu ia menggunakan bahan-bahan dari Kitab Perjanjian Lama bukan sekedar untuk
mengingatkan tetapi menghayatinya secara baru dalam Kristus. Itu sebabnya di
dalam gereja masa kini, selalu ada nyanyian pujian bagi Allah sang pencipta.
Dia adalah pencipta dan Tuhan atas segala sesuatu.
Yohanes mengisahkan
penglihatannya: “Sebuah pintu terbuka di
Surga, dan suara yang dulu pernah ku dengar berkata kepadaku seperti bunyi
sangkakala, katanya, “Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang
harus terjadi sesudah ini.“ (Why 4:1) Yohanes dipenuhi oleh Roh Kudus dan
melihat taktha dan orang yang Mahaluhur duduk di atas takhta itu. Segala
makhluk memuji dan memuliakan Dia yang ada di atas Takhta: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah yang mahakuasa yang selalu ada
dahulu, kini dan kelak” (Why 4:8; Yes 6:2-3). Para tua-tua yang berjumlah dua puluh empat orang juga berlutut
sambil berseru: “Ya Tuhan dan Allah kami,
Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat, dan kuasa. Sebab Engkau telah
menciptakan segala sesuatu. Dan karena kehendakMu, semuanya itu ada dan
diciptakan.”(Why 4:11).
Gambaran St. Yohanes ini membantu kita untuk membayangkan situasi di Surga: Di langit ada sebuah takhta. Seorang manusia yang agung duduk di atasnya.
Dialah seorang yang tidak kelihatan, yang daripadanya cahaya dan hidup memancar.
Dialah Wujud Ilahi yang direnungkan dalam sumbernya, yaitu Bapa. WajahNya
memang tidak dapat dilukiskan namun semua unsur alam yang begitu mulia dan
berharga dipakai untuk menunjukkan keilahianNya. Ada angin ribut, kekuatan api,
kemurnian dan kesegaran air. Para tua-tua
berjumlah dua puluh empat orang adalah orang-orang kudus dalam dunia Perjanjian Lama sebagai
gambaran orang-orang yang setia (Yes 24:23). Empat makhluk hidup adalah simbol
malaikat-malaikat.
Yohanes juga menggunakan
simbol-simbol untuk menggambarkan Allah sebagaimana dilakukan oleh Yesaya dan Yehzkiel.
Gambaran tentang hewan-hewan: singa, lembu, muka manusia, burung rajawali
kemudian dipakai dalam kesenian kristiani untuk melambangkan keempat penulis
injil: Matius (muka manusia), Markus (Singa), Lukas (sapi) dan Yohanes (burung
rajawali).
Penginjil Lukas mengingatkan kita
dalam bacaan Injil hari ini untuk selalu bersiap siaga di hadirat Tuhan,
manakala Ia menuntut kita untuk bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang
telah diserahkan kepada kita. Setiap orang telah menerima cuma-cuma dari Tuhan
berupa waktu bakat dan kemampuan untuk mengembangkan Kerajaan Allah. Maka yang
diminta dari Tuhan adalah bagaimana setiap pribadi dituntut untuk mempertanggungjawabkan waktu, bakat dan
kemampuannya di hadirat Tuhan. Hal yang
paling penting yang dituntut oleh Tuhan bukan soal berapa barang yang kita
miliki, tetapi berapa yang sudah laku dan berguna bagi saudara-saudara yang
membutuhkan, terutama yang miskin dan papa. Kita punya tugas mengembangkan segala sesuatu
untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa.
Sabda Tuhan hari ini memanggil
kita kepada kekudusan. Tuhan Allah kita kudus maka kita juga hendaknya
mengembangkan waktu, bakat dan kemampuan kita untuk menjadi kudus. Apakah anda
berani menjadi kudus? Tidak hanya perlu
tetapi harus!
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan kami untuk kemuliaan namaMu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment