1Yoh 5:14-21
Mzm 149:1-2.3-4.5.6a.9b
Yoh 3:22-30
Bawalah saudaramu kepada Yesus!
Pada suatu kesempatan saya
diundang untuk menghadiri ibadat Ekumene di sebuah perusahaan swasta terkenal. Kebetulan
saya mengenal pimpinan perusahaan yang lama dan saya berpikir bahwa dia masih
tetap menjabat. Saya pun langsung menuju ke ruangannya dan menyalaminya.
Setelah cukup lama berbincang tentang perusahaannya dan dia juga bertanya
tentang kehidupan komunitasku dan pembinaan para calon imam dan bruder. Setelah
itu ia berkata kepada saya, “Romo, saya bukan lagi pemimpin di perusahaan ini.
Masa kepemimpinan saya sudah selesai penuh dengan kenangan manis, perjuangan,
pergumulan, membahagiakan banyak orang dan juga mengecewakan banyak orang.
Tetapi semuanya sudah berlalu. Sekarang saya mendukung program kerja pimpinan
baru perusahaan ini.” Saya amat terkesan dengan sharing beliau.
Saya juga
mengingat konferensi pers yang dilakukan oleh Bang Foke, mantan gubernur DKI
Jakarta setelah tahu bahwa beliau kalah dalam pemilihan kepala daerah putaran
kedua. Foke mengatakan, “Pemilihan kepala daerah telah selesai dengan aman dan
pemenangnya adalah rakyat DKI Jakarta. Saya akan mendukung siapa yang memimpin
DKI Jakarta!” Entahlah Foke mendukung Jokowi dan programnya atau tidak, bukanlah
urusan kita. Bagi saya yang terpenting adalah Foke mengakui keunggulan Jokowi.
Para murid Yohanes Pembaptis dan
para murid Yesus yang pertama memiliki satu kebingungan karena baik Yohanes Pembaptis
maupun Yesus sama-sama membaptis dan banyak orang juga sama-sama datang pada
Yohanes Pembaptis dan Yesus. Konflik juga terjadi antara para murid Yohanes
dengan orang Yahudi tentang penyucian. Para murid Yohanes datang dan bertanya
kepada Yohanes tentang Yesus: “Rabi, orang
yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia
engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi
kepadaNya”. Memang para murid Yohanes berpikir bahwa Yohanes adalah
segalanya. Padahal sebelumnya Yohanes juga sudah mengakui bahwa dia bukan
Mesias, bukan Elia dan bukan juga nabi yang akan datang. Dia hanya suara yang
berseru di padang gurun untuk datangnya Mesias.
Apa reaksi Yohanes Pembaptis? Ia
tidak merasa cemburu atau tersaingi seperti Herodes.Ia bersukacita dengan
berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya,
kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.” Kemudian Yohanes bersukacita
dan berkata, “Ia yaitu Yesus harus semakin besar, tetapi aku harus semakin
kecil”. Yohanes Pembaptis selalu memberi warna yang berbeda. Dia menunjukkan
kebijaksanaannya sebagai pembuka jalan untuk Tuhan Yesus. Oleh karena itu ia
tidak menimbulkan pertentangan yang berkepanjangan tetapi mengakui Yesus
sebagai yang lebih besar: “Menunduk dan membuka tali sepatunya juga aku tidak
layak.” dan “Ia harus semakin besar dan aku harus semakin kecil”
Sikap Yohanes Pembaptis ini patut
kita ikuti dalam hidup setiap hari. Sebagai orang-orang yang dibaptis, kita
memiliki tugas yaitu membawa saudara dan saudari kepada Kristus, tinggal tetap
bersama mereka. Yohanes tidak membawa para muridnya untuk tinggal tetap bersama
dia tetapi membawa mereka untuk bersatu dengan Yesus, sang Anak domba Allah.
Berapa kali di dalam hidup kita ada gerakan kesombongan dan egoisme, sikap
mudah tersinggung atau merasa disaingi oleh orang yang lebih mudah, masih
kurang pengalaman tetapi memiliki potensi yang lebih besar dari kita? Kita
perlu legowo seperti Yohanes Pembaptis untuk mengakui keunggulan Yesus. Berat
untuk mengakui keunggulan orang lain tetapi haruslah mencoba melatih diri kita.
Apa yang harus kita lakukan
supaya menyerupai Yohanes Pembaptis?
Yohanes dalam bacaan pertama
mengingatkan kita untuk membangun semangat doa. Yohanes mengatakan bahwa kita
berani menghadap Allah karena Ia mengabulkan doa-doa kita. Ini satu keyakinan
besar bahwa setiap kali berdoa, Tuhan pasti mendengar dan mengabulkannya dan
kita memperolehnya. Kita juga berdoa bagi orang-orang yang berbuat salah. Kita
percaya bahwa dengan pembaptisan kita lahir dari Allah dan dengan demikian kita
tidak berbuat dosa. Bagi orang berdosa, dengan doa-doa dari kita sebagai
saudara maka Allah akan memberi hidup kepadanya dan maut tidak akan
menguasainya. Akhirnya kita juga berdoa supaya memiliki pengetahuan yang benar
yakni mengenal Yesus Kristus.
Pemikiran Yohanes tentang doa sangatlah
lengkap. Kita berdoa karena kepercayaan bahwa Tuhan pasti mengabulkannya. Kita
berdoa bagi saudara yang berdosa supaya ia bertobat dan Tuhan memberinya hidup.
Kita berdoa supaya baik sesama maupun kita sama-sama mengenal Yesus sebagai
Tuhan.
Sebagai orang yang dibaptis, tugas kita adalah membawa semua orang kepada Kristus. Biarkanlah Yesus yang memenangkan hati mereka. Dia sendirilah yang memenangkan jiwa mereka dan menyelamatkannya. Adalah suatu sukacita bagi kita juga bahwasannya kita sebagai manusia yang berdosa tetapi Tuhan menggunakan diri kita untuk menyiapkan saudara dan saudari supaya bersatu dengan Tuhan. Kita harus semakin kecil dan biarlah Yesus menjadi semakin besar di dalam hidup mereka.
Sebagai orang yang dibaptis, tugas kita adalah membawa semua orang kepada Kristus. Biarkanlah Yesus yang memenangkan hati mereka. Dia sendirilah yang memenangkan jiwa mereka dan menyelamatkannya. Adalah suatu sukacita bagi kita juga bahwasannya kita sebagai manusia yang berdosa tetapi Tuhan menggunakan diri kita untuk menyiapkan saudara dan saudari supaya bersatu dengan Tuhan. Kita harus semakin kecil dan biarlah Yesus menjadi semakin besar di dalam hidup mereka.
Pertanyaan refleksi bagi kita adalah
bagaimana dengan kehidupan doa kita secara pribadi? Apakah kita masih butuh
Tuhan? Apakah doa kita juga bersifat sosial? Apakah dengan doa kita membawa
semakin banyak orang untuk menjadi sahabat Yesus?
Doa: Tuhan, ajarlah kami berdoa!
Amen
PJSDB
terimakasih pater john atas renungannya. ini sangat membantu saya dalam sedikit mencoba memahami dan meyelami misteri Tuhan. amin.
ReplyDelete