Kel 12:
1-8.11-14
Mzm
116:12-13.15-16bc.17-18
1Kor
11:23-26
Yoh 13:1-15
Ia senantiasa
mengasihi!
Dalam kesempatan retret bersama sekelompok orang muda, saya
amat terkesan dengan sebuah kegiatan tambahan yakni pembasuhan kaki. Pada
kesempatan ini ada wakil tertentu: orang tua, kakak, adik, guru dan pastor.
Anak-anak yang merasa pernah terluka mendatangi para wakil ini dan saling
memaafkan. Secara simbolis mereka saling membasuh kaki. Ada rasa terharu
ketika mendengar orang saling memaafkan dengan tulus, saling mengasihi dan menerima seadanya. Keajaiban terjadi ketika
orang saling mengasihi sampai tuntas.
Saya ingat sebuah keluarga yang pernah saya kunjungi. Hidup
di rumah itu sepasang suami isteri, sudah lansia berumur sekitar 60 tahun.
Beberapa tahun belakangan ini sang isteri terkena dimensia. Suaminya berusaha
merawat isterinya di rumah. Namun kondisi isterinya semakin parah, sedangkan
sang suami semakin tua. Sang suami tetap berjanji untuk merawat isterinya
sepenuh hati. Ketika mengantar komuni kudus ke rumah saya memperhatikan
rumahnya sangat bersih. Kamar di mana isterinya berbaring juga kelihatan begitu
bersih dan teratur. Pakaian yang dikenakananya juga rapi. Suaminya mengatakan
bahwa ia melakukan semua kegiatannya dari jam 6.00 layaknya seorang karyawan
tetapi tidak digaji. Ia memasak, menyuapi, memandikan, dan menemani. Ia berkata:
“Saya akan melayaninya sampai suatu hari kami meninggal dunia". Ini sebuah cinta
kasih sampai tuntas. Nah, anda ingin melihat suatu keajaiban? Tanamkanlah
kata-kata kasih secara mendalam di hati seseorang. Rawatilah dengan senyuman dan
doa. Lalu perhatikanlah apa yang akan terjadi.
Pada malam ini kita mengenang Tuhan Yesus melakukan malam
perjamuan terakhir bersama para muridNya. Penginjil Yohanes memberi kesaksian: “Sebelum Hari raya Paskah mulai, Yesus sudah
tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.
Sebagaimana Ia mengasihi murid-muridNya, demikian sekarang Ia mengasihi mereka
sampai saat terakhir” (Yoh 13:1).
Kesaksian Yohanes ini mau mengatakan bahwa Yesus sadar dan tahu mengasihi. Ia sadar dan tahu bahwa Ia mengasihi para
muridNya sampai tuntas dengan menyerahkan nyawaNya. Hal ini kiranya tepat dengan apa yang kita
baca pada bagian lain dari Injil Yohanes: “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).
Yesus juga mengetahui bahwa Ia datang dari Allah dan akan
kembali kepada Allah (Yoh 13:3). Maka wujud kasih yang Ia lakukan kepada para
muridNya adalah membasuh kaki para muridNya. Sesuai dengan kebiasaan orang
Romawi, yang seharusnya membasuh kaki
adalah hamba, tetapi kini Yesus menjadikan diriNya seorang hamba yang berlutut
di hadapan manusia yang berdosa. Di antara mereka ada Yudas Iskariot yang akan mengkhianatiNya (Yoh 13:2) dan Petrus yang
akan menyangkalNya tiga kali. Hal ini kiranya tepat dengan apa yang dikatakan
Paulus: “Yesus Kristus walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang
harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dengan
mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib” (Flp 2:6-8).
Sambil membasuh kaki para muridNya, Petrus berdialog denganNya. Petrus menolak untuk dibasuh kakinya tetapi Yesus dengan tegas mengatakan: “Jika Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” (Yoh 13:8). Petrus lalu meminta supaya jangan hanya kaki tetapi juga kepalanya dibasuh. Yesus berkata kepadanya, “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Kamu sudah bersih hanya tidak semuanya. (Yoh 13:10-11). Pada akhirnya Yesus mengingatkan ara muridNya: “Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu” (Yoh 13:15).
Membasuh kaki adalah sebuah tanda kasih yang bukan hanya
dikatakan tetapi dilakukan. Ini adalah teladan persaudaraan dan pelayanan. Itu
sebabnya pada akhir perikop Injil kita, Yesus meminta para muridNya untuk
saling membasuh kaki. Para murid saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka.
Kita juga saling mengasihi, saling melayani seperti Yesus sendiri melakukannya
kepada kita masing-masing.
Pelayananan Yesus selalu dikenang dalam perayaan Ekaristi.
Yesus menunjukkan cinta kasihNya sampai tuntas dengan menyerahkan diriNya dan
selalu kita rayakan dalam sakramen Ekaristi. Paulus memberi kesaksian dalam
bacaan kedua: “Saudara-saudara, apa yang
telah kuteruskan kepadamu ini telah aku terima dari Tuhan” . Paulus mau
mengatakan bahwa kesaksiannya itu betul-betul nyata tidak hanya sekedar sebuah
kesaksian tetapi sungguh berasal dari Tuhan. Kesaksian Paulus ini dikenang
turun temurun di dalam Gereja yakni: “Tuhan
Yesus, pada malam Ia diserahkan, mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkan roti itu sambil berkata: “Inilah TubuhKu yang diserahkan
bagimu, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku!” Hal yang sama Ia lakukan dengan cawan yang
berisi air anggur. Ia berkata: “Cawan ini
adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam
darahKu.Setiap kali kamu
meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku”. Kristus menyerahkan
diriNya untuk keselamatan manusia. Setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita
mengenang Yesus dan pengorbananNya atau Yesus dan paskahNya. Paulus memahami
Ekaristi sebagai sebuah paskah. Itu sebabnya setiap hari minggu adalah paskah
mingguan.
Dalam bacaan pertama dari Kitab Keluaran kita diingatkan tentang Paskah yang
dirayakan umat perjanjian lama. Mereka merayakan paskah dengan mengurbankan anak
domba: jantan, tidak bercela dan berumur satu tahun. Dalam perkembangan
selanjutnya, anak domba diganti dengan Yesus sendiri. Ia menjadi Anak domba
Allah yang menghapus dosa dunia.
Sabda Tuhan pada malam hari ini mengingatkan kita pada banyak
hal. Hal pertama adalah ketulusan dalam mencintai. Yesus mencintai kita dengan
tulus maka mari kita melakukan hal yang sama. Hal kedua adalah melayani. Yesus
melayani tanpa pamrih. Ia tahu ada Yudas yang mengkhianati tetapi ia tetap mau melayani dengan membasuh
kaki. Hal ketiga adalah Ekaristi. Ekaristi adalah perayaan puncak keselamatan.
Setiap kali merayakan Ekaristi kita merayakan paskah, kita mengenang kasih
Kristus sampai tuntas. Luar biasa Tuhan kita! Ia senantiasa mengasihi kita.
Doa: Tuhan, terima kasih atas kasih dan pelayananMu kepada
kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment