Mi
7:14-15.18-20
Mzm
103:1-4.9-12
Luk 15:1-3.11-32
Seorang Bapa Yang Murah
Hati
Ada dua pengalaman rohani yang membuatku terpesona. Pertama,
pada suatu kesempatan saya merayakan misa arwah memperingati setahun
meninggalnya seorang Bapa. Pada saat homili, saya bertanya kepada puteranya
yang masih remaja tentang pengalaman yang mengesankannya bersama ayahnya. Ia
berkata, “Hingga sekarang saya merasa daddy selalu bersamaku. Ada masa-masa
yang indah ketika ia melatihku bermain guitar dan bernyanyi bersama. Ketika
nilaiku merah ia mendukung aku, ketika aku belajar nakal ia membalikan arah
jalanku. Daddy selalu yang terbaik buatku”. Wah, aku terharu mendengar
kesaksian seorang anak remaja yang polos dan jujur tentang ayahnya. Kedua, masih
seputar misa arwah. Ada seorang anak muda berusia 20 tahun meninggal dunia.
Dalam perayaan misa requiem saya meminta kesaksian dari orang tua. Ibu anak
tersebut berkata: “Anak ini adalah anak Tuhan. Dialah yang membuat suami saya
bertobat dan menyatu dengan Tuhan. Dialah yang membuat kami sekeluarga tahu
bersyukur kepada Tuhan. Doa keluarga menjadi sebuah kebiasaan karena dia.
Karena dia anak Tuhan maka dia kembali kepadaNya. Kami pasrahkan seluruhnya kepada Tuhan sang Pencipta!”.
Figur dan kehadiran seorang ayah selalu penting dalam satu
keluarga. Ayah yang selalu hadir dalam kehidupan anaknya dan memberi sukacita
tersendiri. Bacaan Injil hari ini membuka pandangan kita tentang figur ayah
yang selalu hadir dalam kehidupan anak, yang begitu murah hati dengan
anak-anaknya. Ada tiga tokoh penting: anak bungsu, anak sulung dan ayah mereka.
Diceritakan ada seorang ayah yang memiliki dua orang anak. Anak kedua meminta
hak warisannya dan pergi ke tempat yang jauh. Di negeri baru itu ia
menghabiskan semua hartanya dengan hidup gampang dan berfoya-foya. Setelah
hartanya habis muncul kelaparan dan dia pun melarat sehingga menjadi ia
berebutan makanan dengan babi. Sambil mengalami kemelaratan itu, ia mengingat
ayahnya yang baik hati. Ia berniat untuk kembali kepada ayahnya meskipun
diperlakukan sebagai pekerja upahan. Ia juga akan jujur mengatakan kepada
ayahnya bahwa ia sudah berdosa melawan surga dan ayahnya sendiri. Ia pun
kembali kepada ayahnya.
Anak sulung tetap tinggal bersama ayahnya. Ia bekerja setiap
hari di kebun ayahnya. Ia makan dan minum dari kebun ayahnya sedangkan
warisannya belum ia sentuh. Oleh karena berada di zona nyaman maka ia tidak
pernah merasa bahwa sedang mengalami kasih ayahnya. Ia lupa kasih ayahnya dan
cemburu ketika ayahnya memperlakukan adiknya yang kembali. Ini tipe anak yang
tidak tahu berterima kasih, tidak mau bertobat.
Ayah di gambarkan sebagai pribadi yang murah hati dan berbela rasa.
Ketika melihat anaknya datang, dialah yang orang pertama yang melihatnya dari
jauh. Hati seorang ayah yang berbelas kasih langsung ia tunjukkan dengan pergi
menjemput anaknya, merangkul dan menciumnya. Ia menyuruh para hambanya untuk
menyiapkan dan memakaikan jubah terbaik untuk menandakan hidup lama dilepaskan
dan mulailah hidup baru, cincin untuk mengikat kasih mereka sebagai ayah dan
anak, sepatu baru untuk menandakan pertobatan yang radikal didasari sikap
rendah hati. Lembu jantan menandakan perjamuan sukacita karena metanoia yang
dialami anak bungsu ini.
Tiga figur dari bacaan Injil hari ini menggambarkan seluruh hidup kaum beriman. Figur
anak bungsu: banyak kali kita butuh pertobatan yang radikal dengan kembali
kepada Bapa. Ada perasaan bahwa dosa itu tidak berguna, Tuhan Bapa yang
berbelas kasih yang paling berguna bagi hidup kita. Kita perlu berlaku sebagai
orang yang membutuhkan Tuhan. Figur anak sulung adalah figur orang tidak tahu
bersyukur. Saking nyamannya menikmati kasih Bapa, merasa diri status quo maka
tidak berterima kasih atas kebaikan ayahnya. Banyak di antara kita yang
berperilaku seperti itu. Tidak tahu bersyukur dan hanya butuh Tuhan kalau ada
kesulitan dalam hidup. Figur ayah yang baik hati adalah figur Tuhan yang patut
diikuti semua orang. Ayah yang baik adalah dia yang selalu bersedia untuk mengampuni
dan menerima kembali anak yang sudah jatuh dalam dosa.
Mikha dalam bacaan pertama menggambarkan hebatnya Allah kita
sebagai bapa yang maharahim. Allah bagi Mikha adalah seorang gembala yang baik.
Gembala yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan
umatNya. Ia tidak murka tetapi penuh kasih setia. Allah yang kita imani menurut
Mikha adalah Allah yang penyayang. Ia menghapus dosa-dosa kita, melempar semua
dosa ke dalam tubir-tubir laut. Hanya Dialah yang mampu melupakan
kesalahan-kesalahan kita.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk bermurah hati
seperti Allah Bapa yang selalu bermurah hati kepada kita. Dia tidak
memperhitungkan dosa-dosa tetapi memperhatikan iman kepadaNya. Dia berusaha
melupakan dosa-dosa besar dan kecil yang kita lakukan, membuangnya ke
tubir-tubir laut. Sikap bathin kita adalah bertobat secara radikal. Berniat
untuk kembali kepada Tuhan seperti anak bungsu dalam kisah Injil. Mari
membangun sikap tobat yang radikal, bermetanoia, berbalik sepenuhnya kepada
Tuhan.
Doa: Tuhan, anugerahkanlah semangat tobat yang benar dalam
hati kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment