Hari Sabtu Pekan Biasa IX
Tob 12:1.5-15.20
Mzm (Tb) 13:2.6.7.8
Mrk 12:38-44
Memberi
dari kekurangan!
Beberapa hari yang lalu seorang
konfrater bernama Bruder Oscar mendatangi saya di kantor. Ia mengatakan kepada
saya bahwa para bruder yang sedang mengikuti kuliah di ITI, Serpong
memnbutuhkan uang saku. Pater Ekonom masih berada di luar kota. Saya mengatakan
kepadanya, sabar sebentar saya memeriksa dompet saya, apakah ada uang. Mereka
membutuhkan uang sebanyak Rp. 530.000. Setelah melihat isi dompetku ada
Rp.531.000 maka saya mengatakan kepada bruder Oscar, saya hanya punya ini maka
pakailah. Bruder mengatakan, wah kasihan Pater John, isi dompetmu hanya
Rp.1000. Saya mengatakan kepadanya yang penting para bruder dapat pergi kuliah
dengan tenang, saya di rumah dan pasti ada penyelenggaraan ilahi. Bruder keluar
tersenyum, saya juga merasa bahagia dalam berbagi.
Seorang rekan imam bertugas di sebuah
komunitas sekolah. Tugas utamanya adalah sebagai ekonom komunitas. Pada suatu
saat mereka mengalami kesulitan keuangan komunitas, sementara asrama dan
sekolah harus tetap berjalan seperti biasa. Ia mula-mulai menggunakan waktu
untuk ikutan bekerja sebagai pekerja bangunan selama beberapa jam untuk
mendapat uang sehingga dapat membantu komunitasnya. Ketika tidak ada lagi
kemungkinan untuk bekerja di tempat itu, ia memutuskan untuk pergi ke rumah
sakit dan mendonor darahnya. Dengan demikian ia mendapat uang untuk membantu
komunitasnya. Kemampuan untuk memberi dan berbagi memang membutuhkan pengorbanan
diri bahkan sampai ke titik paling ekstrim. Lebih mudah memberi dari apa yang
menjadi kelimpahan dari pada memberi dari kekurangan kita.
Penginjil Markus hari ini melaporkan
sebuah perumpamaan Yesus yang sangat bagus. Pada awal bacaan injil hari ini,
Yesus mengajak kita untuk tidak mengikuti teladan para ahli Taurat yang
mengerti Kitab Suci tetapi seolah-olah tidak mengerti apa-apa. Mereka memiliki
kesombongan manusiawi dengan pakaian yang unik, suka menerima hormat, duduk
terdepan di rumah ibadat dan pesta, mencaplok rumah para janda dan pura-pura
dengan doa yang panjang. Sikap-sikap ini patut di waspadai para murid Kristus.
Sikap sombong dan egois ini harus dijauhkan dalam hidup bersama sebagai saudara
dalam Kristus.
Selanjutnya Yesus mengambil contoh para
jemaat yang datang ke Bait Allah dan memberi persembahan. Banyak orang memasukkan
banyak duit ke dalam kotak persembahan, tetapi ada seorang janda yang memberi
dari kekurangan, dalam hal ini semua yang ada padanya, seluruh nafkahnya
diberikan kepada Tuhan dalam kotak persembahan. Isi kota persembahan itu
nantinya digunakan juga untuk kesejahteraan kaum papa miskin seperti dirinya
sendiri. Yesus memuji janda ini karena ia tidak menggunakan perhitungan untung
dan rugi. Dia sebagai janda miskin mau memberi seluruh nafkahnya untuk sesama
yang miskin. Luar biasa contoh hidup seperti janda miskin ini. Pertanyaann
kita, mengapa ia memberi semuanya? Karena janda ini percaya bahwa dengan
memberi segala yang ia miliki, Tuhan akan memberi lebih dari apa yang ia butuhkan.
Banyak kali kita memberi dari
kelebihan kita dan itu sangat mudah. Nilai pengorbanan diri kita masih rendah.
Sekiranya kita menjadi seperti janda miskin yang tahu dirinya miskin tetapi
rela memberi nafkanya supaya sesama kaum miskin dapat berbahagia maka saya
yakin Tuhan juga akan menyebut kita berbahagia di hadiratNya. Tetapi sayang sekali
karena banyak kali kita memberi dengan banyak perhitungan, memberi kemudian
menceritakan kepada orang lain besarnya sumbangan kita. Mungkin tantangan yang
dihadapi adalah banyak kali kita menyalahgunakan kebaikan orang lain. Para
imam, biarawan dan biarawati mendapat bantuan untuk karya-karya social juga
pembinaan para calon. Betapa berdosanya mereka ketika menyalahgunakan kebaikan
para donator dengan tidak memperhatikan barang-barang komunitas, fasilitas,
gedung dan lain sebagainya. Para donator mungkin saja memberi dari
kekurangannya.
Kisah keluarga Tobit mencapai
puncaknya ketika Tobit dinyatakan sembuh dari kebutaannya,
Sara menikah dengan Tobia dan mereka bahagia di dalam hidup. Sebagai tanda syukur, Tobit mau memberi upah kepada Rafael sang Malaikat Agung. Rafael memanggil Tobit dan Tobia sendiri-sendiri dan menjelaskan dirinya kepada mereka. Ia juga mengajak mereka untuk tetap memuji dan memuliakan Allah, mewartakan semua karya agung Allah, selalu berbuat baik supaya dijauhkan dari malapetaka, berbagi sedekah. Rafael mau mengingatkan Tobit dan Tobia bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan maka mereka tidak perlu membalasnya dengan memberi upah. Tuhan punya segalanya maka yang penting adalah sembah bakti kepada Tuhan. Allah patut dimuliakan: “Terpujilah Allah yang hidup selama-lamanya.
Sara menikah dengan Tobia dan mereka bahagia di dalam hidup. Sebagai tanda syukur, Tobit mau memberi upah kepada Rafael sang Malaikat Agung. Rafael memanggil Tobit dan Tobia sendiri-sendiri dan menjelaskan dirinya kepada mereka. Ia juga mengajak mereka untuk tetap memuji dan memuliakan Allah, mewartakan semua karya agung Allah, selalu berbuat baik supaya dijauhkan dari malapetaka, berbagi sedekah. Rafael mau mengingatkan Tobit dan Tobia bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan maka mereka tidak perlu membalasnya dengan memberi upah. Tuhan punya segalanya maka yang penting adalah sembah bakti kepada Tuhan. Allah patut dimuliakan: “Terpujilah Allah yang hidup selama-lamanya.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita
untuk sadar diri sehingga terus menerus berbagi dengan sesama yang miskin dan
papa. Kita perlu membangun rasa empati, semangat berbela rasa terus menerus
dengan mereka tanpa membuat perhitungan untung dan rugi. Apakah masing-masing
kita memiliki kemampuan untuk berbela rasa? Apakah kita juga memiliki rasa
belaskasih kepada sesama yang kurang beruntung dengan kita? Berpasrahlah kepada
Tuhan Allah yang hidup selama-lamanya.
Doa: Tuhan, bantukah kami untuk
saling berbagi di dalam hidup kami setiap hari. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment