Hari Rabu, Pekan Biasa XI
2Kor 9:6-11
Mzm 112:1-2.3-4.9
Mat 6:1-6.16-18
Bapamu melihat yang tersembunyi…
Pada suatu
kesempatan saya mengikuti pertemuan sebuah badan persekutuan sosial. Para
anggota kelompok ini terkenal sebagai pribadi-pribadi yang murah hati dalam
segala hal. Mereka tidak hanya berdoa bagi sesama tetapi selalu bermurah hati
untuk membantu sesama yang sangat membutuhkan. Dalam pertemuan itu saya menemukan
dua kelompok orang di dalam satu persekutuan. Kelompok pertama suka
menceritakan berapa sumbangan yang terkumpul, dari mana asal sumbangan tersebut
dan kemana sumbangan itu sudah dan akan disalurkan. Hal ini belum termasuk
siapa yang didoakan dan ia sudah menyumbang berapa dengan nominal lengkap.
Kelompok kedua adalah pribadi-pribadi yang memilih diam, menyumbang besar atau
kecil sesuai kemampuannya dengan nominal tertentu, tidak mau namanya dicatat
sebagai penyumbang atau pendoa. Kedua kelompok ini menyatu dalam satu
persekutuan dan membuatnya menjadi indah.
Observasi
saya terhadap pribadi-pribadi di dalam persekutuan ini sebenarnya bukan hal
yang baru. Banyak di antara kita yang memiliki pengalaman yang mirip.
Kecendrungan manusiawi kita adalah lebih mudah membuat perhitungan untung dan
rugi dan besarnya jasa kita terhadap orang lain dari pada memilih melayani
dengan diam dan rendah hati. Lebih mudah membuat diri kita dikenal karena jasa
dari pada dengan diam-diam membantu orang lain untuk menjadi bahagia.
Saya ingat
sebuah pengalaman komunitas para suster Beata Theresia dari Kalkuta. Pada suatu
kesempatan Mother Teresa dan para susternya mengunjungi rumah seorang pria yang
sedang sakit. Rumahnya gelap dan kotor. Mereka membersihkan rumah dan juga
memandikan pria yang sekarat itu. Sambil
membersihkan rumah gelap itu, para suster menemukan sebuah lampu tua, karatan,
sumbuhnya pun sudah rusak. Seorang suster mengambil lampu itu, membersihkannya,
membeli sumbuh dan minyak tanah dan menyalahkannya. Ruangan yang tadinya gelap
sudah mulai terang, seiring dengan pulihnya pria itu dari sakitnya. Menyalahkan
lampu akhirnya menjadi kebiasaan pria itu. Setiap kali dikunjungi, ia selalu
mengatakan kepada para suster, “Terima
kasih suster, lampu itu menjadi terang karena kalian memperbaikinya. Kalian selalu
membawa Yesus Kristus, terang abadi yang tidak kelihatan, diam dalam
keheninganNya untuk menerangi hidupku yang gelap ini”.
Hari ini
Tuhan Yesus di dalam Injil mengajarkan kita tiga hal yang sangat kristiani
untuk dihayati dengan diam-diam, tersembunyi di mata manusia tetapi dapat
dilihat oleh Allah Bapa kita. Pertama,
Karya amal kasih atau memberi sedekah. Berilah sedekah dengan sepenuh hati,
tanpa perhitungan apa pun dan jangan menceritakan kepada siapa-siapa material
yang anda berikan. Apa yang diberikan tangan kanan jangan diketahui tangan
kirimu. Tuhan melihat orang yang memberi dengan sukacita, tetapi tidak pamer
atau supaya dilihat dan dipuji orang lain. Aspek penting dalam perbuatan amal
kasih adalah solidaritas dan saling berbagi.
Kedua, Doa. Doa menempatkan
posisi central di dalam kehidupan kristiani. Orang berdoa
dengan rendah hati di hadapan Tuhan misalnya di dalam kamar, tutup pintu dan
berdoalah. Kalau berdoa, bukalah hatimu tutuplah jendela dan pintu yang dapat
menyesatkanmu. Ketiga, puasa. Sesuai
hukum Taurat, orang Yahudi hanya berpuasa pada jom kippur (Im 16: 29-31). Pada zaman Yesus terjadi perkembangan
baru sehingga orang berpuasa hanya pada hari senin dan kamis. Di dalam Didakhe
8, 1, Gereja purba menjadikan puasa kristiani pada setiap hari rabu dan jumat.
Yesus sendiri sebenarnya melakukan puasa sebelum tampil di depan umum tetapi tidak
setuju dengan puasa bagi para muridNya untuk menunjukkan sukacita mesianis (Mat
9:14-15). Itu sebabnya Ia menganjurkan: “Minyakilah kepalamu, cucilah mukamu”.
Penampilan yang ceriah dan bersahaja dari dalam akan nampak keluar dengan
sendirinya.
Kedua, Doa. Doa menempatkan
Apa yang mau
dikatakan Yesus kepada kita? Ketika kita melakukan sebuah perbuatan kasih,
seperti memberi sedekah, berdoa dan berpuasa, semuanya itu untuk kemulian
Tuhan. Kita tidak melakukannya untuk memperoleh popularitas diri. Hanya orang-orang
Farisi modern yang mudah bercerita kepada siapa saja sumbangan pikiran dan
material kepada seseorang atau kelompok lain sambil menepuk dada dan bangga,
dan lupa bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Yesus sendiri sudah mengatakan: “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga”
(Mat 5:16). Sabda Tuhan hari ini mengoreksi egoisme dan kesombongan kita
dalam hal melakukan sebuah perbuatan baik. Semua yang kita lakukan itu
semata-mata untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa.
Di dalam
Injil, Yesus menasihati agar kita memiliki kemampuan untuk bersolider dan
berbagi dengan sesama. Hal yang sama terjadi juga bagi Jemaat di Korintus. Paulus di dalam bacaan Pertama menasihati jemaat di
Korintus untuk berani berbagi dengan sukacita supaya dapat menerima banya
berkat dari Tuhan. Paulus berkata: "Orang yang menabur sedikit, akan menuai
sedikit juga, dan orang yang menaburbanyak akan menuai banyak juga" Paulus
tegas mengatakan hal ini karena ia melihat bahwa banyak orang Korintus yang tidak
berani berbagi. Mereka masih takut untuk menjadi miskin atau merasa rugi kalau
membantu sesama. Padahal Tuhan sudah menganugerahkan kepada mereka segala sesuatu sesuai
kemampuan mereka masing-masing.
Selanjutnya
Paulus mengatakan: "Hendaknya masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih
karunia kepada kamu, supaya kamu
senantiasa berkecukupan di dalam segala
sesuatu dan malah berkelebihan dalam pelbagai kebajikan". Dengan kata-kata
ini Paulus mengharapkan agar dalam kebersamaan sebagai jemaat mereka tetap
bersekutu sebagai saudara dengan menunjukkan sikap saling berbagi. Saling
berbagi ini dilandasi oleh sikap murah hati dalam berderma karena Tuhan sendiri
sudah lebih lebih dahulu bermurah hati dengan manusia. Senada dengan bacaan
Injil, dalam memberi harus ada rasa sukarela bukan terpaksa atau demi
popularitas manusiawi.
Sabda
Tuhan pada hari ini amat kaya. Kita semua dibimbing untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus
yang murah hati dengan memberi diriNya sampai tuntas bagi kita, berdoa tanpa
henti bagi GerejaNya dan berkurban demi
keselamatan umat manusia. Apakah kita juga berani berbagi bakat-bakat dan
kemampuan-kemampuan kita sehingga dapat membuat sesama menjadi bahagia?
Doa: Tuhan,
mampukanlah kami sepanjang hari ini untuk dapat mengasihi seperti Engkau
sendiri telah mengasihi kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment