Hari Jumat, Pekan Biasa XIV
Kej 46:1-7.28-30
Mzm 37: 3-4.18-19.27-28.39-40
Mat 10:16-23
Bertahanlah sampai kesudahan!
Selama dua bulan
terakhir Gereja digemparkan oleh berita kemartiran dua pastor di Timur Tengah. Pada tanggal 23 Juni yang lalu sebuah
gerombolan ekstrimis Islam Front al-Nusra menyerang Biara St. Antonius Padua di
Ghassenieh, Suria Utara. Pada serangan membabi buta ini Pastor Francois Mourad,
OFM (49) dibunuh. Pada tanggal 10 Juli 2013 lalu muncul lagi sebuah berita
duka dari Mesir. Pastor Mina Haroan
Abbound dari Gereja Ortodoks Koptik dibunuh oleh sekelompok Islam militant.
Pastor berusia 39 tahun ini ditembak dari belakang saat sedang berjalan kaki.
Ia sempat diantar ke rumah sakit tetapi meninggal dalam perjalanan.
Berita-berita duka para Martir di dalam Gereja mengingatkan kita pada kata-kata
Yesus seperti ini: “Berbahagilah kamu,
jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat. Bersukacita dan bergembiralah karena upahmu besar di sorga, sebab
demikianlah juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat 5:11-12). Di
bagian lain Yesus berkata: “Sesungguhnya jika biji gandum tidak jatuh ke tanah
dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah.” (Yoh 12:24).
Penginjil
Matius pada hari ini menguatkan kita semua sebagai pengikut Kristus untuk
bertahan sampai kesudahan dalam mengikuti Kristus. Tuhan Yesus ketika mengutus
para Rasul, sudah mengatakan dengan jelas bahwa misi untuk mewartakan Kerajaan
Sorga tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak kesulitan akan mereka hadapi.
Ia berkata: “Lihatlah Aku mengutus kalian seperti ke tengah-tengah
serigala. Oleh karena hendaklah kalian cerdik seperti ular dan tulus seperti
merpati”. Para rasul sebagai Utusan Tuhan
mengalami penolakan, penganiayaan bahkan sampai pada tingkat kemartiran. Mereka menumpahkan darah untuk Kristus. Oleh karena
itu Yesus menyarankan mereka untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti
merpati. Sebenarnya cerdik dan tulus ini adalah dua hal yang berlawanan, tetapi
Yesus bermaksud mengingatkan para murid untuk menjaga diri dan bertahan dalam
hidup di hadapan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka bertahan hidup karena Tuhan sendiri menjadi pelindung.
Tuhan Yesus
juga menguatkan mereka dengan Roh Kudus. Roh Kudus diberikan oleh
Bapa kepada para Rasul dan kepada setiap orang percaya karena Pembaptisan dan Dialah yang berkarya selamanya. Dialah
yang membuka mulut para rasul, meletakkan kata-kata pada lidah dan pikiran mereka untuk
mempertanggungjawabkan iman. Dengan kehadiran Roh Kudus ini maka mereka tidak
harus takut. Roh Kuduslah yang memberi kesaksian tentang Yesus sang Putra.
Yesus juga mengingatkan para murid bahwa situasi chaos akan melanda semua keluarga
manusia. Orang tidak lagi mengenal diri saudara, kawan atau lawan. Kisah
kemartiran para pastor di atas di lakukan oleh golongan ekstrimis islam yang
tidak lain adalah saudara-saudara sebangsa dan setanah air mereka. Ketika kejahatan
menguasai manusia maka semua pandangan dan pikiran mereka terhadap manusia
berubah. Di dalam keluarga, orang tua dan anak sama-sama memberontak sehingga
keluarga menjadi hancur.
Di dalam
bacaan pertama kita mendengar kisah lanjutan tentang Yusuf, anak Yakub. Dia
menjadi Mangku Bumi di Mesir dan ketika bertemu dengan saudara-saudaranya, ia
berusaha memaafkan mereka dan kebaikan hatinya ini membuat saudara-saudaranya
juga berubah di dalam hidupnya. Dia sendiri mengatakan kepada
saudara-saudaranya bahwa Tuhan yang menyuruhnya ke Mesir untuk menyiapkan
tempat dan memberi hidup kepada mereka. Apa yang dikatakan Yusuf ini sungguh
dipenuhinya. Ia menyuruh saudara-saudaranya untuk membawa ayah mereka Yakub dan
keturunannya untuk pergi ke Mesir. Yusuf menyediakan tempat yang subur di Gosyen,
sebelah utara delta sungai Nil (sekarang
ini kali Sumilat). Kita melihat rencana Tuhan sangat indah di dalam keluarga
Yakub dan diturunkan pada Yusuf putranya. Tuhan membimbing umatNya dengan cinta
kasihNya.
Perjumpaan
antara Yakub dan Yusuf dalam kisah bacaan pertama hari ini amat mengharukan.
Ketika Yakub melihat Yusuf anaknya, Ia berkata: “Sekarang aku boleh mati,
setelah melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup.” (Kej 46:30).
Perjumpaan penuh keharuan ini kita temukan juga dalam kisah Simeon berjumpa
dengan Yesus (Luk 2:29) dan kisah anak yang hilang kembali ke pangkuan bapanya
(Luk 15: 20. 24). Ayah yang baik ini menjadi model para orang tua untuk
mengasihi anaknya sampai tuntas. Yakub berani mati ketika melihat putranya
masih hidup. Semua cinta kasih tercurah pada anak, seperti Bapa di Sorga
terhadap Yesus PutraNya.
Sabda Tuhan
pada hari ini mengundang kita semua untuk bertahan dalam pergumulan hidup
sebagai orang percaya. Para rasul diutus Yesus seperti ke tengah serigala.
Mereka mengalami penderitaan, penolakan bahkan kemartiran. Mereka bertahan dan
darah mereka laksana benih yang jatuh ke tanah dan mati dan hidup subur di
dalam Gereja. Gereja hidup dan subur oleh darah para martir yang bertahan
sampai keabadian. Yusuf juga memberi teladan pengampunan yang berlimpah bahkan
memberi tempat yang nyaman bagi ayah dan saudara-saudaranya. Di balik
kisah-kisah suci ini, figur ayah yang baik tetaplah menginspirasikan para orang
tua untuk mengasihi anak-anaknya.
Doa: Tuhan
Yesus Kristus, SabdaMu menerangi langkah hidup kami untuk menghadapi berbagai
pergumulah hidup kami. Kuatkanlah kami selalu ya Tuhan Yesus. Amen.
PJSDB
No comments:
Post a Comment