Hari Sabtu Pekan Biasa XV
Kel 12:37-42
Mzm 136: 1.23-24.10-15
Mat 12:14-21
Mari Ber-eksodus
Peristiwa Passover atau malam Paskah Yahudi
menjadi awal perjalanan hidup bani Israel. Tuhan sudah berjanji untuk membawa
mereka keluar dari tanah Mesir. Mereka akan pergi untuk mendiami negeri yang
baru, berkelimpahan dengan susu dan madu (Kel 3:8.17). Pada malam Passover ini Tuhan memberikan tulah yang
kesepuluh yaitu membunuh semua anak sulung Mesir dan anak sulung hewan-hewan.
Orang Israel sendiri diharapkan selalu siap siaga makan daging anak domba yang
disembeli, roti tak berragi dan sayuran pahit. Malam itu merupakan kesempatan
Tuhan mengungkapkan belaskasihNya kepada umat Israel. Selanjutnya Tuhan mengeluarkan
mereka dari perbudakan Mesir. Route perjalanan mereka adalah dari Raamses ke
Sukot. Kira-kira enam ratus ribu orang berjalan kaki tidak termasuk anak-anak.
Banyak orang dari bangsa-bangsa lain ikut bersama mereka, termasuk ternak
berupa kambing, domba, lembu dan sapi.
Pengalaman
malam itu merupakan unik di dalam hidup bani Israel. Selama 430 tahun menjadi
pekerja kasar, kini mereka harus keluar dengan semua ternak yang bisa dibawa,
bekal perjalanan juga pas-pasan saja berupa adonan. Mereka ini disebut pasukan
Tuhan yang keluar dari tanah Mesir. Mengapa? Karena Tuhan yang mengeluarkan
mereka. Orang-orang Israel diingatkan untuk selalu berjaga-jaga sejak malam Passover. Sikap berjaga-jaga juga
menjadi tanda pertobatan bagi Gereja untuk menanti kedatangan Tuhan. Sikap
berjaga-jaga bukan hanya dialami oleh orang-orang Israel pada malam itu tetapi
juga menjadi sebuah warisan penting di dalam Gereja. Tuhan Yesus pada malam
sengsaraNya berkata kepada para murid: “HatiKu
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah
dengan Aku” (Mat 26:38). Setiap murid Kristus harus berjaga-jaga dan
berdoa!
Pengalaman
Bani Israel ini juga menjadi pengalaman rohani yang sangat berharga.
Orang-orang Israel mengalami perbudakan selama tiga setengah abad di Mesir dan
Tuhan mengeluarkan dan membimbing mereka ke tanah terjanji melewati padang
gurun. Ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk membagun persaudaraan mereka
selama perjalanan di padang gurun, saling mengenal dan bersekutu satu sama
lain. Pengalaman yang keras di Mesir membuat mereka mendengar panggilan dari
Tuhan dan Tuhan juga akan mengikat perjanjian dengan mereka. Selama empat puluh
tahun berjalan di padang gurun kesadaran akan cinta kasih Allah bagi mereka
memang sangat lambat dipahami. Itu sebabnya mereka juga akan bersungut-sungut
melawan Tuhan melalui Musa HambaNya. Gereja juga sedang berziarah menuju
kehidupan abadi yang dijanjikan Yesus bagi semua yang percaya kepadaNya. Sejak
hari pembaptisan, kita semua juga meninggalkan hidup lama di Mesir kehidupan
kita, dan mencoba berjalan dalam padang gurun kehidupan menuju kepada tanah
terjanji yang abadi yaitu Rumah Bapa di Surga. Hal yang kiranya penting untuk
dirasakan adalah Kehendak dan penyertaan Tuhan bagi setiap manusia.
Pengalaman
Eksodus tidak hanya dialami oleh bani Israel. Yesus juga bekali-kali mengalami
eksodus karena ulah manusia yang belum memahamiNya. Orang-orang Farisi setelah
merasa bahwa Yesus tidak sepaham dengan mereka mengenai Hari Sabat dan Bait
Allah maka mereka bersekongkol dengan orang lain untuk membunuh Yesus. Namun
persekongkolan mereka gagal karena Tuhan Yesus lebih dahulu menyingkir dari
sana. Menyingkirnya Yesus bukan berarti semua rencana dan karyaNya tidak akan
dijalani. Ternyata Yesus tetap pada komitmenNya untuk menyelamatkan manusia. Ia
menyembuhkan banyak orang yang mengikutiNya. Hal yang menarik perhatian kita
dari kisah ini adalah Yesus tidak frontal melawan mereka. Ia memilih untuk menyingkir
jauh dari mereka bukan berarti Dia takut dengan mereka tetapi Dia tahu bahwa
manusia memang masih dikuasai oleh kejahatan. Dia menyingkir ke tempat lain dan
melanjutkan perbuatan-perbuatan baik dengan menyembuhkan sakit penyakit manusia.
Sekarang coba
kita memeriksa bathin masing-masing. Temukanlah dalam hidup ini sikap frontal
terhadap saudara-saudari yang berlawanan dengan kita. Berapa kali anda dan saya
mengontrol diri, keluar dari lingkaran kehidupan ini, dan beralih ke tempat lain
untuk berbuat baik? Mungkin yang terjadi adalah hanya sekedar beralih dan
menyiapkan strategi untuk membalas dendam. Atau ketika anda mengalami kritikan
yang pedas mungkin anda putus harapan lalu memilih untuk menyendiri di kamar
atau di tempat tersembunyi sambil berhenti berbuat baik. Ternyata Yesus bukanlah
demikian. Ia menyingkir ke tempat lain dan tetap berbuat baik kepada semua
orang. Mari kita berubah dalam perilaku membalas dendam. Apa untungnya anda
membalas dendam?
Doa: Tuhan
Bapa di dalam Surga, kami mohon berkatMu supaya kami tidak mudah tersinggung
dan membalas dendam. Bantulah kami untuk keluar dari kebiasan-kebiasaan lama
kami yang selalu menaruh benci dan dendam di dalam hati kami masing-masing.
Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment