Hari Minggu Biasa XVIII/C
Pkh 1:2; 2:21-23
Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17
Kol 3:1-5.9-11
Luk 12: 13-21
Ketika Harta Milik Ikut Berkuasa
Ada seorang
Ibu merasa heran karena anaknya mengalami perubahan perilaku. Ia selalu meminta
untuk membeli baju, celana, sepatu, gadget baru. Pada mulanya orang tua berpikir
bahwa setiap permintaan anak mesti dikabulkan sebagai ungkapan rasa cinta kasih
kepadanya. Tetap semakin lama mereka menyadari kekeliruan mereka dalam mendidik
anaknya. Di dalam kamar terdapat lebih dari sepuluh pasang sepatu yang mahal
harganya, kalau diuangkan bisa lebih dari sepuluh juta. Komputer dan gadget
yang dimiliki adalah produk paling akhir dari brand ternama. Hal yang semakin
mengkhawatirkan ibu itu adalah semakin hari anaknya memiliki dunia
tersendiri di dalam kamarnya. Relasi sosial menipis dan nyaris hilang, sikap
hormat kepada orang tua juga makin luntur. Dunianya adalah segala yang ada di
dalam kamar tidurnya. Ibu ini kemudian menyadari bahwa ia bersama suaminya sudah keliru dalam mendidik anaknya. Pengalaman ini memang menjadi pengalaman nyata banyak keluarga. Zaman
ini sedang berubah maka apabila terjadi sedikit kekeliruan dalam mendidik anak, akan ada dampak yang
besar dalam perkembangan kepribadian anak.
Harta milik
memiliki kekuasaan tersendiri. Tuhan Yesus mengetahui mentalitas para muridNya
sehingga Ia mengatakan, “Janganlah kamu
mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakannya dan pencuri
membongkar serta mencurinya, tetapi kumpulkanlah harta di sorga, di sorga,
ngengat dan karat tidak merusakannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Mat 6:19-21).
Kisah seorang anak yang akhirnya memiliki dunia tersendiri di dalam kamar
menggambarkan bagaimana dari usia dini anak ini sudah dibentuk menjadi pribadi
yang avarice. Kecenderungan avarice merupakan pintu masuk bagi
segala ketamakan dan dapat membelenggu diri pribadi orang tersebut. Betapa
banyak orang yang berperilaku demikian, suka mengumpulkan harta kekayaan supaya
dapat dipuji orang, di hargai sebagai orang kaya meskipun dia sendiri tidak membutuhkannya.
Penginjil
Lukas hari ini melaporkan bagaimana seorang pendengar meminta Yesus untuk
menjadi hakim bagi mereka dua orang bersaudara. Ia berkata, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia dapat berbagi warisan
dengan aku.” Yesus berkata kepadanya bahwa diriNya bukanlah hakim atas
warisan. Orang-orang Israel sebenarnya memiliki kebiasaan untuk tinggal tetap di
tanah warisan tanpa perlu membaginya (Mzm 133:1). Namun sejalan dengan
perkembangan zaman, masing-masing saudara boleh meminta haknya atas warisan
itu. Maka untuk membagi harta milik, prinsip dan normanya ditentukan
berdasarkan hukum Taurat (Ul 21:15dst; Bil 27:1-11).Tentu saja hal ini bukanlah sebagai
hal yang urgent bagi Yesus untuk
menjawabnya. Ia malah memberi wejangan ini: “Berjaga-jagalah
dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang
berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaan itu.“
(Luk12:15). Yesus mau mengatakan kepada orang itu bahwa orang tidak hidup dari kelimpahan
hartanya. Harta miliki bukanlah satu-satunya jaminan kebahagiaan manusia.
Yesus lalu memberi sebuah perumpamaan tentang orang yang berkelimpahan harta sehingga terpenjara di dalam ketamakannya. Ia berpikir bahwa dengan banyak harta yang dimiliki dari kebun akan menjamin seluruh hidupnya ternyata pikirannya ini meleset. Pada akhirnya dia menjadi korban dari harta miliknya sendiri. Perumpamaan ini mau mengingatkan para murid Yesus untuk setia selamanya kepadaNya. Mereka jangan khawatir akan apa yang akan mereka makan atau minum karena manusia hidup bukan hanya dari makanan dan minuman saja. Mereka juga hidup dari Sabda Tuhan. Tugas mereka adalah tetap mencari Kerajaan Allah karena Tuhan akan tetap menambahkan semuanya kepada mereka. Di samping mencari Kerajaan Allah para murid juga diingatkan untuk memperhatikan kaum papa miskin dalam semangat saling berbagi. Dengan cara ini mereka juga akan memperoleh harta di Sorga.
Harta milik mudah menjadi sumber konflik bagi manusia. Anak yang dicontohkan di atas memiliki konflik bathin yang terselubung dan berdampak dalam relasi sosialnya yang beku. Saudara dan saudari juga mengalami sengketa warisan yang berkepanjangan. Hal ini berdampak pada sikap sulit untuk berbagi dengan kaum papa miskin. Yesus melihat bahwa di dalam diri manusia terdapat akar sengketa yakni ketamakan. Orang tamak akan memiliki kecenderungan avarice. Ia mengumpulkan kekayaan supaya dapat dipuji orang. Mengapa orang menjadi tamak? Karena pikirannya adalah bahwa hidup ini hanya berarti kalau memiliki banyak harta kekayaan. Padahal harta kekayaan bukanlah satu-satunya jaminan kebahagiaan. Orang mudah dikuasai kekayaan dan lupa pada Tuhan sang pencipta.
Penulis Kitab Pengkotbah dalam bacaan pertama mengingatkan kita semua untuk terus menerus berorientasi kepada Allah. Orang yang tidak bijaksana atau tidak beriman, hidupnya akan terancam atau tidak nyaman karena orientasi hidupnya hanya kepada harta milik. Orang-orang seperti ini mencari hal yang sia-sia dan lupa mencari yang sungguh-sungguh yaitu Tuhan sang Pencipta. Apa faedah yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tentram. Semuanya adalah kesia-siaan maka orientasikan diri kepada Tuhan adalah kebijaksanaan.
Orientasi diri kepada Tuhan menjadi semakin jelas dalam pikiran Paulus. Di dalam bacaan kedua, Paulus menulis kepada jemaat di Kolose bahwa mereka harus mencari perkara yang di atas di mana Kristus berada. Mengapa? Karena mereka semua telah dibangkitkan bersama Kristus. Apa yang harus dilakukan untuk menjadi pengikut Kristus yang setia? Mereka harus merasa dan percaya bahawa Kristus hidup bagi mereka. Ia mempersembahkan diri bagi mereka bukan bagi orang lain. Kristus juga hidup bagi kita. Oleh karena itu kita harus mematikan segala hal duniawi di dalam diri kita yakni percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, penyembahan berhala dan saling berdusta. Hidup lama harus diubah dengan hidup baru sehingga menjadi selaras dengan sang Pencipta. Konsekuensi lainnya adalah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan di dalam Tubuh Kristus, artinya tidak ada lagi orang Yahudi, Yunani, bersunat, tidak bersunat, budak dan merdeka. Semua orang berada di dalam Kristus yang satu dan sama!
Sabda Tuhan pada hari ini sangat meneguhkan hati kita semua. Banyak kali kita selalu berorientasi pada harta milik, karena hati kita ada di sana. Tetapi pada hari ini Tuhan Yesus mengorientasikan kita hanya kepada diriNya, untuk tinggal di dalamNya karena Dialah hidup kita. Dia juga mau mengatakan kepada kita tentang kesia-siaan duniawi dari harta milik yang dapat hancur karena ngengat atau dicuri oleh para pencuri. Sungguh, Kristus adalah harta milik kita yang paling sempurna. Ia sendiri berkata: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Apakah anda merasa berkelimpahan di dalam Kristus? Hadirlah di hadiratNya dalam doa dan pujian maka anda juga pasti merasakanNya.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, betapa agung Engkau mengasihi sehingga memberi hidup dan kelimpahan kepada kami semua. Bantulah kami supaya semakin matang dalam iman dan cinta kepadaMu dan kepada sesama kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment