Hari Minggu Biasa XXI/C
Yes 66:18-21
Mzm 117:1.2
Ibr 12: 5-7.11-13
Luk 13:22-30
Pertumbuhan Iman Dari Comfort Zone ke Courage Zone
Pernah
terjadi sebuah dialog antara dua orang pemuda. Pemuda pertama mengatakan bahwa
ia harus berjuang untuk menjadi orang katolik yang baik. Bentuk perjuangannya
adalah menghayati nilai-nilai injili dalam hidupnya setiap hari. Ia merasa menghayati nilai injili adalah sebuah kemartirannya. Pemuda kedua dengan santai
mengatakan dirinya sudah dibaptis maka jaminan masuk ke surga pasti seratus
persen ada. Itu sebabnya tidak perlu memaksa diri berlebihan untuk menjadi
martir. Dari dialog kedua pemuda ini menunjukkan bagaimana situasi umum
kehidupan beriman bagi banyak orang katolik. Seorang merasa dibaptis, memiliki surat baptis
di tangan merasa bahwa hidup kekal ada
di tangannya maka tidak perlu lagi berjuang untuk menghayati imannya. Orang
seperti ini tidak akan bertumbuh di dalam iman. Ketika orang merasa nyaman di
dalam hidupnya maka daya juangnya juga akan melemah dan mati. Ketika seorang dapat berjuang
di dalam hidupnya maka ia akan bertumbuh dan berkembang dalam semua aspek
kehidupan termasuk imannya kepada Tuhan. Orang harus berani keluar dari comfort zone
ke courage zone.
Pada hari
Minggu biasa ke XXI tahun C ini, Sabda Tuhan menantang kita untuk keluar dari
comfort zone ke courage zone. Penginjil Lukas mengisahkan Yesus yang masih dalam perjalanan menuju ke Yerusalem.
Ia sudah mengangkat mataNya dan memandang ke arah Yerusalem di mana di sanalah Ia
akan mewujudkan semua pekerjaan Bapa kepada manusia yaitu keselamatan. Ia akan mewujudkan PaskahNya. Dalam
perjalanan melalui kota-kota dan desa-desa, Ia mengajar di dalam Sinagoga, di
rumah keluarga-keluarga dan juga di jalan-jalan tentang urgensinya Kerajaan
Allah. Banyak orang terpesona karena Yesus pernah mengajar, mereka melihat dan
mendengar tetapi mereka sendiri belum menghayati semua pengajaranNya. Mengapa demikian? Karena
mereka tidak sungguh mendengarkanNya, menyimpan di dalam hatinya dan tidak
melakukannya di dalam hidup setiap hari. Justru hal yang mereka lakukan adalah
kejahatan. Mereka lebih nyaman di alam dosa.
Dalam situasi seperti ini, orang Yahudi bertanya dengan nada pesimis kepada Yesus: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang
diselamatkan?” Orang Yahudi sendiri mulai merasa pesimis karena keinginan
mereka adalah semua orang Yahudi diselamatkan. Masalahnya adalah hidup konkret mereka
penuh dengan kejahatan dan dosa. Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka bahwa ada sedikit atau banyak orang
yang akan diselamatkan. Ia hanya berkata: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu
yang sempit itu! Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan
dapat”. Di sini, Penginjil Lukas lebih menekankan aspek perjuangan. Apa yang
diperjuangkan oleh manusia untuk masuk ke dalam rumah keselamatan? Hanya ada
satu jawaban yang pasti yakni pertobatan. Orang harus berani bertobat atau
ber-metanoia sehingga dapat menghasilkan buah penebusan yang berlimpah. Orang
harus berani keluar dari comfort zone untuk masuk ke dalam courage zone.
Sebaliknya
orang yang memiliki pola hidup gampang, merasa nyaman berada di comfort zone
tidak akan mendapat apa-apa. Mereka hanya ikut ramai dalam mengikuti Yesus,
santai mendengar pengajaranNya dan tidak melakukan Firman Yesus di dalam hidup
mereka setiap hari. Ketika mereka mengalami kesulitan atau berada dalam bahaya,
mereka hanya akan mengingat kembali masa-masa di comfort zone di mana mereka duduk
dan makan bersama tuan rumah. Hanya saja tuan rumah akan mengatakan dengan jujur
bahwa ia tidak mengenal mereka. Banyak orang tidak bertobat karena mereka merasa lebih nikmat
dengan segala kejahatan yang mereka alami. Orang-orang yang tidak bertobat juga akan
enyah, menjauh dari hadapan Tuhan dengan hukuman yang sudah siap bagi mereka.
Tuhan justru akan berpaling kepada orang-orang asing dari empat kutub bumi
untuk mengikuti perjamuan bersama. Hal ini kiranya sama dengan apa yang
dinubuatkan nabi Yesaya dalam bacaan pertama. Tuhan berkata: “Aku mengenal segala perbuatan dan
rancangan. Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari semua bahasa, dan
mereka akan datang serta melihat kemuliaanKu”.
Penginjil
Lukas memberi nada optimisme kristiani kepada kita semua. Maksudnya adalah bahwa kita juga akan dipanggil
oleh Tuhan dari belahan bumi yang berbeda untuk ikut di dalam perjamuanNya. Kita
dipanggil paling terakhir namun lebih dahulu mendapat bagian di dalam Kerajaan
Allah. Hal terpenting adalah pertobatan radikal di dalam diri kita. Kita jangan
puas dengan kehadiran rutin setiap Minggu untuk mendengar firman dan menerima
komuni kudus. Kita hendaknya tetap berjuang untuk mewujudkan pertobatan dan
berani memikul salib-salib kehidupan kita. Sabda Tuhan dan Ekaristi yang
dirayakan hendaknya memiliki power untuk mengubah hidup, mengeluarkan kita dari
comfort zone ke courage zone. Santo Paulus dalam bacaan kedua menyadarkan kita
untuk menerima penderitaan hidup sebagai pengalaman yang meneguhkan iman kita.
Penderitaan itu sendiri akan menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehNya.
Doa: Tuhan,
bantulah kami untuk menghilangkan semua pola hidup gampang sehingga menjadi
umat yang selalu berjuang untuk mewujudkan SabdaMu di dalam hidup yang konkret.
Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment