St. Theresia dari Avila
Hari Selasa, Pekan Biasa XXVIII
Rm 1:16-25
Mzm 19:2-5
Luk 11:37-41
Demi Allah dan Injil Suci ini!
Sebelum
diterbitkannya buku Tata Perayaan Perkawinan (TPP), para pasutri biasanya
mengucapkan janji pernikahan mereka dengan meletakkan tangan di atas Kitab
Suci. Pada bagian akhir janji nikah biasanya mereka mengucapkan kalimat yang bunyinya sederhana tetapi
memiliki makna yang mendalam: “Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil Suci
ini”. Meskipun kalimat ini tidak ada lagi dalam TPP tetapi kalimat ini kiranya
tetap memiliki makna yang bagus dan mendalam bagi setiap pasangan suami dan
istri. Semua janji untuk hidup bersama bukan semata-mata bersifat manusiawi tetapi bersifat ilahi. Tuhan hadir dan berkarya di dalam diri orang-orang yang berjanji. Di samping para pasutri, setiap orang lain yang mengikrarkan janji setianya juga selalu mengakhirinya dengan kalimat “demi Allah dan Injil Suci ini”. Banyak
kali mungkin orang kurang menyadari kalimat sederhana ini sehingga selalu
melanggarnya. Para pejabat sudah berjanji demi Allah dan Kitab Suci agama masing-masing tetapi tetap juga melanggar sumpah jabatan. Ketika melihat uang
dan harta benda lainnya, tawaran kekuasaan serta popularitas, orang cenderung untuk
melupakan Allah dan SabdaNya di dalam Kitab Suci. Ketika masuk penjara baru
orang berikrar untuk kembali kepada Tuhan Allah, mau bertobat dan aksi lainnya untuk
menjadi kudus. Itulah sikap hidup manusia di hadirat Tuhan yakni suka bersifat munafik dan pura-pura bertobat.
St. Paulus
dalam tulisannya kepada jemaat di Roma hari ini sekali lagi menekankan tentang kekuatan dan
kekuasaan Injil Yesus Kristus. Ia menulis: “Saudara-saudara, aku mempunyai
keyakinan yang kokoh di dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama bagi orang Yahudi, tetapi
juga orang Yunani”. Injil adalah khabar suka cita yang diwartakan oleh Yesus.
Yesus sendiri adalah Sabda yang menjadi manusia dalam peristiwa Inkarnasi.
Injil, dalam hal ini Pribadi Yesus yang menyelamatkan manusia. Inilah
hal terpenting yang menumbuhkan keyakinan di dalam diri Paulus dan ia berusaha
untuk meyakinkan orang-orang Romawi untuk percaya kepada Kristus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga yakin dan percaya kepada Injil sebagai kekuatan dari Allah sendiri?
Mengapa
Paulus memiliki pendirian yang kuat bahwa Injil adalah kekuatan dari Allah yang
menyelamatkan? Karena menurut Paulus, di dalam Injil kebenaran Allah menjadi
nyata, dan kebenaran itu bertolak dari iman dan menuju kepada iman. Tepatlah perkataan
ini: “Orang benar akan hidup oleh imannya”. Orang-orang fasik dan lalim akan
mengalami murka Allah karena mereka menindas kebenaran dengan kelaliman.
Orang-orang ini menutup diri terhadap tawaran keselamatan yang datang dari
Allah di dalam diri Yesus Kristus PuteraNya. Paulus mengatakan bahwa Tuhan Allah juga membuka diriNya,
membiarkan diriNya dikenal oleh segala ciptaan. Hal-hal yang baik dan indah
mencerminkan Pribadi Allah sebagai pencipta. Hanya saja ketika ada nafsu
kecemaran maka orang gampang untuk melupakan Tuhan yang mahapengasih dan penyayang.
Pengalaman
rohani Paulus memang sungguh menantang kita saat ini terutama bagaimana
kita membangun relasi antar pribadi dengan Yesus. Kita mengenal Yesus dari
Kitab Suci maka satu kebiasaan yang harus kita bentuk adalah mencintai Kitab
Suci. St. Hironimus mengatakan bahwa orang yang tidak mengenal Kitab Suci
dengan sendirinya tidak mengenal Yesus Kristus. Kita harus membangun
kebiasaan baik yakni bersahabat dengan Kitab Suci. Kita membaca, mendengar,
merenungkan dan melakukannya di dalam hidup setiap hari. Paulus mengatakan Injil adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan. Konsekuensinya adalah kita juga percaya bahwa dengan
bersahabat dengan Injil, kita akan diselamatkan. Tentu semua ini bisa
terlaksana ketika kita sadar sebagai orang beriman.
Tuhan Yesus
dalam bacaan Injil hari ini menunjukkan keterbukaanNya terhadap semua orang. Ia
diundang makan oleh orang Farisi tetap tanpa mencuci tanganNya. Sesuai dengan
kebiasaan orang Yahudi, mereka selalu membersihkan dirinya, khusus tangannya sebelum makan, juga alat-alat makan dan minum supaya tidak mengalami kenajisan. Tentu saja
orang-orang Farisi memiliki pandangan yang negative terhadap Yesus. Oleh karena itu Ia berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Farisi, kalian membersihkan cawan dan
pinggan bagian luar, tetapi bagian dalammu penuh dengan rampasan dan kejahatan”. Ia berani memberi koreksi dengan teguran yang keras
kalau perilaku mereka berlawanan dengan kehendak Allah.
Sabda Tuhan
yang kita dengar pada hari ini membantu kita untuk semakin akrab dengan Yesus,
Sabda kehidupan. Dia yang mengajar kita bahwa hukum lahiria itu tidak memiliki
daya apa-apa. Yesus adalah segalanya karena Dialah satu-satunya Penyelamat
kita. Ia mewartakan injilNya sebagai kekuatan yang menyelamatkan kita semua.
Mari kita menyediakan waktu untuk mendengarNya di dalam hidup kita.
Doa: Tuhan
Yesus, terima kasih karena Engkau adalah kekuatan bagi kami di saat kami lemah.
Bantulah kami untuk setia di dalam panggilan kami masing-masing. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment