Hari Senin, Pekan Biasa XXIX
Rm 4:20-25
Mzm (Luk: 1:69-70.71-72.73-75)
Luk 12:13-21
Allah tak pernah ingkar janji
Pada saat ini
di dalam masyarakat sedang ada seleksi para calon legislatif. Biasanya para
caleg memiliki banyak strategi untuk merebut hati masyarakat. Ada yang
berkunjung dari rumah ke rumah untuk menjual program partai, ada yang
mengumpulkan masa untuk mengatakan visi dan misi dirinya yang dielaborasi
dengan partainya, ada yang berlaku seperti kutu loncat. Pada periode sebelumnya
dia ada di partai ini dan periode kali ini di partai lain lagi. Ada yang tidak
punya banyak ide sehingga hanya menjual janji-janji saja. Banyak yang janjinya
mubasir dan masuk kategori kebohongan public. Mungkin lebih sederhana dan sopan
boleh dikatakan mereka ingkar janji.Ada
juga yang lebih ekstrim yakni mereka yang berpikir bahwa uang adalah segalahnya
maka mereka pun memakai politik uang. Orang-orang yang pandai berjanji tetapi
mudah mengingkarinya. Ketika mengingkar janji, orang itu juga mencari
pembenaran diri.
Manusia itu
mudah memberi janji tetapi gampang mengingkarinya. Contoh di atas itu dalam
lingkup yang luas. Di dalam keluarga dengan lingkup yang lebih kecil juga janji
itu menjadi taruhan utama. Seorang yang menikah akan berjanji di hadapan Allah
dan Injil Suci untuk setia dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit
dan saling mengasihi selamanya sampai maut memisahkan. Ini adalah sebuah janji
yang luhur mulia. Masalahnya adalah apakah janji itu dihayati selamanya? Banyak
yang mengatakan ya berjanji tetapi dalam waktu yang singkat mengingkarinya.
Orang yang hidup membiara juga berjanji ketika mengucapkan kaul-kaul kebiaraan.
Nasihat-nasihat injil untuk menjadi orang yang taat, miskin dan murni juga
merupakan perjuangan tersendiri. Apakah kaum biarawan, biarawati dan para imam
dapat menghayati ketiga nasihat Injil ini? Meskipun orang berjanji di hadapan
Allah dan Injil suci tetapi tetaplah mengingkarinya.
Pada hari ini
kita semua dikuatkan kembali untuk belajar menjadi orang yang setia menghayati janji-janji
kita di hadapan Tuhan dan sesama. Mengapa? Karena Tuhan sendiri tidak pernah
ingkar janji. St.Paulus dalam bacaan pertama menulis kepada jemaat di Roma
untuk mengikuti teladan Abraham: “Tetapi
terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat
dalam imannya dan memuliakan Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa
untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikanNya” (Rm 4: 20-21). Abaham
menaruh seluruh harapannya hanya kepada Tuhan. Ia berusaha untuk mentaati
kehendak Tuhan di dalam hidupnya. Perlu juga kita ketahui bahwa Abraham
dibenarkan bukan karena jasa baiknya melainkan karena prakarsa dari Allah
sendiri. Janji Allah dipegang teguh olehnya meskipun mengakami banyak kesulitan
yang datang dari dalam dan luar dirinya.
Selanjutnya
Paulus juga mengingatkan komunitasnya untuk percaya dan bersukur kepada Tuhan yang telah membangkitkan Yesus
dari alam maut. Ini adalah janji Tuhan yang besar di mana semua orang
diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Maut sudah dikalahkan oleh Yesus dan kita
semua dibenarkan di dalam Dia. Paulus pada bagian terakhir perikop kita
mengatakan bahwa Yesus Kristus telah diserahkan karena karena pelanggaran kita
dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Kita juga bersyukur karena Tuhan Yesus
membenarkan kita semua.
Untuk dapat
menjadi orang benar, haruslah menumbuhkan semangat untuk mau berubah di dalam
diri sendiri dan nantinya mempengaruhi
orang di luar diri. Orang berubah untuk tidak menjadi tamak terhadap harta
dunia. Yesus berkata: "Janganlah
kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan
pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;
di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar
serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”
(Mat 6:19-21). Itu sebabnya ketika Yesus diminta untuk menjadi hakim bagi dua
orang bersaudara supaya Ia membagi warisan mereka, Ia mengatakan supaya mereka
berjaga-jaga terhadap segala ketamakan sebab walaupun seorang berlimpah-limpah
hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaan itu. (Luk 12:15). Semua
yang ada di atas dunia ini sifatnya fana.
Orang yang
mudah ingkar janji mudah juga menjadi hamba bagi harta. Kita bisa melihat
banyak pejabat yang berjanji untuk mengabdi bagi rakyat tetapi kemudian berubah
menjadi penindas bagi rakyat. Ketika sudah menjadi pejabat, gampang sekali
dibelenggu oleh kekayaan, politik balas jasa dan bentuk-bentuk lain yang sudah
lazim di negeri ini. Belakangan ini kita mendengar sebuah istilah Trias
politica yang berubah nama menjadi Trias koruptika. Ketika Montesquieu
(1689-1755) mencanangkan konsep ini memang ia bermaksud baik supaya ada
pemisahan kekuasaan yang jelas untuk lembaga legislative, eksekutif dan
yudikatif. Tetapi di negeri ini ketiga lembaga ini sudah menyatu dalam semangat
yang sama yaitu sama-sama berkorupsi. Orang sudah tidak punya perasaan malu
lagi ketika menjadi koruptor tetapi masih mau berpose di depan layar kaca dan
berusaha membenarkan diri bahwa tidak korupsi. Semua di dunia ini fana.
Sabda Tuhan
mengundang kita untuk setia pada janji-janji kita di hadapan Tuhan dan sesama.
Tuhan tidak pernah ingkar janji maka marilah kita juga menyerupainya. Segala
yang ada di atas dunia ini Tuhan berikan kepada kita. Janganlah menjadi tamak!
Doa: Tuhan,
bantulah kami untuk menjadi setia terhadap segala janji-janji yang sudah kami
ucapkan di hadapanMu dan sesama kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment