Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXIII
Kol. 3:1-11
Mzm. 145:2-3,10-11,12-13ab
Luk. 6:20-26
Jangan ada dusta di antara kita
Banyak di antara kita yang masih
ingat tembang kenangan tempo doeloe dari Broery Marantika dan Dewi Yull,
berjudul 'Jangan ada dusta di antara kita'. Ada kata-kata dalam lagu itu
mengatakan: "...Dan kini semua kau katakan padaku, Jangan ada dusta di
antara kita, kasih..." Lagu ini merupakan kisah kasih dua anak manusia
yang sangat normal. Ada rasa kasih, kecewa, dan menyesal dalam hati karena
sebelum menyatu memang sudah orang lain yang dikenal dan masuk dalam kehidupan
pribadi. Maka jalan terbaik adalah terbuka dang jujur satu satu sama lain
sebagai pasangan hidup. Pasangan yang bahagia itu tidak ada dusta dalam
hubungan mereka. Apa untungnya saling berdusta satu sama lain?
Pada hari ini kita mendengar
nasihat-nasihat yang indah dari St. Paulus kepada jemaat di Kolose. Setelah
memberikan wejangan tentang hidup dalam kepenuhan dengan Kristus, ia
melanjutkan wejangan-wejangan yang indah tentang bagaimana menjadi manusia baru
di dalam Kristus. Ia mula-mula mengingatkan jemaat untuk mengingatkan kembali
peristiwa Yesus yaitu Ia telah hidup, wafat dan bangkit dari kematian-Nya.
Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan kita juga. Sebab itu hidup kita
tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. Kelak, Kristus menyatakan diri-Nya
dan kita juga menyatakan diri bersama dengan Dia. Maka tugas dan kewajiban kita
adalah mencari ‘perkara yang di atas, di mana Kristus berada bukan perkara di
bumi.
Bagaimana cara kita mencari
perkara yang di atas? Paulus mengatakan bahwa perlu menyadari diri kita sebagai
manusia yang lemah dan pernah mengalami sisi-sisi kegelapan di dalam hidup
kita. Sisi-sisi kegelapan adalah dosa dan salah kita. Itu adalah hidup lama yang
harus berani kita lepaskan atau tinggalkan. Kita perlu mematikan segala sesuatu
yang duniawi: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan dan
menyembah berhala. Buah dari dosa semacam ini adalah maut karena murka Allah.
Sekarang ini, kita berani membuangnya: marah, geram, kejahatan, fitnah, dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut
dan janganlah saling mendustai satu sama lain. Paulus memanggil kita semua
untuk membangun semangat tobat. Kita tidak harus membeda-bedakan sesama kita,
namun kita semua tetaplah satu di hadapan Tuhan yang satu dan sama. Di dalam
Tuhan kita benar-benar menjadi manusia baru. Prinsip penting bagi kita adalah
Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Kol 3:11).
Nasihat-nasihat Paulus ini masih
sangat aktual dengan hidup kita sebagai pengikut Kristus. Kita masih memiliki
sisi-sisi gelap yang menguasai tubuh dan jiwa kita. Pikiran, perkataan,
perbuatan dan kelalaian hidup kita selalu berkaitan dengan hal-hal menyangkut
percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, menyembah berhala.
Banyak kali terungkap dalam sikap marah, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata
kotor dan saling berdusta satu sama lain. Semua hal ini masuk dalam pengalaman
pribadi kita dan hendaknya kita berusaha untuk melepaskannya di dalam hidup
ini. Apa untungnya kita berbuat dosa dan menjauhkan diri dari sumber segala
kebaikan? Kepuasan dosa hanya bersifat sementara, kematian adalah akibat fatal
dari dosa. Orang tidak akan menjadi pribadi yang bahagia ketika ia tidak berani
bertobat dengan mencari perkara yang di atas.
Musa dalam Kitab Perjanjian Lama,
dikisahkan berada di puncak gunung Sinai untuk berjumpa dengan Tuhan. Ia turun
gunung dengan membawa kebahagiaan berupa dua loh batu yang berisi sepuluh
perintah Allah. Tuhan Yesus semalam-malaman berada di bukit untuk berdoa.
Ketika Dia turun dari bukit, Ia memanggil para murid yang disebut-Nya rasul
atau utusan-Nya. Di samping memilih para utusan, Yesus memandang dan mengajar
murid-murid-Nya tentang Sabda Bahagia dan usaha untuk menghindari kecaman-Nya.
Sapaan bahagia di sampaikan Yesus kepada orang-orang miskin, yang hanya
mengandalkan Tuhan sebab mereka akan memiliki Kerajaan Allah, bagi orang lapar
karena mereka akan dipuaskan, bagi orang yang menangis karena mereka akan tertawa
dan mereka yang dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak karena Anak Manusia.
Upah mereka besar di surga.
Namun Tuhan Yesus juga
menyampaikan warning kepada para murid-Nya dengan menggunakan kata celakalah.
Celakalah bagi orang kaya karena mengandalkan kekayaannya, mereka yang kenyang,
yang tertawa dan mereka yang mendapat pujian. Mereka dikecam karena mereka lupa
diri di hadapan Tuhan dan sesama manusia. Mereka suka berdusta atau menipu diri
karena tidak memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Mereka terbiasa untuk
menertawakan sesama yang menderita.
Hari ini Tuhan menasihati kita
supaya jangan ada dusta di antara kita dengan Tuhan dan sesama. Jangan ada
dusta di antara kita yang selalu berdalil lupa sehingga selalu jatuh ke dalam
dosa yang satu dan sama. Saya mengingatkan kembali daftar dosa yang disampaikan
santu Paulus: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan dan
menyembah berhala, marah, geram, kejahatan, fitnah, dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut
dan janganlah saling mendustai satu sama lain. Banyak kali kita menipu diri
bahwa kita memang seperti ini. Bertobatlah dan baharuilah hatimu.
Janganlah ada dusta di antara
kita ketika kita menyadari diri sebagai pribadi yang sedang berusaha untuk
berjalan dalam jalan kekudusan. Kita menjawabi sapaan berbahagialah dari Tuhan
Yesus dengan mewujudkan diri kita sebagai sosok yang miskin, lapar, menangis
dan dibenci karena bersekutu dengan Yesus. Sebaliknya celakalah kita kalau kita
lupa diri dan tertawa di atas penderitaan sesama. Jangan ada dusta di antara
kita kalau kita benar-benar menyadari kasih dan kebaikan Tuhan. Apakah anda
berbahagia dalam hidupmu saat ini?
PJ-SDB