Bernilai di mata Tuhan!
Adalah Jimmy Carter. Mantan Presiden Amerika Serikat ini pernah
berkata: “Komitmen kami untuk hak asasi manusia harus mutlak, hukum kita adil,
keindahan alam kita dilestarikan; yang kuat tidak harus menganiaya yang lemah
dan martabat manusia harus ditingkatkan.” Perkataan ini menggambarkan bagaimana besarnya perhatian setiap orang
terhadap orang lain di sekitarnya. Perhatian kepada keluhuran harkat dan
martabat manusia sebagai manusia. Tidak ada hitung menghitung kalau menyangkut
martabat manusia.
Ada sebuah kisah di dalam Kitab Suci yang membuat saya
merenung lebih dalam lagi. Kisah yang dimaksud adalah tentang Onesimus dalam
surat Paulus kepada Filemon. Onesimus adalah seorang hamba dari Filemon. Nama
Onesimus berarti berguna. Ia melakukan pekerjaannya sebagai seorang hamba, namun
pada suatu kesempatan ia melarikan diri dengan membawa harta benda Filemon. Ia berhasil
ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara ini dia menemukan
sosok Paulus yang juga sedang dipenjara. Onesmus lalu menceritakan seluruh
pengalamannya kepada Paulus. Paulus tergugah dan menulis surat kepada Filemon
supaya nantinya dapat menerima Onesimus dengan baik. Surat itu dibawa sendiri
oleh Onesimus untuk diberikannya kepada Filemon. Dengan menyebut nama Onesimus,
kita perlu mengingat sosok Filemon. Nama Filemon berarti penuh kasih. Dia
merupakan salah seorang warga Kolose. Ia merupakan orang terkemuka dan memiliki
banyak budak termasuk Onesimus. Rumahnya menjadi markas bagi para pengikut
Kristus di Kolose.
Pada hari kita belajar bagaimana Santu Paulus mencari jalan
untuk meredam isu perlakuan yang tidak adil dari tuan atau mandor dengan hamba
atau anak buah. Ia menulis surat dengan nada yang menasihati dan berharap
supaya nilai martabat manusia haruslah diperhatikan. Seorang hamba memang tidak
lebih tinggi dari tuannya, namun tanpa hamba, semua pekerjaan tuannya juga
tidak dapat selesai pada waktu yang diinginkan. Para hamba memiliki harkat dan
martabat, nilai hidup yang harus dijunjung tinggi.
Sekarang mari kita memikirkan para pembantu rumah tangga,
para sopir, para pekerja musiman. Banyak kali mereka ini mengalami perlakuan
yang tidak adil dalam masyarakat. Mereka diukur berdasarkan uang bukan melihat
manusia sebagai manusia. Ukuran ini ditambah dengan kekerasan verbal dan fisik.
Betapa susahnya menjadi Oshin di saat mudik. Hanya saja ketika ada Oshin,
jarang diperhatikan, malah dimarahi dan diperlakukan tidak adil. Mari kita
menghargai sesama yang lain sebab masih banyak Onesimo di sekitar kita.
Damai Tuhan,
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment