Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXX
Rm. 8:26-30
Mzm. 13:4-5,6
Luk. 13:22-30
Aku percaya akan
kasih-setia-Mu
Saya pernah berjumpa dengan
seorang umat yang sedang bergumul dengan hidupnya. Ia merasa begitu berat
hidupnya di dunia ini. Masalah datang silih berganti dalam kehidupan pribadi
dan keluarganya. Ia merasa lelah dengan hidupnya. Di saat-saat yang sulit ini
ia berniat untuk menjauh dari Tuhan. Kebiasaannya yang baik untuk berdoa dan
berdevosi juga diabaikannya. Pada suatu hari ia diajak sahabatnya untuk mengikuti
sebuah seminar di gereja dengan tema: “Kasih setia Tuhan membaharui diri kita”
Seminar ini benar-benar membuka pikiran, mata dan hatinya untuk keluar dari
pergumulan hidupnya ini. Ia baru sadar bahwa kasih setia Tuhan itu selalu ada dan
Tuhan sendiri membaharuinya. Selama bergumul ia hanya berpikir bahwa Tuhan
tidak setia kepadanya. Kali ini ia percaya bahwa Tuhan Allah setia kepadanya dan
ia pun mengaku di hadirat Tuhan: “Aku percaya akan kasih setia-Mu, ya Tuhan”.
Ia berubah menjadi baru di mata Tuhan dan sesamanya.
Saya mendengar kisah hidupnya
dengan perhatian dan penuh hati sukacita. Bagi saya, sebuah proses pertobatan
pribadi memang selalu indah. Orang yang benar-benar bertobat merasakan sebuah
perubahan yang radikal dalam hidupnya di hadapan Tuhan dan sesamanya. Ia akan
merasakan pengalaman Raja Daud yang sering jatuh ke dalam dosa tetap cepat
sadar dan berubah menjadi lebih baik lagi. Raja Daud sendiri bersaksi begini: “Aku
percaya akan kasih setia-Mu, hatiku bersorak sorai karena penyelamatan-Mu. Aku
mau menyanyi untuk Tuhan karena Ia telah berbuat baik kepadaku.” (Mzm 13:6). Doa
dari lubuk hati terdalam Raja Daud ini dapat juga menjadi doa kita ketika sadar
diri sebagai orang berdosa, yang kurang percaya kepada kasih setia Tuhan dan
berusaha untuk percaya dan setia kepada Tuhan.
Penginjil Lukas hari ini mengisahkan
tentang kelanjutan perjalanan Yesus ke Yerusalem. Ia mengulangi sebuah
kebiasaan yang baik yakni ‘berkeliling dan berbuat baik’. Ia berkeliling dari
kota ke kota dan dari desa ke desa sambal mengajar. Ini berarti Kerajaan Allah
dan Khabar Sukacita benar-benar sampai pada tujuannya. Maka ada orang, tanpa
nama bertanya tentang misi dan karya Yesus di antara mereka: “Tuhan, sedikit
sajakah orang yang diselamatkan?” Tuhan Yesus memang beda. Ia tidak menjawab
pertanyaan orang itu tentang kuantitas atau sedikit banyaknya orang yang
diselamatkan. Ia justru membantu mereka untuk mencari jalan yang pasti untuk
memperoleh keselamatan yang dimaksud. Untuk itu Yesus berkata: "Berjuanglah
untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak
orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” (Luk 13:24). Untuk mencapai keselamatan orang tidak hanya
bermimpi untuk mencapai keselamatan tetapi harus berusaha, berkurban bahkan
siap untuk menderita seperti Yesus sendiri. Untuk menyelamatkan manusia, Yesus
menderita hingga wafat di kayu salib. Manusia yang mendambakan keselamatan
harus menyerupai Yesus sang Penebus.
Kita semua harus berjuang melalui
pintu yang sesak. Dalam berjuang, kita tidak perlu menghitung berapa banyak
perbuatan baik yang sudah kita lakukan di dunia ini, apakah kita rajin berdoa,
selalu mengambil bagian dalam kehidupan menggereja dan lain sebagainya. Semua
ini adalah urusannya Tuhan untuk menghitung karena Dia mengenal kita. Tugas
kita adalah sebagai hamba yang melakukan apa yang harus kita lakukan sebagai
hamba-Nya. Hanya dengan demikian Ia benar-benar mengenal kita dan memanggil
kita untuk ikut dalam perjamuan-Nya. Kalau tidak Ia akan berkata: “Aku tidak
tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang
melakukan kejahatan!” (Luk 13:27). Menjadi orang katolik bukan hanya sekedar
dibaptis dan ikut dalam kegiatan Gereja. Hal yang lebih penting adalah melakukan
kehendak Tuhan di dalam hidup kita, terutama percaya akan kasih setia-Nya, dan
berusaha untuk melakukan kasih setia Tuhan kepada sesama kita. Kesetiaan
sebagai pengikut Tuhan Yesus itu memang penting dan harus.
Santu Paulus dalam bacaan pertama
mengingatkan kita bahwa tujuan akhir hidup kita adalah menjadi serupa dengan
Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus. Maka kita harus benar-benar
berpegang teguh pada bendera ‘orang Kristen’ artinya seperti Kristus sendiri.
Apakah kita sungguh-sungguh Kristen? Jangan sampai kita hanya katolik tetapi
tidak Kristen. Artinya kita bangga sebagai orang katolik tetapi hidup kita jauh
dari hidup Kristus sendiri. Seharusnya kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus
dalam langkah hidup kita. Santu Paulus membantu kita untuk percaya bahwa Roh
membantu kita dalam kelemahan-kelemahan kita. Roh sendiri membantu kita yang
tidak tahu berdoa, dengan doa-doa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Maka bagi Santu Paulus: “Allah yang
menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai
dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.” (Rm 8:27).
Tuhan Allah turut bekerja di
dalam hidup kita. St. Paulus lebih lanjut mengatakan dalam suratnya: “Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
(Rm 8:28). Banyak kali kita kurang percaya sehingga merasa diri seolah-olah
Allah tidak belerja di dalam hidup kita. Kita berpikir bahwa kita sedang jalan
sendiri. Padahal sebenarnya Tuhan selalu besama dengan kita. Dia berjalan dan
membimbing kita menuju tujuan akhir hidup kita yaitu kebahagiaan abadi. Kitalah
yang belum percaya kepada kasih setia Tuhan dalam hidup kita. Sungguh, Tuhan
akan memanggil, memilih, menentukan, membenarkan dan memuliakan para
pilihannya. Mari kita percaya kepada kasih setia Tuhan supaya ikut mengambil
bagian dalam panggilan dan pilihan Tuhan. Kita juga ditentukan, dibenarkan dan
dimuliakan oleh Allah dalam Yesus Kristus.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment