Maria, berikanlah
kepadaku hatimu
Kita semua memasuki bulan
Oktober, bulan yang didedikasikan kepada Bunda Maria atau bulan Rosario. Sejak
hari pertama bulan ini, hampir semua Paroki mengadakan misa pembukaan bulan
Rosario di Gereja atau di depan Gua Maria. Saya sendiri berkesempatan untuk
merayakan Misa Pembukaan bulan Rosario bersama lebih dari seribu umat katolik
dari Paroki Maria Auxiliadora Comoro, Dili, Timor Leste. Masing-masing
lingkungan membawa patung Bunda Maria yang akan berkunjung ke setiap keluarga
selama bulan Oktober ini. Saya memperhatikan umat katolik benar-benar
menunjukkan devosi dan cinta mereka kepada Bunda Maria. Saya merasa yakin bahwa
banyak di antara pembaca ‘Warta’ akan turut serta mendoakan Rosario suci di
setiap KBG atau lingkungan sepanjang bulan Oktober ini.
Mengapa dia begitu istimewa?
Saya merasa yakin bahwa dari
semua nama orang kudus, Marialah yang paling popular sebab banyak di antara
para kudus pun menjadi kudus karena mengikuti teladan Bunda Maria sendiri.
Sepanjang sejarah Gereja, hingga saat ini, Bunda Maria selalu hadir untuk
mendampingi dan melindungi Gereja dari bahaya dan malapetaka. Sejak abad
ke-XII, Gereja sudah berdevosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario. Pikiran
Gereja saat itu adalah mendoakan 50 manik-manik sambil mengucapkan doa Salam
Maria, semua ini berkaitan dengan ayat-ayat dari Kitab Mazmur sebagai memorial
tentang kehidupan Tuhan Yesus bersama Bunda Maria.
St. Dominikus de Guzman (1221) sangat
dikenal sebagai orang kudus yang menyebarkan doa rosario. Ia mengajarkan doa rosario
dalam pelayanannya di antara para Albigensian yang tidak mempercayai adanya misteri
inkarnasi atau misteri kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi
manusia. Tujuan utama pendarasan doa rosario bagi St. Dominikus adalah untuk
merenungkan misteri kehidupan Kristus. Sejak abad ke-XVI, Gereja mulai
membentuk doa Rosario dengan tiga misteri atau peristiwa Yesus yaitu sedih,
gembira dan mulia, di mana setiap misteri Rosario Suci ini terdapat masing-masing
lima peristiwa Yesus. Pada tanggal 16 Oktober 2002, St. Yohanes Paulus II,
menambahkan misteri terang yang kita doakan hingga saat ini.
Rosario merupakan sebuah doa yang
sederhana dan ajaib. Salah satu kisah yang menjadi dasar pijakan bagi kita
untuk berdevosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario adalah pada saat Gereja
Katolik mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan kesultanan Ottman dari
Turki yang ingin menguasai Eropa saat itu.
Agama Kristen berada dalam bahaya kepunahan di Eropa saat itu oleh orang-orang
Islam dari Turki. Jumlah pasukan Ottman dari Turki telah melampaui pasukan
Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Paus Pius V sangat menyadari bahaya ini
maka ia memerintahkan umat Katolik untuk berdoa rosario sambil memohon pertolongan
doa Bunda Maria, supaya pasukan Kristen yang jumlahnya terbatas ini memperoleh
kemenangan. Komandan Armada Katolik bernama Don Juan dari Austria, bersama
semua umat Katolik di seluruh Eropa untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam
keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama-
sama banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak
subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk
mendoakan pertempuran di Lepanto. Pasukan Katolik menang dalam pertempuran pada
tanggal 7 Oktober dan diyakini sebagai pertolongan dari Bunda Maria. Peristiwa
ini menambah gelar Bunda Maria sebagai Penolong Umat Kristiani, sebuah devosi
yang sangat dipopulerkan oleh St. Yohanes Bosco di kemudian hari.
Mengapa Maria begitu penting
dalam Rosario suci kita? Ini adalah sebuah pertanyaan yang membantu kita untuk
berefleksi lebih mendalam lagi tentang Bunda Maria. Dalam setiap peristiwa
Rosario Suci, kita merenungkan peristiwa Yesus sendiri melalui Bunda Maria. Maria
adalah manusia yang paling dekat dengan Yesus Kristus Tuhan kita, sebab dia
mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus. Dia dikandung tanpa noda dosa
karena jasa Yesus Kristus Puteranya. Setiap peristiwa atau misteri Rosario
Suci, kita mengenang peristiwa Yesus bukan Peristiwa Maria. Kita merenungkan
Yesus dalam konteks relasi Maria yang mendalam dengan Yesus Puteranya. Inilah
yang menjadi alasan utama mengapa Maria begitu penting dan mengapa kita
mendoakan Rosario Suci. Sekarang kita paham bahwa Yesuslah yang menjadi alasan
utama kita berdoa Rosario. Benarlah perkataan ini: ‘Ad Iesum per Mariam’
artinya melalui Bunda Maria kita bersatu dengan Yesus.
St. Yohanes Paulus II dalam ‘Rosarium
Virginis Mariae’ menulis: “Sebagai doa damai, rosario selalu dan akan selalu
menjadi doa keluarga dan doa untuk keluarga. Ada saatnya dulu, bahwa doa ini
menjadi doa kesayangan keluarga, dan doa ini yang membawa setiap anggota
keluarga menjadi dekat satu sama lain…. Kita perlu kembali kepada kebiasaan doa
keluarga bersama berdoa untuk keluarga-keluarga. (…) Keluarga yang berdoa
bersama, akan tetap tinggal bersama. (…) Para anggota keluarga, dengan
mengarahkan pandangan pada Yesus juga akan mempu memandang satu sama lain
dengan mata kasih, siap untuk berbagi, untuk saling mendukung, saling
mengampuni dan melihat perjanjian kasih mereka diperbaharui oleh Roh Allah
sendiri.” (RVM, 41).
Berikanlah kepadaku hatimu
Saya mengingat sebuah doa
sederhana dari St. Theresia dari Kalkuta ini: “Maria, berikan kepadaku
hatimu: yang begitu indah, begitu murni, tak bernoda; hatimu begitu penuh
dengan cinta dan kerendahan hati bahwa saya dapat menerima Yesus di dalam Roti
Kehidupan dan mencintai-Nya seperti dirimu mencintai-Nya dan melayani-Nya di dalam
samaran orang-orang miskin yang menyusahkan”. Doa sederhana ini mewakili
harapan banyak di antara kita yang mengasihi Bunda Maria. Sebagaimana saya
kemukakan di atas bahwa banyak orang kudus menjadi kudus saat ini karena
keteladanan yang terbaik dari Bunda Maria. Santa Theresia dari Kalkuta berhasil
membuktikannya melalui doanya ini. Bagi Santa Theresia, hati Bunda Maria adalah
hati yang indah, hati yang begitu murni, hati yang tak bernoda, hati yang penuh
dengan cinta kasih dan kerendahan hati. Hati Maria seperti ini yang
memungkinkan dia begitu menyatu dengan Yesus Kristus Puteranya.
Kita memohon supaya Bunda Maria
juga memberi hatinya kepada kita. Hati Maria Tak Bernoda yang dahulu dikenal
dengan sebutan Hati Kudus Maria menjadi milik kita. Sebutan Hati Maria Tak Bernoda merupakan devosi
umat Katolik yang merujuk pada hati dalam tubuh Bunda Maria sendiri. Hati Bunda
Maria menggambarkan kehidupan pribadi Santa Perawan Suci Maria, kebahagiaan, kesedihan,
kebijaksanaan dan kesempurnaannya yang tersembunyi. Di atas semua kebajikan ini
ada cinta kasihnya yang murni kepada Allah Bapa. Ada cinta keibuannya kepada
putranya, Yesus Kristus. Ada cintanya yang mendalam kepada kita semua. Sebab
itu dengan memohon, berikanlah hatimu bunda Maria, berarti kita memohon agar
cinta Bunda Maria kepada Tuhan dan sesama juga menjadi milik kita. Kita mampu
mencintai dengan hati Bunda Maria yang suci dan tak bernoda.
Kata-kata yang tidak pernah
cukup
Santu Bernardus pernah berkata:
“De Maria nunquam satis” artinya, tentang Maria kata-kata kita tidak pernah cukup.
Perkataan Santu Bernardus ini memang benar adanya. Cobalah kita pikirkan,
berapa gelar yang diberikan manusia kepada Bunda Maria? Kalau kita mendoakan
Litani Santa Perawan Maria maka kita seakan merasa tidak cukup kata-kata indah
kita bagi Bunda Maria. Misalnya, Maria sebagai ‘Bunda’ dalam Litani Suci
seperti ini: Bunda Kristus, Bunda Gereja, Bunda rahmat ilahi, Bunda yang
tersuci, Bunda yang termurni, Bunda yang tetap perawan, Bunda yang tak bercela,
Bunda yang patut dicintai, Bunda yang patut dikagumi, Bunda penasihat yang
baik, Bunda Pencipta, Bunda Penebus. Kita masih merasa kurang dan mau menambah
kata lain setelah kata ‘Bunda’. Kita menemukan juga gelar Bunda Maria dalam doa
Litani ini sebagai cermin, takhta, pohon, bunga, benteng, rumah dan lain
sebagainya.
Realitas ini menunjukkan bahwa
Bunda Maria memang seorang wanita yang luar biasa. Tidak ada seorang pun di
dunia ini yang memiliki banyak gelar dan penghormatan seperti Maria. Tentu saja
semua ini bukan karena keinginan Maria, bukan karena kehebatannya, tetapi
semata-mata karena jasa Yesus Kristus Puteranya. Yesus menghendaki supaya
nama-Nya yang kudus dimuliakan melalui Bunda Maria. Semua ini adalah rencana
Allah bagi Maria bukan sekedar rencana dan keinginannya sendiri. Kalau hanya keinginan
manusiawi semata maka tentu tidak ada banyak gelar baginya. Saya teringat pada St.
Theresia dari Lisieux yang berkata: “Begitu sukacitanya saat mengingat bahwa
Maria adalah ibu kita! Sejak ia begitu mengasihi kita dan mengetahui kelemahan
kita, apalagi yang perlu kita takutkan?” Kita tidak perlu takut dengan
berbagai persoalan hidup kita sebab ada Maria sebagai Ibu dan penolong kita di
hadapan Tuhan.
Kata-kata kita tidak pernah cukup
ketika kita berdoa Rosario dan melakukan devosi kepada Bunda Maria. Banyak
persoalan hidup yang datang bergantian dalam hidup kita, dan ada satu sosok
yang mendampingi kita yaitu Maria. St. Maximilian Kolbe berkata: “Jangan
pernah takut untuk mengasihi Perawan Yang terberkati secara berlebihan. Anda
tidak pernah bisa mencintainya lebih dari yang Yesus lakukan”. Banyak kali
kita puas dengan kehidupan devosi kita kepada Bunda Maria, padahal masih belum
cukup. Tuhan Yesus jauh lebih mengasihi Bunda Maria bukan kita. Kita masih
berada dalam proses mengikuti teladan Yesus yang mengasihi ibunya, meskipun
Yesus adalah Tuhan dan Maria adalah manusia seperti kita. Sebab itu kalau
berdevosi, jangan pernah menghitung-hitung kehidupan devosionalmu kepada Bunda
Maria karena Yesus lebih mengasihinya.
Mari mencintainya
Hal yang paling indah dan
berkenan untuk kita berikan kepada Bunda Maria adalah cinta kasih kita
kepadanya. Kita menunjukkan diri kita sebagai putra dan putri Maria yang selalu
rindu untuk mengasihinya. St. Josemaria Escriva pernah berkata: “Cintai
Bunda kita. Dan ia akan memperoleh rahmat yang berlimpah-limpah untuk
membantumu untuk mengalahkan pergumulanmu sehari-hari”. Jangan takut untuk
mencintai Bunda Maria sebab dia adalah pendoa yang setia bagi kita. Kita selalu
lupa berdoa, tetapi dia tidak pernah melupakan kita dalam doa-doanya. Kita
semua selalu memohon: “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa
ini, sekarang dan waktu kami mati. Amen.”
Saya mengakhiri permenungan ini
dengan mengutip perkataan Santa Faustina Kowalska berikut ini: “Untuk
memberikan pujian yang layak pada Kerahiman Tuhan, kami mempersatukan diri kami
dengan Bunda-Mu yang Tak Bernoda, untuk kemudian mazmur kami akan lebih
berkenan kepada-Mu, karena dia telah dipilih dari antara manusia dan malaikat.
Melalui dia, seperti melalui kristal murni, Kerahiman-Mu diteruskan kepada
kami. Melalui dia, manusia menjadi berkenan kepada Allah; melalui dia, aliran
rahmat mengalir ke atas kami.” Bunda Maria, berikanlah hatimu kepadaku dan
jadikanlah hatiku seperti hatimu yang suci dan tak bernoda.
P. John Laba, SDB
No comments:
Post a Comment