Mzm. 130:1-2,3-4,5-6a,6-7,8
1Kor. 15:12-34
Yoh. 6:37-40
Menunggu saat
datang kepada Yesus
Ada dua pengalaman saya pada pagi
hari ini. Pengalaman pertama, ada seorang sahabat yang membagi kutipan kata
inspiratif tentang kematian. Ia menulis begini: “Hidup ini seperti sebuah buku.
Cover depan adalah tanggal lahir, cover belakang adalah tanggal kematian.
setiap lembar adalah hari-hari dalam hidup kita.” Saya hanya tersenyum dan
merasa senang dengan kalimat-kalimat sederhana dan bermakna ini. Kita lahir,
menjalani hidup dan pada akhirnya berjumpa dengan saudara maut. Ini adalah
sebuah perjalanan yang mirip dengan buku yang memiliki kover depan, ada
lembaran-lembaran kehidupan dan ditutup dengan tanggal kematian yang sudah
ditentukan Tuhan. Dengan demikian tugas kita adalah selalu siap untuk menyambut
kematian dengan bahagia.
Kedua, Seorang rekan imam
mengirim kutipan dari buku harian Santa Faustina Jilid I, nomor 520 tentang
pengalaman St. Faustina dikunjungi oleh jiwa. Secara singkat dikisahkan bahwa
ada jiwa yang datang kepadanya bukan untuk meminta doa melainkan mencelanya
sebagai orang yang sombong dan congkak. Faustina mengakui pengalaman sombong
dan congkaknya. Namun ia menerangkan proses perubahan radikal di dalam hidupnya
melalui penitensi sangatlah bermanfat untuk kekebebalannya dan mengandalkan
kebaikan Allah. Jiwa itu tetap mencela karena ternyata setan yang merasukinya.
Faustina menyadari situasi ini dan berkata: “Kemuliaan hanya pantas bagi Allah;
enyalah engkau setan!” Kedua pengalaman ini mengawali hari Sabtu yang istimewa
ini sebab hari Sabtu pertama sebagai hari untuk mendoakan para imam dan hari
ini bertepatan dengan peringatan arwah semua orang beriman.
Saya mengingat beberapa
pengalaman rohani St. Faustina tentang jiwa-jiwa yang dicatat dalam buku
hariannya. Ia berkisah begini: “Sebelum peringatan arwah semua orang beriman,
menjelang malam aku pergi ke makam. Meskipun pintu dikunci, aku berusaha
membukanya sedikit dan berkata: “Hai jiwa-jiwa kecil yang kukasihi, kalau kamu
membutuhkan sesuatu, dengan senang hati aku akan menolong kamu sejauh peraturan
mengizinkan aku.” Kemudian aku mendengar suara ini: “Lakukanlah kehendak Allah;
kami bahagia sebatas kami telah memenuhi kehendak Allah.” Pada petang hari,
jiwa-jiwa datang dan meminta kepadaku untuk mendoakan mereka, dan aku sungguh
berdoa banyak sekali bagi mereka… ” (Buku Harian I: 518-519). Hal terpenting
yang dilakukan santa Faustina pada hari peringatan arwah orang beriman adalah
dengan berdoa tanpa henti untuk keselamatan dan kebahagiaan abadi jiwa-jiwa.
Ini juga kiranya menjadi tugas kita pada hari istimewa ini.
Pengalaman Santa Faustina tentang
mendoakan orang beriman ini menginspirasikan kita untuk mengerti pewartaan
sabda dalam bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini. Penulis Kitab Kedua Makabe
sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama mengajak kita untuk memikirkan dan
mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia. Ini adalah sebuah keutamaan
sekaligus ungkapan iman kepada Tuhan Allah sebagai sumber kehidupan. Hal yang
dilakukan oleh Yudas setelah menguburkan jenazah yang sudah berguguran adalah
mencari dana dengan mengumpulkan uang di tengah-tengah pasukan. Ia berhasil
mendapatkan dana sebesar dua ribu dirham yang nantinya dikirim ke Yerusalem
sebagai kurban untuk menghapus dosa-dosa. Mengapa demikian? Sebab Yudas percaya
akan kebangkitan badan melalui doa-doa yang senantiasa dari umat beriman. Pada
akhirnya Yudas bersaksi: “Ada pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang
meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari
sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang
yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.” (2Mak 12:45).
Apabila kita mendoakan mereka
yang sudah meninggal dunia maka kita sebenarnya membantu diri kita untuk ikut
mengalami keselamatan abadi dari Tuhan Yesus Kristus. St. Paulus memberi
kesaksian bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang
sulung dari orang-orang yang sudah meninggal. Untuk membukan wawasan yang lebih
luas maka Paulus membandingkan peran Adam dalam dunia Perjanjian Lama dan Yesus
Kristus dalam dunia Perjanjian Baru. Maut dapat datang karena dosa Adam
sehingga menyebabkan kematian. Namun Yesus datang untuk memberi kehidupan baru
kepada mereka yang bersekutu dengan-Nya. Singkat kata, Yesus hadir untuk
menghancurkan dosa dan salah yang dilakukan oleh manusia yang berdosa.Yesus
nantinya menjadi raja di atas segala raja dan Tuhan atas segala sesuatu.
Bersekutu dengan Kristus merupakan jaminan keselamatan bagi kita semua. Sebab
itu doa bagi mereka yang sudah meninggal dunia sangatlah penting untuk
keselamatan jiwa-jiwa.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil
membuka wawasan kita supaya memahami makna kematian secara rohani. Kematian itu
sebuah kepastian. Hidup kita tidak beda dengan asap api yang membubung sampai
menembus langit. Ada kehidupan yang diawali dengan kelahiran, ada kematian yang
memisahkan ruang hidup kita. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa kematian
merupakan sebuah kenyataan. Semua orang akan mati. Sebuah pertanyaan: Apakah
kematian itu menakutkan? Haruslah diakui bahwa kematian itu memang menakutkan
semua orang. Kematian menakutkan karena orang sangat menghargai nilai hidup
pribadinya. Kematian menjadi salah satu tanda kehilangan di dalam diri kita.
Maka Tuhan Yesus membuka wawasan kita supaya percaya bahwa kematian adalah
sebuah pengalaman rohani ‘datang kepada Yesus’.
Berkaitan dengan kematian sebagai
pengalaman rohani datang kepada Yesus ini, Ia sendiri berkata: “Semua yang
diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk
melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus
Aku.” (Yoh 6:37-38). Ketika saudara kematian menjemput maka kita percaya bahwa
Bapa memberi kita kepada Putera-Nya, dan kita datang kepada-Nya. Kehendak Yesus
adalah menyelamatkan semua orang yang datang kepada-Nya. Kita belajar dari
Yesus yang taat kepada Bapa di Surga, dan siap untuk menerima semua orang apa
adanya.
Tuhan Yesus menunjukkan dua
kehendak dari Bapa di surga yang harus dipatuhi Yesus dan para pengikut-Nya.
Kehendak pertama, Supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan
ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman (Yoh 6:39).
Kehendak kedua, “Supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman.” (Yoh 6:40). Semua yang dilakukan Yesus di dunia, untuk menyelamatkan
manusia bukanlah usaha-Nya semata, melainkan usaha semua orang yang senantiasa
berjalan bersama-Nya. Mari kita mendoakan semua jiwa yang mendahului kita
semua. Moga-moga jiwa orang beriman beristirahat dalam ketentraman karena
kerahiman Tuhan. Amen.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment