Kekuasaan!
Coba lihat baik-baik kata kekuasaan. Kekuasaan merupakan kata benda dengan kata dasar kuasa. Kata ini merujuk pada kemampuan atau kesanggupan yang ada di dalam diri setiap orang untuk menata, mengurus dan lain sebagainya. Banyak kali kita memahaminya sebagai kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, karisma, atau kekuatan fisik. Perhatikan baik-baik kata kekuasaan ini. Ternyata banyak orang mencarinya, bahkan tergila-gila mencarinya sehingga orang itu dilabel ‘gila kuasa’. Orang itu dapat menggunakan berbagai cara untuk mencapai kekuasaan, cara yang halal dan manusiawi. Ada orang yang menggunakan cara yang tidak manusiawi dengan menindas dan mengancam, dengan melakukan pembohongan public di mana-mana, dengan terang-terangan melakukan hoax. Maka benar sekali Abraham Lincoln, ketika suatu saat ia mengatakan: “Hampir semua orang dapat menanggung kemalangan, tapi jika anda ingin menguji watak manusia, coba beri dia kekuasaan.” Akan terbukti siapakah orang itu ketika diberi tugas dna tanggung jawab atau ‘kekuasaan’ kepadanya.
Pada saat ini kata kekuasaan sangat bernilai. Kalau seseorang memiliki kekuasaan maka ia merasa ada pengakuan orang lain bagi dirinya. Entahlah ia dapat melakukan kekuasaan itu untuk sebuah bonum commune atau untuk dirinya sendiri. Hal ini dapat terlihat dari berbagai keputusan sebagai wujud nyata dari kekuasaannya itu. Kalau keputusannya diterima semua orang maka dia berada di zona nyaman. Tetapi kalau keputusannya bertentangan makan ‘kedudukannya’ mulai diobok-obok. Muncullah ‘crab mentality’ di mana orang lain berusaha menurunkannya dan akan mengantinya, meskipun belum tentu akan menjadi lebih baik. Tetapi… itulah kekuasaan!
Kekuasaan itu bukan hanya urusan antar menusia. Manusia juga menggugat kuasa Tuhan, misalnya dengan pertanyaan: Kalau Allah itu Mahabaik, mengapa ada kejahatan di dunia ini? Mengapa orang baik meninggal lebih dahulu dibandingkan dengan orang-orang jahat? Mengapa saya yang mengalami penderitaan dan kemalangan bukan dia itu? Orang menjadi mambuk dengan pertanyaannya sendiri karena ia juga mau menguasai Tuhan. Aneh tapi nyata! Menara di kota Babel adalah bukti nyata manusia mau menyobongkan kekuasaanya di hadapan Tuhan, meski di mata Tuhan tidak ada artinya apa-apa. Saya mengingat C. S. Lewis pernah berkata: “Seseorang tidak akan mampu lagi menghilangkan kekuasaan Tuhan dengan menolak untuk menyembahNya, kecuali orang gila yang menghilangkan matahari dengan menyusun kata; kegelapan; di dinding selnya.” Siapa tahu di antara anda, saya, kita sudah gila sehingga mau menghilangkan matahari dalam tatatan kata ‘kegelapan’ saja.
Pada hari ini kita semua akan menunjukkan kekuasaan kita di hadapan sesama kita. Mari kita ingat bahwa masih ada Tuhan yang lebih berkuasa dari kita. Di atas langit masih ada langit! Berkuasalah sebagai manusia yang berakal budi dan berhati nurani!
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment