Sebenarnya kita itu lemah!
Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Yesus
dalam Injil yang begitu menarik. Setelah Tuhan Yesus menggandakan Roti dan
Ikan, Ia kembali kepada Bapa dalam doa dan ucapan syukur. Ia membiarkan para
murid untuk mendahuluinya ke Betzaida dengan perahu. Tentu saja para murid
merasa senang karena mereka sendirian, tidak bersama Yesus. Hanya saja mereka
tidak sadar bahwa mereka lemah, tidak berdaya di hadirat Tuhan.
Para murid berjalan sendirian. Angin sakal
mengganggu mereka dalam suasana gelap dan tentu sangat menakutkan. Tadinya
mungkin mereka senang karena bisa sendirian tanpa Yesus, kini mereka ketakutan
dan meminta tolong pada Yesus. Yesus sudah tahu bahwa tanpa kehadiran-Nya para
murid akan mengalami banyak kesulitan. Dalam suasana gelap, Ia berjalan di atas
air dan menambah lagi satu ketakutan. Para murid lupa, tidak mengenal dan lebih
sinis lagi mereka berpikir bahwa mereka sedang melihat hantu padahal Yesus ada
di hadapan mereka. Yesus tidak tersinggung karena dianggap hantu, Ia malah menghardik
angin, meredahkan air danau dan membuat hati para murid teduh dan tenang, meskipun
nanti Markus memberi kesan dengan mengatakan bahwa hati mereka tetap degil.
Kisah Injil ini adalah kisah hidup kita sebagai
Gereja. Mengapa demikian?
Pertama, Pikirkanlah bahwa banyak kali kita
senang berjalan sendiri, mengandalkan diri sendiri tanpa mengandalkan kuat dan
kuasa Tuhan. Hasilnya adalah ketakutan dan ketidak berhasilan. Yesus
mengatakan: 'Sine me nihil potestis facere! Without me you can do nothing!' Terlepas
dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yoh 15:5). Perkataan Yesus ini
benar dan sudah dibuktikan oleh pengalaman para murid. Ketika mereka sendirian,
perahu mereka oleng karena angin sakal, dan yang terjadi hanya ketakutan saja.
Kedua, Pikirkanlah saat ini, dimana Gereja
mengalami kesulitan dari dalam dan luar Gereja. Masalah korupsi di dalam
Gereja, masalah pedofilia yang menghantam para gembala di dalam Gereja. Memang
memalukan. Namun ini adalah angin sakal zaman now dan Gereja benar-benar
membutuhkan Yesus. Tanpa Yesus Gereja tidak dapat berjalan sampai tuntas.
Ketiga, Pikirkanlah para gembala dan
pelayanannya. Ketika para gembala berjalan sendirian maka pelayanannya selalu
tidak maksimal. Paus Fransiskus berharap supaya para gembala itu berbau domba.
Artinya mereka harus tinggal dan mengalami kehidupan para dombanya bukan
bersenang di istana yang Namanya pastoran.
Keempat, Pikirkanlah para umat yang pergi ke
gereja tanpa motivasi yang jelas. Mereka hanya datang untuk ikut misa. Tetapi
dari awal sampai akhir mereka hanya main handphone, bercakap-cakap dan bergosip
di dalam Gereja. Ini benar-benar sebuah angin sakal di dalam Gereja kita.
Maka marilah kita berubah menjadi lebih baik
lagi. Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk berubah maka berubalah,
karena kita memang manusia yang lemah. Kita harus beranu mengakui bahwa kita
lemah bukan kuat. Kita kuat karena Tuhan menguatkan kita. Dialah andalah kita.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment