Hari Jumat, Pekan III Paskah
St. Yusuf Pekerja
Kis. 9:1-20
Mzm. 117:1,2
Yoh. 6:52-59
Ekaristi yang menghidupkan
Pada hari pertama bulan Mei ini
ada beberapa peristiwa penting yang patut kita renungkan bersama. Pertama, kita
mengenang santu Yusuf Pekerja. Sosok santu Yusuf memang sangat inspiratif. Kita
semua mengenalnya sebagai suami Bunda Maria dan Bapa pengasuh Yesus Kristus.
Profesinya adalah sebagai seorang tukan kayu. Ada sifat-sifat khusus yang
dikenakan kepada St. Yusuf, misalnya, pertama, Yusuf adalah seorang pria yang tulus
hati (just man), Kedua, Yusuf adalah seorang hamba yang setia (loyal servant).
Ketiga, Yusuf adalah seorang hamba yang bijaksana (wise). Gambaran diri Yusuf
ini dapat kita temukan di dalam Injil. St. Matius dalam Injil karangannya
mengatakan: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya di muka umum...” (Mat 1:19). Ketiga sifat khas yang disebutkan
di sini menjadi nyata dalam dirinya sebagai seorang pekerja tulen. Yusuf
sebagai tukang kayu membentuk Yesus sebagai tukang kayu. Kita ingat sebuah pertanyaan
dalam Injil: “Bukankah Ia ini anak tukang kayu?” (Mat 13:55). St. Yusuf menjadi
pelindung bagi para pekerja di seluruh dunia.
Kedua, kita mengenal bulan Mei
sebagai bulan yang dikhususkan untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Setiap
pribadi, keluarga, kelompok tertentu mulai mengorganisir devosi mereka kepada
Bunda Maria secara online, misalnya berdoa rosario, misa kudus, pengajaran
tentang Bunda Maria. Keluarga Salesian Don Bosco mengenang Bulan Mei sebagai
bulan yang didedikasikan kepada Bunda Maria Penolong Umat Kristiani sesuai
ajaran santu Yohanes Bosco. Setiap hari seorang Salesian mempersembahkan
sekuntum bunga bagi Bunda Maria, berupa niat baik, intensi, karya amal kasih
dan lainnya. Ketiga, hari ini adalah hari Jumat Pertama. Kita mengenang Yesus
yang tubuh-Nya ditombaki di atas kayu salib, dan mengalirlah darah dan air
sebagai simbol sakramen-sakramen yang menyelamatkan di dalam Gereja. Banyak
saudari dan saudara yang memiliki kerinduan untuk misa Jumper tetapi tidak
dapat melakukannya karena covid-19. Namun demikian kasih Kristus tidak akan pudar.
Ia tetap hadir dalam Ekaristi yang memberi hidup dan menghidupkan. Ia hadir
tersamar namun nyata ketika mengubah hidup kita.
Bacaan-bacaan Kitab Suci yang
kita dengar hari ini sangat menguatkan kita semua. Di bacaan Injil, Tuhan Yesus
melanjutkan pengajaran-Nya di dalam rumah ibadat di Kapernaum. Pengajaran-Nya perlahan-lahan
mendalam dan menakutkan orang-orang pada saat itu. Sebelumnya Yesus mengatakan
bahwa roti yang Kuberikan itu adalah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup
dunia (Yoh 6:51). Perkataan Yesus ini benar-benar membuat pertengkaran di
antara para pendengar yang mengikuti-Nya. Pertengkaran terjadi karena pemahaman
mereka terhadap perkataan Yesus ini memang sangat terbatas. Ia berkata: "Bagaimana
Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." (Yoh 6:52).
Saya mengatakan bahwa ini adalah pemahaman harafiah dan sangat manusiwi. Tidak
ada kanibalisme dan ini bukan ajaran Yesus saat itu. Hanya saja pemahaman yang
harafiah ini meimbulkan pertengkaran di antara mereka.
Reaksi Yesus terungkap dalam
pengajaran ini: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak
makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di
dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai
hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab
daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa
makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa,
demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti
yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan
mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya." (Yoh 6: 53-58).
Hal-hal penting yang terungkap
dalam perkataan Yesus dan sungguh mengubah hidup kita dan membuat kita hidup
olehnya adalah: Pertama, Ekaristi memiliki daya menghidupkan. Caranya adalah
dengan memakan daging Anak Manusia dan meminum darah-Nya. Kedua, Ekaristi
membawa kita kepada kehidupan kekal. Hidup kekal adalah anugerah yang diberikan
Yesus karena kita menyambut tubuh dan darah-Nya. Caranya adalah memakan Tubuh
dan meminum darah-Nya. Ketiga, Ekaristi itu sungguh nyata sebagai sebuah
perjamuan. Tubuh dan Darah Kristus benar-benar makanan dan benar-benar minuman.
Maka kalau kita menyantapnya akan mengantar kita kepada kehidupan kekal. Keempat,
kita menjadi rasul-rasul Ekaristi. Yesus sebagai Roti hidup adalah utusan Bapa.
Dia juga mengutus kita untuk menghidupkan Ekaristi di dalam Gereja.
Apakah Ekaristi sungguh-sungguh
mengubah hidup kita? Kita harus berani mengatakan bahwa Ekaristi memiliki kuasa
yang besar untuk mengubah hidup kita. Dari Sabda kita memahami kasih Tuhan yang
berbicara tanpa henti untuk meneguhkan dan menyempurnakan kita. Dari Ekaristi
kita memahami kasih yang tiada batas, kasih yang agung dari Allah yang menjelma
menjadi manusia dan mengubah hidup kita untuk menjadi anak-anak Allah. Sabda
dan Ekaristi menghidupkan kita di hadapan Allah Tritunggal Mahakudus.
Apa yang harus kita lakukan untuk
mengalami kuasa Ekaristi yang menghidupkan?
Satu jawaban yang pasti adalah
kita harus bertobat. Kita semua memiliki sisi-sisi yang gelap di dalam hidup
ini. Noda dan dosa selalu kita alami dan menandakan bahwa kita adalah orang
berdosa. St.Paulus adalah inspirator kita. Ia kejam, melawan hak-hak asasi
manusia, khususnya hak-hak minoritas saat itu tetapi Tuhan mengubahnya dengan cahaya
kebangkitan. Saulus bertobat menjadi Paulus. Kita merayakan Ekaristi dan Ekaristi
harusnya mengubah hidup lama, penuh kegelapan menjadi hidup baru yang penuh
dengan terang surgawi. Mari kita berusaha untuk bertobat, mulai dari hal-hal
yang kecil. St. Paulus adalah sosok yang dapat mengubah hidup kita untuk hidup
hanya bagi Kristus. Mari kita renungkan perkataan Paulus ini: “Aku sudah
disalibkan dengan Kristus. Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang
hidup dalam aku. Hidup yang sekarang ini kuhidupi dalam daging adalah hidup
oleh iman dalam Anak Allah, yang mengasihi aku dan telah memberikan diri-Nya
untuk aku”. (Gal 2:20).
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment