Hari Minggu Komunikasi Sedunia
Kis. 1:12-14
Mzm. 27:1,4,7-8a
1Ptr. 4:13-16
Yoh. 17:1-11a
Memuliakan Kristus
dalam berkomunikasi
Pada hari ini kita
memasuki hari Minggu paskah ke-VII, bertepatan dengan Hari Minggu Komunikasi sedunia
ke-54. Bapa Suci Paus Fransiskus menulis pesannya bagi Gereja dengan tema ‘Hidup
menjadi cerita. Menjahit kembali yang terputus dan terbelah”. Bapa Suci
mengawali pesannya dengan kalimat- kalimat yang sangat inspiratif: “Saya ingin
mengkhususkan pesan tahun ini pada tema “Cerita”. Karena saya yakin, kita perlu
menghirup kebenaran dari cerita-cerita yang baik supaya tidak tersesat. Itulah
cerita yang membangun, bukan menghancurkan; cerita yang membantu menemukan
kembali akar dan kekuatan untuk bergerak maju bersama.” Bapa suci sangat peka
dengan suasana dunia saat ini, di tengah covid-19 dengan berbagai dampak yang
membebani umat manusia. Dampak bagi kelanjutan hidup, ekonomi, sosial, politik
dan budaya. Perilaku manusia berubah di tengah pandemi ini. Namun demikian narasi
atau cerita-cerita hoax masih menguasai dunia ini. Ujaran kebencian yang datang
sili berganti. Dari situ Bapa Suci mengatakan bahwa dalam suasana chaos ini,
butuh narasi atau cerita tentang hidup kita, misalnya tentang diri sendiri dan
segala keindahannya di sekitar. Dengan demikian orang dapat memandang dunia
dengan mata yang baru, dengan hati yang baru pula. Cerita yang merangkai sebuah relasi di antara
kita satu sama lain.
Ada lima pokok
pikiran yang disampaikan Bapa Suci dalam pesannya ini. Pertama, menenun cerita,
di mana ciri khas manusia adalah kemampuannya untuk bercerita. Cerita
mengorientasikan manusia untuk memandang dunia secara lebih baik dan positif.
Kedua, tidak semua cerita itu baik. Bapa Suci mengatakan: “Ada banyak cerita
yang membius dan meyakinkan bahwa untuk berbahagia kita harus terus menerus
mendapatkan, memiliki dan mengonsumsi. Bahkan mungkin tanpa disadari kita rakus
membicarakan hal buruk dan bergosip serta mengonsumsi banyak kisah kekerasan
dan dusta.” Ketiga, cerita dari segala cerita. Cerita-cerita itu dapat
menunjukkan sosok-sosok yang heroik, memberi motivasi tertentu untuk mengatasi
berbagai tantangan hidup. Kitab Suci adalah kisah cinta yang luar biasa antara
Allah dan manusia. Di dalam Kitab Suci, cinta kasih Allah bagi manusia tertera.
Keempat, Sebuah cerita yang dibarui. Cerita tentang Kristus bukanlah warisan
masa lalu; melainkan cerita kita sendiri yang selalu aktual. Cerita ini
menunjukkan Allah memberi perhatian mendalam kepada manusia, kedagingan dan
sejarah kita, sampai Ia sendiri menjadi manusia, menjadi daging dan menjadi
sejarah. Kelima, Sebuah cerita yang membarui kita. Cerita kita menjadi bagian
dari setiap cerita agung.
Bacaan-bacaan
Kitab Suci pada hari Minggu Paskah ke-VII ini mengantar kita untuk memuliakan Tuhan Yesus
Kristus melalui komunikasi yang baik dengan merangkai, menjahit menenun dan menyulam
cerita tentang hidup kita di hadapan Tuhan dan sesama. Dari Kitab Suci kita
mengerti bahwa cerita yang diceritakan dari generasi ke generasi, bagaimana
Allah terus membuat diriNya hadir. Ia sungguh hidup dan hidupNya diceritakan
sepanjang sejarah dan Yesus, Sang Allah hidup juga berbicara tentang Allah
lewat cerita hidup sehari-hari, sehingga sungguh hidup menjadi cerita yang
harus terus diceritakan.
Dalam bacaan
pertama St. Lukas mengisahkan tentang suasana komunitas para rasul setelah
Tuhan Yesus naik ke surga. Para rasul tetap bersatu, tinggal dalam sebuah
rumah yang sama. Mereka adalah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus
dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot
dan Yudas bin Yakobus. Mereka yang bersama dengan para rasul adalah Bunda Maria
dan para saudara Yesus. Mereka berkumpul bersama, dengan sehati mereka bertekun
dalam doa. Di sini kita melihat semangat para rasul bersama Bunda Maria dan
para saudara Yesus merangkai sebuah komunikasi bersama Yesus dalam doa dengan
semangat ketekunan. Ini juga menjadi sebuah cerita yang sudah berlangsung turun
temurun dan menginspirasi Gereja untuk tekun dalam doa dan bersekutu sebagai
saudara seiman.
Dalam bacaan
Injil Tuhan Yesus menyampaikan amanat perpisahan-Nya kepada para murid-Nya. Ia
sedang merangkai cerita tentang hidup-Nya kepada para murid pada malam
perjamuan terakhir. Rangkaian cerita tentang hidup Yesus dengan Bapa di Surga
dan Roh Kudus. Yesus sudah menyatakan perpisahan-Nya dengan para murid-Nya. Mereka
merasa kehilangan dan bersedih. Sekarang Ia menengadah ke langit dan memohon
supaya Bapa mempermuliakan Dia sebagai Anak sama seperti Yesus sebagai Anak
mempermuliakan Dia sebagai Bapa. Bapa memberi kuasa kepada Anak dan Anak
memberi hidup kekal kepada semua yang sudah diberikan Bapa kepada-Nya. Hidup
kekal adalah bahwa semua orang mengenal Bapa sebagai satu-satunya Allah yang
benar dan mengenal Yesus Kristus sebagai utusan-Nya. Yesus sendiri mempermuliakan
Bapa melalui pekerjaan-pekerjaan-Nya dan kini Ia memohon supaya Bapa
mempermuliakan Dia sebagai Anak-Nya Yang Tunggal.
Hal lain yang
dikemukakan Yesus adalah bahwa Ia telah menyatakan nama Allah kepada kita dan
kita juga menyapa-Nya sebagai Bapa. Kita menjadi milik-Nya dan milik Kristus
sang Putera. Dalam Injil Yohanes, Yesus beberapa kali mengatakan bahwa kita
semua adalah milik Bapa dan diberikan kepada-Nya sebagai Putera untuk menebus
dan menyelamatkan mereka. Di sini kita mendapat pencerahan berupa rangkaian cerita
dalam hidup Allah Tritunggal Mahakudus. Rangkaian hidup ini diceritakan secara
turun temurun sebagai bagian dari iman kita. Terutama bahwa kita mengenal Allah
sebagai Bapa yang patut dipermuliakan di dalam hidup dan bahwa kita adalah
milik Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus. Ini merupakan bagian dari iman dan kita
bangga mengakuinya.
Apa yang harus
kita lakukan untuk memuliakan Kristus dalam komunikasi kita?
Santu Petrus
dalam bacaan kedua mengajak kita untuk bersukacita sesuai dengan bagian yang
kita terima dalam penderitaan Kristus. Sukacita yang sama akan tetap menjadi
milik kita hingga Tuhan Yesus datang dalam kemuliaan-Nya. Selain bersukacita,
Petrus juga mengundang kita untuk berbahagia dikala kita dinista karena nama
Yesus Kristus. Penistaan terjadi karena Roh kemuliaan atau Roh Allah diam di
dalam kita. Hal yang terakhir adalah kita berusaha untuk membaharui diri supaya
jangan berbuat jahat karena membunuh, mencuri dan membuat kekacauan. Kita dapat
menderita sebagai orang Kristen karena memuliakan Allah di dalam Kristus.
Hidup tetaplah
menjadi sebuah cerita, narasi yang hidup. Kita perlu hidup dalam cerita yang sifatnya
membangun dan mengabdi kepada kemanusiaan. Gosip, kebohongan public, hoax,
ujaran kebencian sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sangat
tidak kristiani kalau kita mengakui sebagai pengikut Kristus tetapi merangkai,
menenun menjahit dan menyulam kejahatan. Kita harus punya cerita yakni merangkai,
menenun, menjahit dan menyulam kebaikan di tengah covid-19 yang mengancam hidup kita.
Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip doa penyerahan Bapa Suci Paus Fransiskus kepada Bunda Maria dalam pesannya pada Hari Komunikasi sedunia ini: “O Maria, perempuan dan Bunda, engkau telah menenun Sabda ilahi di dalam rahim-Mu, engkau telah menceritakan karya Allah yang luar biasa di sepanjang hidupmu. Dengarkanlah cerita-cerita kami, simpanlah dalam hatimu dan jadikanlah milikmu sendiri, juga cerita-cerita yang tidak seorang pun mau mendengarkannya. Ajarilah kami untuk mengenal kembali benang-benang baik yang memandu jalan cerita. Lihatlah kumpulan simpul-simpul kusut dalam hidup kami yang melumpuhkan ingatan kami. Dengan tanganmu yang halus, setiap benang kusut dapat dilepaskan. O Wanita yang penuh Roh, Ibu yang penuh kepercayaan, berikanlah juga kami inspirasi. Bantulah kami untuk membangun cerita-cerita perdamaian, cerita-cerita yang mengarah menuju masa depan. Dan tunjukkanlah kepada kami jalan untuk menghidupinya bersama. Amen.”
Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip doa penyerahan Bapa Suci Paus Fransiskus kepada Bunda Maria dalam pesannya pada Hari Komunikasi sedunia ini: “O Maria, perempuan dan Bunda, engkau telah menenun Sabda ilahi di dalam rahim-Mu, engkau telah menceritakan karya Allah yang luar biasa di sepanjang hidupmu. Dengarkanlah cerita-cerita kami, simpanlah dalam hatimu dan jadikanlah milikmu sendiri, juga cerita-cerita yang tidak seorang pun mau mendengarkannya. Ajarilah kami untuk mengenal kembali benang-benang baik yang memandu jalan cerita. Lihatlah kumpulan simpul-simpul kusut dalam hidup kami yang melumpuhkan ingatan kami. Dengan tanganmu yang halus, setiap benang kusut dapat dilepaskan. O Wanita yang penuh Roh, Ibu yang penuh kepercayaan, berikanlah juga kami inspirasi. Bantulah kami untuk membangun cerita-cerita perdamaian, cerita-cerita yang mengarah menuju masa depan. Dan tunjukkanlah kepada kami jalan untuk menghidupinya bersama. Amen.”
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment