Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-X
PW. St. Antonius dari Padua
1Raj. 19:19-21
Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10
Mat. 5:33-37
Panggilan dan pengorbanan hidup
Pada hari ini kita mengenang St. Antonius dari Padua. Beliau adalah seorang pengkotbah ulung. Saya mengingat sebuah perkataannya yang sangat inspiratif bagi kita semua untuk mencintai Kitab Suci, bunyinya begini: “Kemauan untuk mendengarkan sabda Allah adalah sebuah tanda garis kehidupan. Sama seperti seorang perantau, yang menunjukkan cinta pada tanah airnya dengan merindukan serta gembira mendengar kabar negerinya, demikian pula seorang Kristen, yang dengan penuh perhatian mendengarkan Dia yang berbicara mengenai tanah air surgawi, dapat mengatakan bahwa hatinya terarah ke surga.” Saya merasa yakin bahwa kita semua sedang mengalami apa yang St. Antonius dari Padua katakana kepada kita. Kita mewujudkan panggilan hidup kita dengan membaca, mendengar dan melakukan Sabda sepanjang hidup sebagai tanda kerinduan akan negeri yang sedang kita tujui bersama.
Kita membaca dan merenungkan bersama Sabda Tuhan, khususnya di bacaan pertama tentang panggilan nabi Elisa. Kitab pertama Raja-Raja mengisahkan bahwa nabi Elia menemui Elisa sesuai pesan Tuhan kepada Elia bahwa Elisa akan menggantikannya sebagai nabi di Israel. Ini adalah sebuah pertemuan sederhana, indah dan mengagetkan. Tetapi rencana dan kehendak Tuhan selalu indah pada waktunya. Elia menemui Elisa putra Safat di tempat kerjanya. Ia bekerja sebagai seorang petani yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, dan dia sendiri yang mengendalikannya. Elia mengikuti pesan Tuhan makai a lewat dan tanpa basa basi, melemparkan jubah kepadanya. Sesuai dengan kultur saat itu, Elisa mengerti bahwa Tuhan punya rencana bagi dia.
Reaksi dari Elisa adalah mengejar nabi Elia dang mengatakan isi hatinya: "Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau." (1Raj 19:20). Elia mendengarnya dan mengatakan: "Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu." (1Raj 19:20). Elisa benar-benar mengerti rencana Tuhan dalam diri nabi Elia. Ia mengerti panggilan kenabian yang Tuhan berikan melalui nabi Yesaya. Ini adalah sebuah anugerah yang mulanya tidak dipahami Elisa namun akhirnya dipahami dan disyukuri olehnya. Ia membutuhkan campur tangan Tuhan supaya mendapat restu dari orang tuanya untuk tugas kenabian ini.
Setiap panggilan hidup itu membutuhkan pengorbanan diri yang besar. Orang harus berani untuk meninggalkan segalanya, terutama harta yang mengikat hati supaya lebih bebas melayani Tuhan. Selagi masih ada harta maka orang tetap kesulitan melayani, atau bisa melayani tetapi hanya setengah hati. Elisa menunjukkan keseriusan dalam menjawabi panggilan Tuhan. Ia memberi dirinya total dengan meninggalkan segalanya supaya melayani lebih baik. Inilah kesaksian hidup Elisa: “Elisa mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.” (1Raj 19:21). Ia membantu nabi Elia sebagai sosok yang bebas dan setia dalam melayani.
Sikap Elisa ini sangat teguh. Boleh dikatakan ia berpegang teguh pada sumpahnya kepada Tuhan melalui nabi Elias. Kesetiaan Elisa kepada Tuhan memalui nabi Elia ditunjukkan dalam sikap yang juga digambarkan Yesus dengan jelas dalam Injil hari ini: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat 5:37). Elisa merasa yakin bahwa mantel Elia adalah tanda panggilan kudus maka ia bersedia untuk memberi diri sebagai abdi Tuhan bersama nabi Elia. Keindahan panggilan terletak pada ketulusan hati dan kesetiaan.
Pengalaman nabi Elisa adalah pengalaman kita masing-masing. Dari namanya Elisa (bahasa Ibrani: אֱלִישַׁע, (Elišaʿ) berarti "Allah (Elohim)-ku adalah keselamatan". Arti namanya ini mencerminkan hidup pribadi dan pelayanannya sejak menerima tawaran pelayanan berupa lemparan jubahnya nabi Elia kepadanya. Dia mau terlibat dalam menyelamatkan orang-orang yang lain. Kita pun dapat menjadi Elisa zaman now dengan berusaha untuk menyelamatkan diri dan sesama kita. Di masa covid-19 ini kita berusaha untuk menjadi Elisa bagi orang-orang lain, meski dengan penuh pengurbanan diri.
Panggilan Tuhan itu indah dan unik. Ia memanggil sesuai kehendak-Nya di tempat kita berada dan pada waktu yang tepat. Elisa dipanggil di kebun bukan di dalam Sinagoga. Para imam, biarawan dan biarawati dipanggil dalam hidupnya yang nyata, dan saya yakin mereka dipanggil bukan saat sedang berdoa rosario atau sedang adorasi Sakramen Mahakudus. Panggilan selalu muncul dalam pengalaman-pengalaman yang sederhana dan akan menjadi besar dan unik.
Saya sendiri mengalaminya panggilan yang serupa. Mama saya selalu bercerita bahwa ketika Pater Anderas Mua, SVD (alm) masih frater, ia selalu mengunjungi setiap keluarga dekat. Ketika tiba di rumah ia melihat saya yang masih anak kecil, mengangkat saya tinggi-tinggi, dan sambal membalikan kepala saya ke tanah ia mengatakan ‘dia ini nanti mengikuti jalanku’. Ini sebuah ramalan kenabian dan terjadilah sesuai kehendak Tuhan. Pada hari ini, 13 Juni saya merayakan 29 tahun hidup membiara/berkaul di dalam Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB). Sejak tahun 1989 saya menwujudkan panggilan saya di Kongregasi dengan bergabung di dalam Komunitas SDB. Saya juga merasakan yang namanya pengurbanan diri, rela meninggalkan segala-galanya untuk melayani Tuhan. Dan saya merasa bahagia sampai saat ini untuk terus mengabdi Tuhan.
Saya mengakhiri Homili ini dengan mengutip kembali perkataan St. Antonius Padua: “Jangan berpaling ke kanan atau ke kiri, tetapi berjalanlah lurus ke depan sepanjang ‘jalan emas’. Hendaknya perhatianmu tetap kauarahkan pada Yerusalem surgawi, ke arah yang kautuju. Peganglah agar harapan ini tetap hidup di dalam hatimu dan engkau akan selalu menjadi sahabat Allah.” Pesan ini sangatlah inspiratif bagi saya dalam menapaki perjalanan rohani di dalam Kongregasi Salesian hingga saat ini.
PJ-SDB
Saya salah satu pencinta novena besar St Antonius dari Padua ... kangen ke gereja para fransiskan, makasih mo John buat tulisannya yang membuat tambah semangat lagi ... Tuhan Yesus memberkati kita semua ��
ReplyDelete