Butuh transformasi
diri
Tuhan Yesus memang hebat. Dia
mengajarkan kita banyak hal. Dalam bidang kedokteran dan kesehatan, Ia menjamah
dan menyembuhkan banyak orang sakit. Dalam bidang pertanian, Ia memberikan perumpamaan-perumpamaan
yang berkaitan dalam bidang pertanian. Dalam bidang perikanan, dengan hanya
bersabda maka para murid mendapat banyak ikan. Dalam bidang meteorologi dan
geofisika, Ia membicarakan tentang angin dan perubahan musim. Dalam bidang psikologi,
Ia mengajarkan bagaimana memberi koreksi yang baik sehingga relasi antar
pribadi tetap baik. Dalam bidang teknik sipil, Ia membicarakan tentang
bagaimana membangun rumah yang kokoh yakni dengan menggali fundasi yang dalam
dan meletakkan batu sebagai dasar fundasi bukan pasir atau tanah kosong dan
masih banyak lagi. Silakan rajin membaca Injil dalam Bulan Kitab Suci Nasional
ini dan akan menemukan banyak hal tentang pengajaran Yesus sebagai bentuk
pembinaan bagi manusia. Pokoknya, Yesus mengajarkan semua bidang kehidupan
manusia supaya manusia benar-benar menjadi manusia di hadapan Tuhan dan
sesamanya.
Pada hari ini Tuhan Yesus
memberikan wejangan kepada para murid untuk memiliki hikmat yakni melakukan
setiap perkataan Yesus. Tidak cukup kita hanya menyebut nama Tuhan yang Kudus,
padahal semua perkataan-Nya tidak kita lakukan di dalam hidup ini. Orang yang
mendengar Sabda dan melakukan-Nya sama dengan orang berhikmat di mana ia
membangun rumahnya dengan menggali lubang yang dalam dan meletakkan batu keras
sebagai alas fundasi rumahnya. Orang yang tidak berhikmat tidak mendengar dan
melakukan sabda Tuhan. Dia sama dengan orang yang mendirikan rumah dengan
alasnya adalah pasir. Rumah seperti ini mudah roboh dan rusak.
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional
ini, apa yang sudah kita lakukan? Mungkin ada orang membela diri dengan
mengatakan sekarang masih pandemi sehingga tidak perlu berkumpul. Itu benar.
Tetapi ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk menjadikan Sabda sebagai
dasar hidup kita. Misalnya, kita rajin membaca Kitab Suci, kira rajin mendengar
Sabda dan yang terpenting adalah kita merenungkan dan melakukannya di dalam
hidup kita. St. Yakobus mengatakan: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku
firman dan bukan pendengar saja.” (Yak 1:22).
Ada juga orang yang mudah dan
cepat puas ketika memanggil nama Tuhan, ketika berkumpul dalam persekutuan
doanya, menutup mata, mengangkat tangan, berteriak dan memanggil nama Tuhan.
Itu memang tidak dosa tetapi akan menjadi sebuah hikmat ketika benar-benar ada
transformasi yang radikal dalam diri pribadinya. Ada orang yang senang dengan
hal-hal seperti ini tetapi tidak sinkron dengan kehidupan pribadinya. Lebih
tepat dikatakan sebagai ‘topeng-topeng rohani’ dalam hidupnya. Orang itu masuk
dalam persekutuan doa, melakukan hal-hal bagus seperti ini, namun sisi gelapnya
juga muncul dalam motivasinya yang salah: meminjam duit, berselingkuh,
kekerasan verbal dan lain-lain di dalam persekutuan doanya. Orang dalam
persekutuan doa kog begitu. Ada juga orang yang memiliki alasan ‘demi
pelayanan’ tetapi apakah dia memiliki hikmat sehingga pelayanannya itu semakin
mendekatkan dirinya dengan Tuhan? Apakah keluarganya semakin baik? Apakah
relasi antar pribadinya benar-benar mencerminkan kedekatannya dengan Tuhan?
Perkataan Tuhan Yesus ini benar: “Mengapa kalian berseru kepada-ku, ‘Tuhan,
Tuhan! Padahal kalian tidak melakukan apa yang Kukatakan?” Hanya ada
kemunafikan di atas kemunafikan.
Mari membangun diri kita di atas
Sabda Tuhan. Kita berusaha membaca, mendengar, merenungkan dan menjadi pelaku
firman yang handal bagi Gereja, mulai dari diri kita sendiri. Dengan membaca,
mendengar, merenungkan dan menjadi pelaku Firman yang handal maka kita akan
mengenal dan mencintai Yesus sang Sabda lebih dalam lagi. Kapan? Saat ini juga!
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment