Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXII
PW. St. Gregorius Agung
1Kor. 3:18-23
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6
Luk. 5:1-11
Mengenal Yesus
lebih dalam lagi
Pada hari ini kita mengenang St.
Gregorius Agung. Dari banyak hal yang dilakukan dan diajarkannya, saya mengingat
satu perkataannya yang sangat inspiratif. Ia berkata: “Belas kasih Tuhan
melakukan keajaiban, sebab ketika Tomas menyentuh tubuh Gurunya yang terluka,
Ia menyembuhkan luka kita, orang yang tidak percaya.” Kita percaya bahwa Tuhan
Yesus memperkenalkan Allah kita sebagai Bapa yang Maharahim. Ia senantiasa
menunujukkan belaskasih-Nya kepada kita semua, tanpa memandang diri pribadi
kita, apakah kita layak atau tidak layak di hadirat-Nya. Belas kasih atau
kerahiman Allah ini sangatlah kita butuhkan di dalam hidup ini karena dapat
menjadi mukjizat yang mengubah kehidupan kita. Thomas adalah sosok inspiratif
yang kritis dan mengatakan kebenaran bahwa ia kurang percaya. Namun Tuhan Yesus
menyapanya, membiarkan dia memasukkan jarinya ke dalam tubuh-Nya yang terluka.
Thomas menjadi sembuh dan pada saat yang sama Tuhan Yesus juga menyembuhkan
luka-luka kita sebab kita adalah orang yang tidak percaya. Tuhan Yesus memanggil para murid, dan
menjadikan mereka sebagai penjala manusia.
Pada hari ini kita mendengar kelanjutan
kisah Yesus. Setelah melakukan banyak mukjizat penyembuhan, kali ini penginjil Lukas
mengisahkan Yesus yang mengajar dengan kuasa dan wibawa, dan menghendaki para
rekan kerja yang dapat menjadi penjala manusia. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus
sedang berdiri di pantau Danau Genesaret dan dikerumuni oleh orang banyak yang
mengalami mukjizat-mukjizat penyembuhan. Ia tetap menunjukkan belas kasihan-Nya
kepada banyak orang yang mengerumuni-Nya sehingga Ia naik ke atas perahu Simon,
sang nelayan sederhana untuk mengajar dari atas perahu. Perlu kita ketahui
bahwa Yesus tidak membutuhkan pengeras suara sebab ketika dia berbicara,
suaranya itu dipantulkan sehingga sangat jelas didengar oleh orang-orang saat
itu. Yesus benar-benar menunjukkan diri-Nya sebagai seorang misionaris sejati,
yang mewartakan sabda melalui pengajaran-pengajaran-Nya.Tentu saja
pengajaran-pengajaran Yesus memiliki daya transformatif yang luar biasa.
Selanjutnya Yesus meminta Simon
untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam supaya dapat menebarkan jala supaya
menangkap ikan. Tentu saja Simon yang memiliki pengalaman sebagai nelayan menertawakan
Yesus, sebab semalam-malaman mereka tidak menangkap apa-apa. Orang professional
seperti Simon, sudah mengetahui suasana danau Genesaret. Namun Simon
menunjukkan ketaatannya kepada Yesus, sehingga ia berkata kepada Yesus, “Tetapi
atas perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga” (Luk 5: 5). Pengalaman
manusiawi tidak akan dapat dibandingkan dengan kuasa Tuhan. Simon menyadarinya
ketika ia tahu bahwa mereka berhasil menangkap ikan dalam jumlah yang banyak
sehingga jala mulai koyak. Simon dan teman-temannya sebagai nelayan professional
merasa takjub kepada Yesus dan menyatakan pertobatan kepada-Nya sebab mereka
merasa diri sebagai orang berdosa. Tuhan mengubah mereka dari profesi sebagai
penjala ikan menjadi penjala manusia. Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes
berani meningglkan segala sesuatu dan
mengikuti Yesus.
Kisah injil ini memang menarik
perhatian kita dalam konteks panggilan pemuridan dan kesiapan untuk mengalami
perutusan tertentu dari Yesus sendiri. Tuhan Yesus sedang menghadirkan Kerajaan
Allah dengan tanda dan sabda. Tanda-tanda heran sudah sedang dialami oleh
banyak orang yang sakit di mana mereka sembuh total. Yesus juga bersabda
melalui pengajaran-pengajaran-Nya. Semua ini tentu bertujuan untuk menggenapi
visi dan misi-Nya yang kita dengar sebelumnya yakni: "Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang." (Luk 4:18-19).
Dengan demikian, Tuhan Yesus
membutuhkan manusia untuk menjadi rekan-rekan kerja yang ikut terlibat aktif
dalam melakukan dan meneruskan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Mereka adalah para
murid yang siap diutus (Rasul). Di sini juga sangatlah jelas pengajaran Yesus:
Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa di atas perahu. Kiranya perahu itu adalah simbol
Gereja sendiri. Pemilik perahu adalah Simon yang nantinya menjadi kefas, batu
wadas dan ketua para rasul Yesus. Simon mewakili Hirarki Gereja. Ikan adalah
simbol Gereja sebagai umat Allah pada masa penganiayaan. Perlu kita ketahui
bahwa kata 'ikan' dalam Bahasa Yunani (ΙΧΘΥΣ). Kata ini merupakan singkatan dari
Iesous KHristos, Theou Uios, Soter, artinya Yesus Kristus, Putra Allah,
Sang Penyelamat. Dia menyelamatkan semua orang, mirip dengan ikan-ikan yang
ditangkap para rasul dalam jumlah yang banyak. Mukjizat itu terjadi ketika
Tuhan Yesus hadir dan menampingi mereka. Maka tepatlah perkataan Yesus ini: “Terlepas
dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5).
Hal yang penting di sini adalah
para murid itu harus berani untuk meninggalkan segala sesuatu dan hidup hanya
bagi Tuhan. Penjala manusia harus melakukan hal ini dengan tulus hati. Dengan
meninggalkan segala sesuatu maka mereka akan semakin bebas untuk
mengekspresikan diri, lebih fokus pada karya dan pelayanan bersama Yesus. Kemampuan
untuk meninggalkan segala sesuatu atau sikap lepas bebas adalah cara Tuhan
mengedukasi kita untuk menjadi murid sejati. Kita merasa sebagai orang merdeka
dan siap untuk memberikan segalanya bagi Tuhan. Untuk itulah kita secara pribadi
harus mengenal Tuhan secara pribadi dan tetap berusaha untuk mengenal-Nya lebih
dalam lagi.
Apa yang harus kita lakukan?
St. Paulus dalam bacaan pertama
mengingatkan kita supaya jangan menipu diri sendiri. Kadang kita berpikir bahwa
kita berhikmat, dalam hal ini mengetahui segala sesuatu. Kalau saja hikmat kita
berasal dari dunia, yang penuh hira-hura ini maka merupakan sebuah kebodohan
bagi Allah. Kita tak perlu harus memegahkan diri atas sesama manusia yang lain,
sebab Tuhan sendiri mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat yang
semuanya hanyalah sia-sia belaka. Kita mestinya menyadari bahwa semuanya adalah
milik kita, namun kita adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah.
Sebab itu kita butuh kebajikan kerendahan hati.
Pada hari ini marilah kita bertolak
lebih dalam lagi dalam iman kita. Kita berusaha untuk mengenal Yesus lebih dalam
lagi dalam doa dan rajin membaca Kitab Suci. St.Hironimus mengatakan: “Tidak mengenal
Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus sendiri”. Kita mentaati perintah Tuhan dan siap menjadi
penjala manusia. Bersama Yesus, kita pasti bisa.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment