Makabe: 12:43-46
Mazmur: 130:
1-2.3-4.5-6a.6b-7.8
1Korintus 15:12-34
Yohanes 6:37-40
Kematian itu indah. Bagaimana menghadapinya?
Saya pernah membaca sebuah buku karya Santu Alfonsus
Maria de Liguori yang diterjemahkan secara bebas oleh Almahrum P. Moses Beding
CSsR dan diberi judul: “Kematian itu
indah. Bagaimana menghadapinya.” Buku ini sangat inspiratif, berisikan pandangan
kristiani tentang kematian dan bagaimana mempersiapkan diri untuk mati
secara bahagia (happy death). Santu
Alfonsus seakan sedang mendampingi setiap orang yang dibabtis untuk senantiasa
memandang ke depan, menanti dengan kerinduan akan saat yang tepat di mana
saudara maut datang dan menjemput setiap pribadi.
Kematian itu indah! Santu Agustinus berkata bahwa
segala sesuatu dalam hidup kita, baik atau buruk adalah tidak pasti, tetapi
maut tetaplah suatu hal yang pasti. Dan Santu Siprianus mengingatkan bahwa kita
semua dilahirkan dengan tali pengikat di leher, dan setiap derap langkah hidup
mendekatkan kita kepada kematian. Dan perlu diakui bahwa sesungguhnya, “kematian adalah saudara yang
selalu siap datang dan menjemput kita”, demikian Santu Fransiskus dari Asisi.
Apakah kematian mesti menakutkan kita? Ya, hampir
semua orang takut akan kematian, dan hampir semua orang juga takut akan jenazah
orang yang meninggal. Padahal secara rohani kita semua mesti merasa bahwa kita
diciptakan sewajah dengan Tuhan dan bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah menebus kita.
Karena kita diciptakan sebagai makhluk yang mulia maka Tuhan senantiasa
menanti, memanggil dan tentu akan menerima kita untuk “ada bersama Dia”.
Karena kematian sebagai pengalaman “ada bersama
Tuhan” dan “melihat Dia dengan mata kita”, kita dituntut untuk mempersiapkan
kematian kita secara pribadi. Yang perlu kita lakukan adalah: pertama, janganlah menunggu sampai saat
terakhir baru menyiapkan diri. Kedua,
berusaha sedapat mungkin memeriksa bathin setiap hari di hadapan Tuhan dan
kalau ada kekurangan atau dosa maka bereskanlah. Ketiga, berusaha sedapat mungkin menghindarkan diri dari cinta
duniawi. Ketika meninggal dunia kita tidak akan membawa harta duniawi ke surga.
Seorang umat yang hampir setiap hari mengikuti misa
harian, ketika ditanya alasan mengapa selalu mengikuti misa harian, dia
menjawab: “Romo, saya selalu berpikir setiap hari bahwa komuni kudus yang saya
terima hari ini adalah yang terakhir. Hidup saya ada ditangan Tuhan. Dia yang
menciptakan saya maka tentu Dia rindu menanti, memanggil dan akan menerima saya
apa adanya.” Sungguh suatu kesaksian iman yang bagus.
Apakah anda sudah siap untuk meninggal secara baik
dan bahagia? Lakukanlah latihan untuk kematian secara bahagia hari demi hari. Coba
pikirkanlah, kalau hari ini saya meninggal dunia maka saya akan menyiapkan diri
saya yakni….. (isilah titik-titik dengan polos di hadirat Tuhan sang pencipta
kita). PJSDB
No comments:
Post a Comment