Zef 3:1-2.9-13; Mzm 34, 2-3.6-7.17-19.23; Mat 21:28-32
Siapa yang dapat diselamatkan? (Mat 19:25)
Setelah berdialog dengan orang
muda yang bertanya tentang jenis perbuatan baik yang dapat membawa orang kepada
kehidupan kekal, Yesus memberi wejangan yang bagus kepada para muridNya: “Sesungguhnya sukar sekali bagi seorang
kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu,
lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk
ke dalam Kerajaan Allah.” Perkataan
Yesus ini menggemparkan para muridNya dan mereka pun bertanya: “Jika demikian siapakah yang dapat
diselamatkan?” (Mat 19: 23-25)
Pertanyaan “siapakah yang dapat diselamatkan” tetaplah aktual hingga saat ini.
Setiap orang yang melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti melakukan
pelayanan-pelayanan tertentu, karya amal kasih, matiraga, menerima sakramen
tertentu, kehidupan devosional dan praktek kesalehan lainnya memiliki satu
cita-cita yaitu supaya dapat menikmati kebahagiaan kekal bersama Bapa di Surga.
Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah semuanya ini sudah cukup baginya
untuk menikmati kebahagiaan kekal di Sorga? Ternyata belum cukup. Masih ada
unsur lain yang penting yaitu: mengenal diri dengan baik, menyesali dosa-dosa
dan taat kepada Tuhan.
Tuhan Yesus dalam perikop Injil
hari ini memberikan perumpamaan tentang dua orang anak. Mereka masing-masing di
minta ayahnya untuk pergi dan bekerja di kebun anggur. Anak yang sulung itu
mengatakan mau tetapi kemudian tidak mau pergi bekerja di kebun anggur. Anak
kedua mengatakan tidak mau tetapi ia kemudian menyesal dan pergi bekerja di
kebun anggur. Baik Yesus maupun para pendengarNya saat itu sepakat untuk mengatakan
anak kedua yang melakukan kehendak ayahnya.
Anak sulung adalah simbol
orang-orang yahudi yang pertama mengenal Yahve. Mereka hanya puas dengan status
quo mengenal hukum Taurat dan melakukannya secara harafiah. Anak bungsu adalah
simbol orang-orang asing di luar komunitas Yahudi, orang-orang berdosa, kaum
papa, penderita dan orang Yahudi lain
yang terbuka pada rencana keselamatan Tuhan. Mereka berusaha untuk melakukan
kehendak Tuhan di dalam hidup mereka. Mereka-mereka inilah yang layak untuk
berbahagia bersama Tuhan Allah di Sorga.
Sejalan dengan perumpamaan dalam
Injil, Zefanya menghadirkan kecaman terhadap si pemberontak dan si pencemar
yang tidak mau mendengar teguran dan tidak mempedulikan kecaman, tidak percaya
dan tidak menghadap Tuhan. Tentu saja kecaman ini ditujukan kepada orang-orang
yang masuk pilihan Tuhan tetapi terlalu nyaman sampai melupakan kebaikan Tuhan
dan memilih untuk berjalan sendiri. Dengan demikian, menurut Zefanya, rahmat
Tuhan akan beralih bukan lagi kepada orang pilihan Tuhan yang lupa diri tetapi
kepada sisa Israel yakni “Orang yang
rendah hati, lemah sehingga mencari perlindungan pada Tuhan. Mereka ini tidak
akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong. Di dalam mulut mereka tidak
akan terdapat lidah penipunya, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan
berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya.” (Zef 3: 12-13).
Sabda Tuhan pada hari ini menyapa
sekaligus menegur kita untuk tidak menyerupai anak sulung dengan keluar dari
jangkar egoisme. Terkadang kita masih berpikir dan puas dengan pengalaman
rohani yang dangkal tetapi berpikir sudah mendalam, niat-niat setelah mengaku
dosa muluk-muluk tetapi sulit sekali untuk melakukannya dalam perbuatan nyata.
Kita berada di zona nyaman dan lupa bahwa kita membutuhkan Tuhan bukan
mempermainkanNya. Mari kita menyesal dan bertobat seperti anak kedua. Figur
anak kedua adalah figur sisa Israel yang menyesal karena dosa dan salahnya.
Penyesalan berasal dari kerendahan hati di hadirat Tuhan, mengandalkan Tuhan di
dalam hidupnya dan mau bertobat. Sesungguhnya pengalaman akan Allah ditandai
dengan pertobatan yang terus menerus.
Santa Lucia...doakanlah kami!
PJSDB
No comments:
Post a Comment