St. Stefanus (Martir Pertama)
Kis 6:8-10;7:54-60; Mzm 30: 3.6-8a.17.21ab; Mat 10:17-22
Ya Tuhan Yesus terimalah rohku
Barangkali
banyak orang berpikir bahwa sehari setelah Yesus lahir, Stefanus langsung
dibunuh. Pemikiran seperti ini tidaklah tepat karena Stefanus dibunuh setelah
Yesus wafat, bangkit dan naik ke surga. Secara liturgis, Gereja mau membantu
kita semua untuk merenungkan bahwa peristiwa natal bukan hanya sekedar
peristiwa Bethlehem yang penuh dengan sukacita tetapi sekaligus peristiwa
Kalvari di mana Yesus mencurahkan darahNya yang mulia untuk keselamatan umat
manusia.
Stefanus
adalah salah satu diakon atau pelayan yang dipilih di antara tujuh diakon
pertama untuk melayani komunitas Gereja Perdana. Stefanus dikenal sebagai
pribadi yang penuh iman dan Roh Kudus (Kis 6:5). Karena penuh dengan karunia
dan kuasa maka ia juga mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara
orang banyak. Karena kaum Libertini tidak memahami hikmat Allah dalam diri
Stefanus maka dia dituduh menghujat Musa dan Allah. Stefanus akhirnya dibunuh
dengan cara dilempari batu. Hal-hal yang menunjukkan kemiripannya dengan Kristus
adalah: Pertama, Stefanus melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah
kanan Allah. Kedua, Stefanus menyerahkan rohnya kepada Allah. Ketiga, kemampuan
Stefanus untuk mengampuni: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada
mereka!”
Kemartiran
Stefanus mengundang kita untuk berefleksi tentang nilai hidup sebagai pengikut
Kristus. Stefanus menyerahkan nyawanya sebagai bukti nyata cintanya kepada
Kristus. Pada saat ini kemartiran tidak lagi dipandang semata-mata dengan
menumpahkan darah demi Kristus tetapi bahwa hidup sebagai orang yang menghayati
kebajikan-kebajikan kristiani dan nilai-nilai injili (misalnya sabda bahagia,
hukum kasih, buah-buah Roh Kudus) juga merupakan bentuk-bentuk kemartiran (kesaksian)
kristiani. Singkatnya, hidup sebagai orang kristiani yang baik di hadapan umum
merupakan bentuk kemartiran saat ini. St. Stefanus, doakanlah kami. Amen.
PJSDB
No comments:
Post a Comment