Apa perbedaan menebang dan memangkas?
Beberapa hari yang lalu para
karyawan Gereja PSYB mengadakan kerja bakti. Ada yang membersihkan kali di
depan gereja yang bertumpukan sampah, ada yang merapikan pohon-pohon di depan
gereja dengan memangkasnya sehingga kelihatan lebih rapi dan indah. Setelah
selesai mengerjakannya reaksi pun berdatangan. Ada yang spontan berkata: “Bagus.
Bagian depan Gereja semakin rapih.” Ada yang mengirim SMS dan bertanya, “Romo
kapan jalan di depan Gereja dapat diperbaiki, sebab kondisinya membahayakan
pengendara dan pejalan kaki?” Ada juga yang entah melihat atau tidak melihat menulis
“SMS kaleng” kepada Pastor Paroki: “Romo P yang kami kasihi. Kami menyatakan
berduka atas penebangan pohon-pohon di Gereja SYB”. Demikian warna-warni tanggapan
orang terhadap peristiwa yang terjadi di depan Gereja SYB.
Pastor Paroki share SMS kaleng
dan bersama teman-teman kita menertawakan SMS kaleng tersebut. Hari gini masih
ada orang yang berpikiran ala orang kampung yang belum mengerti bahasa
Indonesia. Kalau seorang anak dari belahan Indonesia yang lain melihat
perlakuan terhadap pohon-pohon di depan Gereja maka dia akan lebih pintar
membedakan antara menebang dan memangkas. Mungkin di daerahnya masih ada hutan.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, menebang termasuk verba dan didefinisikan sebagai memotong pokok
atau batang pohon. Memangkas dari kata dasar pangkas. Dalam hubungan dengan
pohon berarti memotong dahan atau ranting pohon. Memang pemahaman umum orang
adalah: menebang pasti pohon yang besar sedangkan memangkas pasti dahan atau ranting dari pohon. Rambut
dipangkas, kalau rambut juga ditebang wah akan menjadi apa kepala manusia?
Tapi pengalaman SMS kaleng ini
membuktikan bahwa mentalitas bekicot selalu ada di mana-mana. Ketika ada orang
yang mau berkembang pasti dihalangi dengan berbagai cara. Ketika sebuah ide mau
diwujudkan selalu saja ada pikiran negative terhadap ide itu. Pada hal
seharusnya kalau mau maju, ketika ada ide baru atau kreativitas baru untuk
bonum commune maka perlu legawa dan mengatakan: “Maju terus…kita dukung”.
Saya teringat kata-kata Thomas
Paine yang kiranya tepat untuk pengalaman ini: “I love the man who can smile in
troubles, gather strength from distress and grow brave by reflection.” Mau
maju? Perlu melawan “the wind of change”! Selamat sore.
PJSDB
No comments:
Post a Comment