Mzm 51: 3-4.12-13.14-15
Ibr 5:7-9
Yoh 12:
20-33
Sengsara Yesus Menyelamatkanku
Pernakah anda memperhatikan rumput-rumput di kebun atau di taman? Rumput-rumput itu memberi pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan kita. Untuk dapat berguna maka rumput-rumput itu harus dipotong, dibuang dan dibakar. Misalnya, ketika dibutuhkan untuk menjadi makanan hewan atau untuk merapihkan halaman supaya terlihat lebih indah maka rumput itu harus siap dipotong, dibuang dan dibakar. Betapa menderitanya rumput: siap dipotong, dibuang dan dibakar! Padahal manfaatnya besar yakni sebagai makanan hewan dan menyuburkan tanah. Kadang rumput itu dijadikan atap pada gubuk untuk melindungi manusia yang berteduh dibawahnya. Memang, kebahagiaan sejati hanya dapat diperoleh ketika ada orang yang siap untuk berkorban, siap untuk menderita, siap untuk dipotong, dibuang dan dibakar.
Kita berada di pekan terakhir
sebelum memasuki pekan suci. Hari Minggu ini dikenal juga sebagai Hari Minggu sengsara. Permenungan umum sepanjang minggu ini adalah bahwa sengsara Yesus sungguh mendatangkan keselamatan. Pada SalibNya tersingkap hukuman dunia dan kuasa sang Penyelamat bersinar karena penyerahan diriNya yang total bagi manusia. Luar biasa kasih Tuhan bagi kita!
Sabda Tuhan pada hari ini juga menggambarkan kehidupan manusia yang nyata dan segala pergumulannya di hadapan Tuhan. Kaum Israel mengalami pengalaman yang keras dan menyedihkan di Asyiria dan kaum Yehuda mengalami kerasnya hidup di Babel. Selama hampir 70 tahun kaum Yehuda berada di Babel, mereka terbayang oleh kisah-kisah masa silam yang pernah dialami oleh nenek moyang mereka. Perlindungan Tuhan dalam perjalanan di padang gurun. Kemegahan Zion di mana Allah diyakni bertakta di sana. Tetapi semua ini hanya kenangan manis. Mungkin saja mereka bertanya, “Tuhan di manakah Engkau? Apakah Engkau sudah melupakan kami?”
Sabda Tuhan pada hari ini juga menggambarkan kehidupan manusia yang nyata dan segala pergumulannya di hadapan Tuhan. Kaum Israel mengalami pengalaman yang keras dan menyedihkan di Asyiria dan kaum Yehuda mengalami kerasnya hidup di Babel. Selama hampir 70 tahun kaum Yehuda berada di Babel, mereka terbayang oleh kisah-kisah masa silam yang pernah dialami oleh nenek moyang mereka. Perlindungan Tuhan dalam perjalanan di padang gurun. Kemegahan Zion di mana Allah diyakni bertakta di sana. Tetapi semua ini hanya kenangan manis. Mungkin saja mereka bertanya, “Tuhan di manakah Engkau? Apakah Engkau sudah melupakan kami?”
Tentu saja kecemasan-kecemasan semacam ini dijawab oleh Tuhan. Manusia boleh melupakan Tuhan tetapi Tuhan tidak akan
melupakan manusia. Tuhan sendiri berfirman: “Seorang
perempuan dapat melupakan anak yang ada di dalam kandungannya, tetapi Aku
tidak akan melupakan engkau“ (Yes 49:15). Tuhan juga berjanji melalui Nabi
Yeremia untuk mewujudkan kasih sayangNya. FirmanNya: “Sungguh, akan datang waktunya Aku akan mengikat perjanjian baru dengan
kaum Israel dan kaum Yehuda”. Tuhan mau mengikat perjanjian baru karena perjanjian
yang telah diikat bersama mereka melalui Musa di Gunung Sinai sudah mereka ingkari. Tuhan membuat perjanjian baruNya yakni: “Aku akan menaruh TauratKu
dalam bathin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka. Maka Aku akan menjadi
Allah mereka dan mereka menjadi UmatKu. Semuanya akan mengenal Allah dan mengampuni kesalahan mereka dan tidak akan
mengingat-ingat dosa mereka".
Kita harus mengatakan dengan
suara lantang bahwa Allah kita luar biasa! Manusia boleh jatuh dalam dosa terus
menerus, ada kecenderungan dan kebiasaan berbuat jahat dalam hidup tetapi Tuhan berinisiatif
mengikat perjanjian baru dan takkan lagi mengingat dosa-dosa manusia. Ini adalah
sebuah peneguhan yang luar biasa. Peneguhan Tuhan sebagai tanda kasihNya menjadi
sempurna dalam diri Yesus Kristus PuteraNya. Kristus telah belajar menjadi taat
dan menjadi pokok keselamatan kita. Penulis surat kepada umat Ibrani bersaksi
bahwa Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan
keluhan kepada Bapa di Surga. Namun kehendak Bapa harus Dia taati. Ketaatan ini
menjadi nyata dalam penderitaanNya.
Orang-orang yang taat pada Yesus akan mengalami keselamatan abadi. Filipus dan Andreas adalah dua murid pertama yang mengenal Yesus dari orang-orang lain. Mereka bertemu dengan Yesus dan tinggal bersamaNya (Yoh 1:39.46). Orang-orang Yunani mendekati kedua murid Yesus dan meminta untuk bertemu dengan Yesus. Kemungkinan orang-orang Yunani ini mendengar tentang Yesus yang barusan membersihkan Bait Allah di Yerusalem. Hal yang menarik perhatian kita adalah peristiwa ini menjadi kesempatan istimewa supaya Yesus menjelaskan “SaatNya” untuk dimuliakan. Kemuliaan Yesus terletak pada pengalaman diriNya menjadi taat dan ditinggikan di atas kayu Salib, wafat dan bangkit dari alam maut.
Orang-orang yang taat pada Yesus akan mengalami keselamatan abadi. Filipus dan Andreas adalah dua murid pertama yang mengenal Yesus dari orang-orang lain. Mereka bertemu dengan Yesus dan tinggal bersamaNya (Yoh 1:39.46). Orang-orang Yunani mendekati kedua murid Yesus dan meminta untuk bertemu dengan Yesus. Kemungkinan orang-orang Yunani ini mendengar tentang Yesus yang barusan membersihkan Bait Allah di Yerusalem. Hal yang menarik perhatian kita adalah peristiwa ini menjadi kesempatan istimewa supaya Yesus menjelaskan “SaatNya” untuk dimuliakan. Kemuliaan Yesus terletak pada pengalaman diriNya menjadi taat dan ditinggikan di atas kayu Salib, wafat dan bangkit dari alam maut.
Ketaatan bukanlah sebuah teori
tetapi ketaatan merupakan bagian pengalaman hidup nyata. Yesus mengerti rencana
Bapa untuk menyelamatkan manusia yang berdosa maka Dia taat sampai mati di kayu
salib. Wafat Kristus di atas kayu salib ini diibaratkanNya sendiri ketika
berkata: “Sesungguhnya, jikalau biji
gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi
jika mati maka ia akan menghasilkan banyak buah.” Yesus juga laksana biji
gandum yang jatuh ke tanah dan mati dan menghasilkan buah penebusan yang
berlimpah.
Konsekuensi dari penebusan adalah
rasa syukur dan tinggal bersama Tuhan. Yesus berkata: “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku, dan dimana Aku
berada, di situ pun pelayanKu akan berada. Ia juga dihormati Bapa”. Tentu
saja di sini, Yesus membaharui relasi Bapa dan manusia. Oleh karena itu Dia
harus ditinggikan di atas kayu Salib. Yesus menyadari misinya dan terharu. Bapa
di surga juga mengakui rencana dan kehendakNya ketia Ia berkata: “Aku telah memuliakanNya dan dan Aku akan
memuliakanNya lagi.” Bapa memuliakan Yesus PuteraNya ketika sang Putera
taat pada kehendak BapaNya. Sebuah
relasi yang intim, saling percaya, punya nilai pengurbanan yang tinggi untuk
keselamatan manusia yang berdosa.
Warta sukacita pada
pekan ke-V Prapaskah ini adalah Pertama,
inisiatif Tuhan untuk mengikat umatNya dengan Perjanjian Baru. Tuhan mau
menaruh Taurat dalam bathin umatNya dan menuliskannya dalam hati mereka. Dalam
terang kristiani mau dikatakan bahwa Tuhan itu sabar dengan manusia. Apapun dan bagaimanapun hidup manusia,
kasihNya tetap melimpah dan tiada batasnya. Maka jawaban pasti dari manusia
atas perjanjian baru ini adalah membangun sikap tobat atau metanoia. Perubahan
kiblat hidup manusia dalam semangat tobat itu berasal dari dalam dirinya bukan
dari luar dirinya. Pertobatan itu hal yang sangat pribadi. Kedua, Keselamatan itu harganya mahal karena dilakukan oleh Allah Bapa
dengan mengorbankan Yesus PuteraNya. Allah Bapa rela meninggikan PuteraNya di
atas kayu Salib sehingga dengan menumpahkan DarahNya yang mulia dapat menebus
umat manusia.
Dunia akan menjadi indah,
demikian juga hidup kita akan semakin bermakna hari demi hari ketika setiap
pribadi menyadari dirinya sebagai biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati sehingga menghasilkan buah
yang berlimpah. Setiap pribadi juga hendaknya menyadari dirinya seperti rumput
yang siap dipotong, dibuang dan dibakar sehingga memberi hidup baru kepada sesama. Mari kita berjalan bersama, mengikuti Yesus sampai saatNya dimuliakan. Tuhan beranikanlah kami dan mampukan kami untuk berkorban bagi keselamatan dan
kebahagian sesama.
PJSDB
No comments:
Post a Comment