Jiwaku haus akan
Allah
Seorang Bapa selalu rajin mengikuti misa pagi di gereja
parokiku. Pada suatu pagi saya bertanya kepadanya, "Mengapa selalu
mengikuti misa harian?" Dia menjawabku, "Setiap hari saya merasa
bahwa ini adalah hari terakhir bertemu dengan Tuhan maka ada dorongan
senantiasa untuk bertemu dan menyambutNya dalam Ekaristi." Saya terpesona
dengan umat yang sederhana ini. Saya langsung berpikir, kadang sebagai imam
saya merayakan ekaristi dengan kejenuhan atau kurang fokus dalam merayakannya. Tetapi ketika mendengar sharing
orang itu saya merasa dikuatkan, hatiku berubah menjadi terbuka senantiasa
untuk Tuhan.
Sabda Tuhan hari ini mengungkapkan suasana bathin manusia.
Ketika Yesus datang ke Nazaret, Ia mengatakan kepada umat di dalam rumah ibadat
bahwa seorang nabi di hargai di mana-mana kecuali di negeri asalnya. Hati
orang-orang Nazaret tertutup bagi Yesus. Mereka mengenal Yesus sebagai anak
tukang kayu dan mengenal Maria sebagai ibuNya. Pengenalan akan Yesus hanya
sebatas pengenalan manusiawi. Dengan penolakan ini maka Yesus melakukan
karya-karya besar di luar negeri asalNya.
Pengalaman Yesus sebenarnya telah terjadi juga dalam dunia
Perjanjian Lama. Karena ketegaran hati mereka maka Tuhan tak segan-segan
mengirim utusanNya yaitu para nabi untuk menyadarkan Isarel sebagai bangsa terpilih bahwa Tuhan sungguh ada dan tetap berkarya. Tetapi karena ketegaran hati mereka juga maka Tuhan mengutus utusanNya kepada orang-orang asing dan melakukan karya agungNya. Misalnya, ketika
terjadi bahaya kelaparan yang hebat Tuhan mengutus nabi Elia kepada seorang
janda di Sarfaat di tanah Sidon. Pada saat merajalelanya penyakit kusta di
zaman nabi Elisa tak seorang Israel pun yang disembuhkan selain Naaman orang
Siria. Orang-orang asing adalah orang-orang di luar komunitas Yahudi. Kepada merekalah Tuhan melakukan karyaNya yang agung.
Hati adalah simbol totalitas kehidupan manusia. Dalam Sabda bahagia Tuhan berkata: "Berbahagialah mereka yang suci hatinya karena mereka akan melihat Tuhan!" (Mat 5:8). Memang, segala
kebaikan yang nampak menunjukkan kadaan hati orang. Segala kejahatan juga
menunjukkan keadaan hati orang tesebut. Yesus sendiri berkata, "Apa yang
keluar dari dalam itulah yang
menajiskan" (Mat 15:11.18-19; Mrk 7:15). Oleh karena itu janganlah
bertegar hati (Yeh 3:7; Mzm 95:8)
melainkan mintalah hati yang baru dari Tuhan. Hati yang mengasihi seperti Tuhan
sendiri.
Doa kita: jiwaku haus akan Allah, Allah yang hidup. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment