Kis 13:44-52
Mzm 98:1.2b-3.3c-4
Yoh 14:7-14
"Melihat Bapa"
Dalam Kitab Perjanjian Lama terdapat
kepercayaan bahwa tatapan mata Allah selalu tertuju pada mata manusia. Oleh
karena itu tak seorang pun yang dapat melihat Allah itu hidup. Penglihatan
Allah dicurahkan hanya bagi sedikit orang dan hanya dalam rupa symbol-simbol
tertentu. Namun keinginan untuk melihat Allah merupakan hasrat hati yang sangat
kuat dari setiap orang. Kita mengingat apa yang dikatakan Yesus dalam Sabda Bahagia, “Berbahagialah mereka yang suci hatinya
karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Philipus dalam Injil berkata
kepada Yesus, “Guru, tunjukanlah Bapa dan
itu sudah cukup bagi kami.” Musa juga punya hasrat yang sama, “Perlihatkanlah kiranya kemuliaanMu kepadaku!”
(Kel 33:18). Permohonan Musa dan Philipus ini berfokus pada pencarian rohani
setiap pribadi akan Allah.
Dalam prolog Injil Yohanes dikatakan tidak seorang pun pernah melihat Allah (Yoh 1:18). Melihat Allah hanya
dapat terjadi pada akhir zaman (Mt 5:8), kita akan melihatnya dengan mata kita
(1Kor13:12). Dengan memahami permintaan Filipus, pikiran kita terarah pada
pengalaman teofani Allah di gunung Sinai atau penglihatan para nabi tentang Takhta Kerajaan. Yesus hendak mengatakan kepada mereka bahwa tidak diperlukan
lagi teofani karena mereka telah melihat Yesus sebagai tanda kehadiran Bapa sendiri.
Dia adalah Sabda yang menjadi daging dan tinggal bersama manusia (Yoh 1:14). Dia adalah Allah yang dapat dilihat, didengar dan disentuh.
Paulus coba memahami misteri
Kristus dan mewartakannya kepada orang-orang di Antiokhia di Pisidia.
Kecemburuan orang Yahudi pun terjadi. Mereka menghendaki status quo dalam arti keselamatan
itu menjadi milik orang Yahudi dan bukan untuk bangsa-bangsa lain juga. Itu sebabnya
Paulus berkata, “Memang kepada kamulah
firman Allah harus diberitakan terlebih dahulu! Tetapi kamu menolaknya dan
menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal.” Untuk memperjelas
misinya Paulus bersaksi tentang pengalamannya, “Aku telah
menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi” Pengalaman Paulus
menjadi rasul ini berakhir pada penderitaannya baik bersama dalam komunitas
maupun penderitaan pribadinya.
Hari ini Tuhan mengingatkan kita
untuk senantiasa mencariNya. Ada kerinduan istimewa untuk mencari dan menemukan
Tuhan. Ada hasrat untuk dapat memandangNya dengan mata kita sendiri. Keinginan
ini akan disempurnakan ketika kita melihat Dia dengan mata kita sendiri kelak. Tetapi
sekarang pun Tuhan membiarkan diriNya dilihat di dalam perayaan Ekaristi. Semua
mata kita tertuju pada Tubuh dan Darah Kristus.
Sabda Tuhan juga menuntun kita
untuk menjadi terang bagi sesama. Terang yang nampak dalam nilai-nilai Injili
yang dihayati dan hendak diwartakan kepada sesama. Maka kita perlu sadar bahwa mewartakan Injil dan nilai-nilainya adalah
sebuah panggilan. Panggilan yang sama untuk membawa terang bagi bangsa-bangsa. Panggilan
ini menjadi sempurna ketika kita sendiri dapat memandang Bapa yang mengasihi atau Bapa yang menjadi sumber kasih yang kekal.
PJSDB
No comments:
Post a Comment