St. Yohanes Maria Vianney
Yer 26:11-16.24
Mzm 69: 15-16.30-31.33-34
Mat 14:1-12
Orang benar selalu menjadi korban ketidakadilan sosial
Penginjil Matius menutup Bab 13
yang berisi tujuh buah perumpamaan yang dikatakan Yesus tentang Kerajaan Sorga.
Perumpamaan tentang penabur, perumpamaan tentang lalang di antara gandum,
Perumpamaan tentan biji sesawi dan ragi, penjelasan perumpaman tetang lalang di
antara gandum, perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga,
perumpamaan tentang pukat dan diakhiri dengan penolakan Yesus di kampung
halamanNya. Ketujuh perumpamaan ini menggambarkan kemegahan Kerajaan Sorga dan
siapa yang layak tinggal di dalamnya. Untuk masuk dalam Kerajaan Sorga maka
misi Yesus harus dipenuhi yakni Ia harus mengorbankan diriNya demi keselamatan
manusia. Itu sebabnya Matius tidak keliru menempatkan bagian terakhir dari semua
perumpamaan ini tentang penolakan orang-orang Nazareth terhadap Yesus. Orang
Nazareth menolak Yesus itu sama dengan Israel menolak Yesus. Yesus sendiri nantinya
akan berkata, “Anak manusia akan
diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari
ketiga Ia akan dibangkitkan” (Mat 17:22-23). Penolakan terhadap Yesus mencapai
puncaknya pada peristiwa penyalibanNya.
Yesus tidak sendirian mengalami
penolakan di Nazareth. Para nabi sebagai utusan Allah pun mengalami penolakan.
Dalam bacaan pertama, Yeremia menceritakan pengalaman dirinya ditolak karena
mengatakan Firman Tuhan berupa teguran yang keras supaya orang-orang zamannya
dapat berubah. Melalui Yeremia, Tuhan menegur umatNya yang keras hati dan tidak
mau mendengarNya. Nabi Yeremia mengatakan nubuat Tuhan apa adanya bahwa kalau
mereka tidak mendengar suara Tuhan dan para nabiNya niscaya mereka akan hancur
seperti kota Silo. Perkataan ini menyinggung perasaan para pendengarnya
terutama para imam, nabi dan pemuka rakyat. Mereka terang-terangan mau membunuh
Yeremia. Dengan kuasa Tuhan, Yeremia tetap pada pendiriannya dengan mengatakan,
“Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu
untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu”. Yeremia mengingatkan
mereka untuk bertobat yakni dengan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan mereka
yang jahat serta mendengar suara Tuhan. Yeremia juga mempersilakan mereka untuk
berbuat apa saja kepada dirinya dan kalau sampai membunuhnya maka darahnya akan
menjadi tanggungan mereka. Pada akhirnya Yeremia dibebaskan.
Orang-orang yang memperjuangkan
kebenaran dan keadilan terkadang menjadi korban ketidakadilan sosial. Yeremia
tidak bernubuat atas namanya sendiri tetapi dia mengalami penolakan, intimidasi
bahkan nyaris dibunuh oleh orang-orang dekatnya. Dosa dan kebiasaan buruk
banyak kali menutup indera manusia sehingga tidak peka lagi dengan hidup
sebagai manusia yang sebenarnya. Hati nurani tidak berfungsi lagi karena dosa. Orang-orang
dekat saja dapat menjadi musuh.
Pengalaman Yeremia dilengkapi
secara sempurna oleh Yohanes Pembaptis. Dia juga menjadi korban ketidakadilan
sosial pada zamannya. Dia pernah tampil memukau di depan banyak orang karena
pewartaannya berupa seruan tobat dan pembaptisan sebagai persiapan untuk
menyambut kedatangan Yesus. Ketika melihat Herodes sebagai pemimpin mengalami
kemerosotan moral maka sebagai nabi, Yohanes menjalankan kuasa Tuhan untuk
mengoreksinya. Ia berkata kepada Herodes, “Tidak
halal Engkau mengambil Herodias, isteri saudaramu”. Herodes tersinggung
karena teguran Yohanes maka ia pun memenjarakan Yohanes. Pada akhirnya
kemerosotan moral itu sempurna ketika kepala Yohanes dipenggal Herodes. Herodias
bersukacita. Herodes yang sebelumnya segan dengan Yohanes akhirnya puas juga
dengan menghilangkan nyawa orang benar.
Kemartiran Yohanes Pembaptis
memiliki dampak yang besar terhadap Yesus dan pewartaanNya. Herodes sendiri berkata,
“Inilah Yohanes Pembaptis. Ia sudah
bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu ada di
atasNya”. Herodes benar-benar buta sehingga tidak membedakan mana Yesus dan
mana Yohanes Pembaptis. Namun dibalik kejahatannya, tersimpan rasa kagum
terhadap Yohanes karena banyak orang mengatakan bahwa Yohanes adalah nabi. Ia
juga mendengar tentang Yesus karena segala mukjizat yang dilakukanNya meskipun
hanya menyangkah bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit.
Sebuah kesaksian yang menarik
perhatian kita adalah Herodes mendengar tentang Yesus (Mat 14:1) namun
mendengarnya Herodes ini tidak membangkitkan rasa apa-apa. Dia menyangka bahwa
Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Herodes telah tiada tetapi sikapnya masih
dimiliki oleh banyak orang pada zaman ini. Banyak orang bahkan kita sendiri mungkin
mendengar tentang Yesus tetapi masalahnya adalah apakah kita sungguh-sungguh
mengimaninya? Siapakah Yesus itu sebenarnya bagi kita? Kita seharusnya menjawab
pertanyaan ini tidak seperti Herodes yang yakni bahwa Yesus adalah Yohanes
Pembaptis yang bangkit (Mat 14:2). Kita dapat menggunakan jawaban Petrus ketika
Yesus bertanya “Siapakah Aku” dan Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup” (Mat 16:15-16).
Sabda Tuhan hari ini membuka
pikiran kita untuk berlaku adil terhadap sesama. Terkadang nafsu manusiawi
untuk berkuasa, untuk memiliki harta kekayaan membuat hati dan indera kita
tertutup bagi Tuhan dan sesama. Kita mungkin saja menjadi korban ketiadakadilan
sosial meskipun kita berada di pihak yang benar. Kita juga mungkin sadar atau
tidak sadar mengorbankan sesama kita dengan tuduhan, fitnahan dan gosip-gosip
terentu. Apa untungnya kita menghancurkan hidup orang lain, lebih lagi hidup
orang yang tidak bersalah atau hidup orang benar?
Doa: Tuhan berilah kami kemampuan
untuk bersaksi tentang Kristus. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment