Hari Kamis, Pekan Biasa XXIX
Ef 3:14-21
Mzm 33:1-2.4-5.11-12.18-19
Luk 12:49-53
Bukan damai melainkan
pertentangan!
Pada hari-hari ini Yesus
berbicara tentang akhir zaman di mana Ia sendiri akan datang untuk mengadili
orang yang hidup dan mati. Harapan Yesus adalah setiap orang yang mengimaniNya
memiliki sikap berjaga-jaga, selalu siap siaga menanti kedatanganNya. Sikap
sebagai abdi atau hamba yang setia kiranya menginspirasikan kita semua untuk
siap dengan hati yang murni menyambut kedatanganNya kembali. Pertanyaan
mendasar bagi kita adalah, apakah kita memiliki hati yang terarah hanya kepada
Yesus? Apakah kita memiliki kerinduan yang mendalam terhadap Tuhan Yesus?
Sebagai orang percaya, Yesus hendaknya menjadi satu-satunya sahabat yang
terbaik bagi kita.
Dalam bacaan Injil hari ini,
Yesus mengatakan suatu hal yang sangat mengherankan kita semua. Kalau
sebelumnya Ia mengingatkan kita supaya berjaga-jaga maka rasanya kita bisa
melakukannya dengan mudah. Tetapi dalam perikop Injil kita, Ia berkata, “Aku
datang untuk membawa api ke atas bumi dan betapa Aku harapkan agar api itu
menyala”. Apa yang anda pikirkan tentang Api? Mungkin banyak di antara
kita langsung berpikir tentang Api sebagai simbol cinta kasih, injil atau
karunia Roh Kudus. Yesus tidak bermaksud mengatakan Api dalam arti seperti ini.
Ia justru mau mengatakan tentang Api yang berfungsi untuk memurnikan, membakar
semua yang lapuk, memberi kehangatan dan menunjang kehidupan. Ini adalah
Api pengadilan ilahi yang dapat menghancurkan semua orang yang tidak mau
menyerahkan diri kepadaNya. Api yang dapat membantu manusia untuk mengambil
keputusan yang tepat untuk mengikuti Yesus atau tidak mengikutiNya.
Api menjadi simbol ilahi untuk
memurnikan umat manusia (Yes 66:15-16; Yeh 38:22; Yer 5:14 dan Sir 48:1). Api
memurnikan orang-orang benar sedangkan orang-orang jahat dihancurkan (Mal
3:2-5). Yesus memurnikan manusia melalui peristiwa Paskah yang akan dialamiNya
sendiri. Ia pergi ke Yerusalem untuk menderita, sengsara dan wafat bagi manusia
yang berdosa. Penebusan berlimpah yang Yesus lakukan laksana Api yang
memurnikan hidup manusia. Bagi Penginjil Lukas, Api juga dapatlah menjadi
simbol Roh Kudus (Luk 3:16) karena Yesus membaptis dengan Roh Kudus.
Konsekuensinya adalah setiap orang yang menerima Api ini harus mengambil bagian
dalam karya penyelamatan Yesus. Harapan Yesus adalah “Api itu tetap menyala!”
Selanjutnya Yesus berkata, “Aku
harus menerima baptisan dan betapa susahnya hatiKu sebelum hal itu
berlangsung”. Yesus sendiri mengetahui segala yang akan menimpa
diriNya. Yesus sudah tahu tentang Peristiwa Paskah Agung yakni Ia akan
menderita, sengsara sampai wafat di atas kayu salib yang hina. Ini adalah
bentuk pembaptisanNya. Yesus adalah pemimpin dan menjadi orang pertama yang
akan mati di atas kayu Salib, dan bangkit dengan mulia. Peristiwa Paskah yang
dialami oleh Yesus menjadi tanda pembaptisanNya. Apa hubungannya dengan kita?
Paulus menulis, "Kamu tahu, bahwa dalam pembaptisan yang
menyatukan kita dengan Kristus, kita semua dibaptis dan dibenamkan dalam
kematianNya. Tetapi oleh pembaptisan dalam kematianNya kita telah
dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dan seperti Kristus kita juga
dibangkitkan. Kita bersatu dengan Kristus dalam kematianNya" (Rom
6:3-5).
Yesus berbicara dengan jelas
tentang Api, perjuangan dan pemisahan. Penginjil Lukas memiliki satu maksud
yang mulia yakni menunjukkan kemiripan antara para murid dengan Yesus sang
Maestro. Jadi Yesus menerima pembaptisan di Sungai Jordan memiliki konsekuensi
bagi setiap orang yang mengikutiNya. Baptisan bagi Yesus adalah pengalaman
PaskahNya, dan baptisan bagi manusia yang percaya pada Yesus. Dengan pembaptisan
manusia juga mengalami wafat dan kebangkitan Kristus (Rom 6). Kristus
menginginkan Api yang memurnikan dan mengubah. Pengikut Kristus menerima Api
Roh Kudus pada Hari Raya Pentekosta. Api yang mengubah hidup para Rasul untuk
mengabdi, menjadi saksi dan pewarta Injil (Kis 2). Kristus membawa pemisahan,
manusia adalah pribadi yang mencintai damai. Damai adalah titipan Tuhan sendiri
(Yoh 14:7) dan siapa yang membawa damai akan disebut Anak-anak Allah (Mat 5:9).
Pada akhirnya Yesus
berkata, “Kamu menyangka Aku datang untuk membawa damai di atas bumi?
Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pertentangan.” Pertentangan
akan terjadi dalam keluarga dan lingkungan hidup. Setiap pribadi juga boleh
bertanya dalam dirinya apakah ia berada di pihak Yesus atau bukan berada di
pihak Yesus. Orang yang berada di pihak Yesus tentu memperoleh keselamatan,
orang yang tidak bersama Yesus akan binasa.
Santo Paulus dalam bacaan pertama
berdoa memohon agar jemaat di Efesus diteguhkan dalam kekuatan Roh Kudus sehingga
menjadi manusia rohani. Maksud manusia rohani adalah manusia baru yang
diciptakan dan dibangun oleh Kristus sendiri. Doa Paulus tetap aktual hingga
saat ini. Di dalam Gereja, para gembala memiliki tugas mulia untuk mendoakan
domba-dombanya. Di samping itu, hendaknya ada rasa kekaguman terhadap Yesus
secara terus menerus. Dia mati untuk kita, Dia juga bangkit untuk kita.
Doa: Tuhan Yesus, semoga kami
mampu membawa damaiMu kepada sesama.
PJSDB
No comments:
Post a Comment