Yes 52:7-10
Mzm
98:1.2-3ab.3cd-4.5-6
Ibr 1:1-6
Yoh 1:1-18
Terang sudah datang!
Kita semua tentu masih ingat ramalan kiamat ala suku Maya.
Perbincangan yang menarik beberapa saat terakhir adalah bumi menjadi gelap.
Bayangan orang tentu pada malam hari sebagai lawan dari siang hari. Seorang
teman bahkan memotret suasana gelap pada malam hari dan berguyon bahwa bumi
memang mengalami kegelapan. Terang dan gelap adalah dua hal yang selalu dialami
oleh manusia. Dengan terang orang dapat beraktivitas dengan baik, sedangkan
dalam kegelapan orang tidak
beraktivitas, orang justru beristirahat. Kegelapan secara rohani dinilai
sebagai pengalaman tinggal dalam dosa atau berada dalam zona dosa sebagai
daerah nyaman. Terang merupakan pengalaman rohani nyaman bersama Tuhan sebagai
Terang dunia.
Salah satu tema penting dalam merayakan natal adalah Yesus
sebagai Terang sejati bagi setiap manusia. Kita ingat apa yang dikatakan
Yesaya: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang
besar; terang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman” (Yes
9:2). Yesaya sedang menghibur orang-orang Yahudi yang berada di Babel bahwa pada
saat yang tepat mereka juga akan melihat terang. Perikop kita pada Hari Raya
Natal ini lebih membesarkan hati bukan hanya orang-orang zaman itu tetapi bagi
kita pada masa kini juga. Yesaya mengatakan bahwa segala ujung bumi akan
melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Allah adalah satu-satunya
penyelamat kita.
Yesaya menulis, “O
betapa indah kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan bentara yang
mengabarkan berita damai dan memberitakan Kabar Baik, yang mengabarkan berita
selamat dan berkata kepada Sion: “Allahmu meraja!” Ini sungguh menjadi
berita sukacita, seperti terang yang menerangi kehidupan mereka di Babel. Allah
menjadi satu-satunya harapan bahwa Dialah yang akan membebaskan mereka. Dialah raja yang menyelamatkan bukan kuasa manusia. Yesaya lalu menggambarkan situasi
penuh sukacita karena melihat keselamatan yang datang dari Tuhan Allah sendiri.
Tuhan menunjukkan tanganNya yang kudus di depan semua bangsa dan mengasihi serta menebus Yerusalem. Allah digambarkan
Yesaya sebagai kasih. Karena kasihNya Ia menebus semua orang. Dialah sumber
keselamatan!
Penulis kepada Jemaat Ibrani melengkapi pemahaman kita akan rencana
keselamatan Tuhan dalam Kitab Nabi Yesaya dengan mengatakan bahwa pada masa
kini Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya. Pada zaman dahulu,
warta keselamatan diungkapkan Allah berulang kali melalui para nabiNya. Para
nabi itu sudah meninggal, mereka sudah berlalu. Pada masa kini, Yesus menjadi
Pengantara Bapa untuk berbicara dengan manusia. Yesuslah yang punya hak mutlak
dari Bapa untuk menguasai segala sesuatu. Yesus juga merupakan cahaya kemuliaan
Allah dan gambar wujud Allah. Dia memiliki kedudukan istimewa di Surga. Segala
makhluk bahkan malaikat pun menyembah Dia.
Penginjil Yohanes dalam prolognya mengatakan Yesus sebagai
Sabda kekal yang menjadi manusia dan tinggal bersama kita. Sabda adalah Allah.
Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Kita ingat dalam Kitab Kejadian ada
ungkapan “Allah bersabda maka jadilah!” Allah menciptakan segala sesuatu dengan
SabdaNya. Di dalam Allah ada hidup dan hidup adalah terang bagi manusia. Allah
sebagai terang bercahaya di dalam kegelapan tetapi kegelapan tidak mampu
menguasainya. Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dunia tetapi dunia dan
miliki kepunyaanNya tidak mengenal Dia. Orang yang menerima Dia sebagai terang
akan menjadi anak-anak Allah. Sungguh Sabda menjadi daging dan tinggal bersama
kita.
Bacaan-bacaan suci pada perayaan natal membawa kita kepada
pemikiran-pemikiran berikut ini:
Pertama, Natal adalah Pesta Cahaya. Tuhan Yesus lahir sebagai
cahaya dunia. Dia adalah raja yang membawa sukacita tersendiri bagi orang di
dalam kegelapan. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah. Dia adalah terang yang
memberi kehidupan kepada manusia. Dia datang mengunjungi umatNya meskipun
umatNya lebih menyukai kegelapan dan tidak mengenalNya. Padahal sebagai terang
sejati, kegelapan tidak mampu mengalahkannya. Hanya manusia yang menutup hati
dan tak mau menerima terang. Apakah anda dapat membawa terang Kristus sebagai
hadiah natal bagi mereka?
Kedua, Natal adalah perayaan Tuhan berbela rasa dengan kita.
Apakah perasaan belarasa atau empati itu merupakan bagian dari kehidupan kita
dalam relasi dengan sesama? Ketika ada sesama yang menjadi korban
ketiadakadilan sosial, korban banjir dan lain sebagaimanya, bagaimana anda
bersikap? Apakah lebih baik berprinsip EGP (emangnya gue pikirin) dan tertawa
di atas penderitaan mereka? Natal menjadi sukacita dalam diri kita secara
pribadi dan bagilah sukacita itu kepada sesama. Biarkan saudara-saudara
mengakses sukacita dalam Tuhan itu di dalam diri kita.
Ketiga, Natal adalah perayaan keluarga. Yesus lahir dalam
satu keluarga. Mari kita kembali ke Nazareth dan menyaksikan kesucian keluarga kudus
Nazareth. Yesus menjadi pusat keluarga kudus. Yesus juga hendaknya lahir di
dalam keluarga-keluarga yang percaya kepadaNya. Bahwa ada pergumulan tertentu,
beda pendapat, saling curiga mencurigai itu hal yang wajar tetapi cinta kasih
harus tetap dijunjung. Ketika suami dan isteri mengalami pergumulan ingatlah
janji perkawinan kalian, “dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan
sakit” tetaplah satu. Memang lilin natal boleh meleleh dan habis, pohon natal
akan kering dan dibuang, gua natal dibongkar dan sampahkan tetapi kasih Kristus
tidak akan meleleh, kering dan disampahkan. Kasih Kristus akan tetap segar dan
kekal bagi kita.
Mari kita bersyukur kepada Tuhan. Dia lahir bagi kita. Kita
diingatkan Yesaya hadiah istimewa dari Tuhan: “Seorang anak telah lahir untuk
kita, seorang Putra dianugerahkan kepada kita. Lambang pemerintahan ada di atas
bahuNya dan Ia disebut Penasihat Ajaib”(Yes 9:6) Dialah Yesus Kristus Tuhan
kita.
Doa: Tuhan Yesus, Engkaulah Immanuel bagi kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment