Belajar untuk
menyesal
Saya pernah berbicara dengan
seorang siswa yang oleh semua guru, ia sangat sulit untuk menyesali perbuatan-perbuatan
dan kenakalan remaja di sekolahnya. Para guru mengaku menyerah berhadapan dengannya.
Saya memanggilnya ke kantor dan berbicara secara pribadi dengannya. Saya
menemukan sesuatu yang bagus padanya, ketika ia berkata: “Romo, saya sebenarnya
dapat berubah. Saya memang memiliki niat yang pasti untuk berubah. Namun ketika
berhadapan dengan para guru, mereka selalu melakukan kekerasan fisik dan
verbal. Saya dipukuli sambil mengatakan bahwa saya anak jahat dan nakal. Betapa
menyakiti hati saya, padahal saya juga berpikir untuk berubah pada saat yang
tepat. Mereka tidak mengenal saya dan latar belakang saya dari keluargaku. Saya
berani menyesali setiap perbuatan yang sudah saya lakukan secara sadar maupun
tidak sadar.” Perjumpaan kami menjadi awal yang baik sebab dia benar-benar menyesal
dan berubah. Perkataan dari hati ke hati itu menjadi mukjizat yang nyata karena
mengubah hidup manusia.
Banyak kalikita mudah melabel
orang di sekitar kita sebagai orang jahat dan nakal. Mungkin kita belum mengenal
orang itu secara pribadi. Maka kenalilah dia baru menilai dirinya. Orang hebat
adalah orang yang memiliki kesabaran di saat suka maupun duka. Orang itu tidak
akan mudah untuk menyerah ketika berhadapan dengan aneka kesulitan dan
tantangan. Ia berani melawan arus untuk
mendapatkan sebuah nilai dan kebaikan bagi dirinya dan sesama manusia. Seorang
yang hebat menunjukkan rasa sesalnya ketika melakukan kesalahan dan berani
meminta maaf. Hanya orang sombong yang tidak berani meminta maaf ketika berbuat
salah.
Saya mengingat C. S. Lewis
(1898-1963). Beliau adalah seorang penulis dari Britania Raya, pernah berkata: “Beberapa
orang menyesal mengenai kecemasan mereka dan menganggap diri mereka cacat iman
tapi hal itu adalah penderitaan, bukanlah dosa. Seperti semua penderitaan
lainnya, itu adalah bagian kita di dalam semangat Kristus, jika kita
mengambilnya juga.” Ada orang berani menyesal, ada yang tidak memiliki
keberanian untuk menyesali dosa dan salah mereka.
Hari ini Tuhan Yesus mau mengubah
hidup kita supaya berani mengampuni. Ia berkata: “Jikalau saudaramu berbuat
dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia
berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali
kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." (Luk
17:3-4). Ini memang sulit tetapi kita perlu mengampuni tanpa batas seperti
Tuhan lakukan kepada kita. Kalau saja saudara kita menyesali kesalahannya maka
ampunilah! Mengapa begitu sulit mengampuni dia atau mereka kalau sudah ada niat
baik untuk menyesal. Mengampuni berarti melupakan segala sesuatu yang sudah
terjadi. Biarkanlah berlalu, jangan simpan di dalam hati sebagai warisan
kebencian dan sakit hati.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment