Hari Sabtu, Pekan III Paskah
Peringatan Wajib St. Atanasius
Kis. 9:31-42
Mzm. 116:12-13,14-15,16-17
Yoh. 6:60-69
Semoga kami
percaya dan tahu
Pada hari ini kita mengenang
santo Atanasius, bertepatan dengan hari kedua dalam bulan Bunda Maria. Ada
sebuah doa yang inspiratif dari St. Atanasius tentang Bunda Maria seperti ini:
“Perawan yang mulia, engkau sungguh lebih besar daripada kebesaran apapun. Jika
aku berkata bahwa malaikat dan malaikat agung adalah besar, tapi engkau lebih
besar dari mereka, karena mereka melayani Ia yang berdiam di rahimmu dengan
gemetar, dan mereka tidak berani berbicara dalam kehadiran-Nya, sementara
engkau berbicara dengan bebas kepada-Nya.” Bunda Maria sungguh luar biasa di
mata St. Atanasius. Kalau para malaikat dan malaikat agung saja segan berbicara
dengan Yesus Putera Maria, sedangkan Bunda Maria sendiri berbicara dengan bebas
dan leluasa kepada Yesus. Saya teringat pada peristiwa di Kana, di mana Yesus
membuat mukjizat pertama atas permintaan Bunda Maria. Ketika itu Bunda Maria
berkata kepada Yesus: “Mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3) dan “Apa yang
dikatakan kepadamu, buatlah itu” (Yoh 2:4). Di satu pihak Bunda Maria peka
dengan kebutuhan pasutri yang menikah. Anggur adalah lambang kasih Allah
sendiri. Di lain pihak Bunda Maria meminta kesediaan manusia untuk patuh kepada
kehendak Tuhan sebagaimana Ia sendiri mengatakan: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah
padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Bunda Maria menolong Puteranya
hingga tuntas maka layaklah diberi gelar penolong abadi bagi umat Kristiani.
Kita mendengar kelanjutan kisah
Yesus dalam Injil Yohanes bagian terakhir dari pengajaran Yesus di dalam rumah
ibadat di Kapernaun. Sebelumnya Yesus sudah mengatakan kepada mereka bahwa
Dialah roti dari surga. Roti adalah daging-Nya sendiri. Maka orang yang percaya
dan mengikuti-Nya hingga keabadian harus memakan tubuh-Nya dan minum darah-Nya.
Kata-kata ini menakutkan, seolah-olah Yesus mengajarkan kanibalisme, meskipun
bukanlah demikian. Namun dampaknya sangat besar. Ada krisis iman bagi para
murid di Galilea. Mereka yang setiap hari ada bersama Yesus mengatakan:
“Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (Yoh 6:60).
Gara-gara makan daging dan minum darah maka mereka krisis iman dan mau mundur.
Tuhan Yesus bereaksi dalam perkataan-Nya berikut ini: “Adakah perkataan itu
menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik
ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama
sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh
dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” (Yoh 6:61-64). Tuhan
Yesus mengungkapkan diri-Nya dalam Tritunggal Mahakudus. Satu Allah tiga
pribadi, di mana Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.
Untuk meyakinkan mereka kembali
maka Yesus berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun
dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” (Yoh 6:
65). Allah Bapa memiliki inisiatif untuk menyelamatkan manusia. Sebab itu Ia
menganugerahkan kepada manusia anugerah untuk datang kepada Yesus. Pikiran kita
tertuju pada hidup pribadi kita yang mengimani Tuhan Allah Bapa. Dia yang
memiliki rencana untuk menyelamatkan kita dalam Yesus Kristus Putera-Nya. Dia
yang punya inisiatif untuk membawa kita kepada Yesus Putera-Nya. Perkataan
Tuhan Yesus ternyata membuat banyak orang krisis iman dan mengundurkan dirinya
dari hadapan Yesus.
Situasi ini mendorong Yesus untuk
bertanya kepada para murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yoh 6:
67). Petrus selalu muncul dengan perkataan-perkataan tertentu pada saat situasi
sulit. Ia berusaha menjawab Yesus dengan berkata: “Tuhan, kepada siapakah kami
akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah
percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:68-69).
Petrus mengakui imannya sekali lagi di hadapan Yesus, sekaligus menguatkan
teman-temannya untuk tetap tinggal bersama Yesus.
Bacaan Injil hari ini sebenarnya
berbicara tentang kita yang siang dan malam berusaha untuk mengikuti Yesus di
masa sulit ini. Kita berada pada dua pilihan yakni setia kepada Yesus sampai
selamanya atau memilih untuk mundur. Banyak yang memilih untuk selamanya
bersama Yesus bahkan menumpahkan darahnya karena mengimani dan mencintai Yesus.
Namun ada juga yang memilih untuk mundur ketika mengalami kesulitan, ketika
mencari sensasi supaya terkenal sebagai public figure dengan jalan tragis yakni
murtad. Hanya karena hal duniawi orang berani murtad. Ini menyedihkan. Saya
tetap percaya bahwa darah para martir selalu menjadi benih subur bagi iman
kristiani. Semoga kita tetap percaya dan tahu bahwa Yesus adalah satu-satunya
Penyelamat kita.
Apa yang menjadi impian Gereja
masa kini?
Terinspirasi oleh bacaan pertama
di mana periode setelah pertobatan Saulus, gereja kembali menjadi tenang,
menata diri dan maju. Semua jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria hidup
dalam damai. Dasar kedamaian mereka adalah mereka dibangun dan hidup dalam
takut akan Tuhan. Jumlahnya bahkan semakin banyak karena pertolongan dan
penghiburan Roh Kudus. Santu Petrus sendiri berkeliling dan berbuat baik
seperti sang Maestronya. Tempat-tempat yang dikunjungi adalah Lida dan Yope di
mana mukjizat-mukjizat juga terjadi di sana. Misalnya Eneas yang sudah delapan
tahun mengalami kelumpuhan dapat disembuhkan dalam nama Yesus. Tabita alias
Dorkas di Yope sudah meninggal dunia dapat dibangkitkan dalam nama Yesus.
Mukjizat-mukjizat ini membuat nama Tuhan semakin dimuliakan di mana-mana.
Di masa covid-19, Gereja diminta
untuk memiliki semangat seperti para rasul yang berkeliling dan berbuat baik.
Kita dipanggil untuk beramal, terutama bagi mereka yang sangat-sangat
menderita. Sikap empati perlu digalakan kembali supaya mereka yang kenyang
dapat mengenyangkan mereka yang masih lapar, mereka yang tidak haus melegakan
mereka yang haus. Mereka yang tidak memiliki rumah untuk menginap dapat
memiliki tempat menginap, mereka yang sakit di rumah sakit dan yang ada di dalam penjara
dapat dikunjungi dan dihibur, juga yang meninggal dunia dikuburkan. Semua ini
adalah keprihatinan dan pilihan pelayanan kita sebagai Gereja. Hanya dengan
demikian kita turut menghadirkan wajah kerahiman Allah. Orang-orang akan percaya
dan tahu bahwa kita memiliki Allah yang adalah kasih.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment