Wednesday, December 31, 2025

 Hari Rabu 31 Desember 2025

Oktaf Natal

1Yoh 2:18-21

Mzm 96:1-2.11-12.13

Yoh 1:1-18

 

Waktu yang terakhir

 

Saya selalu mengenang sosok seorang bapak dan sahabat yang selalu bertekun di dalam hidupnya. Saya menjumpainya pada saat misa pagi di Gereja. Dia  selalu hadir, kecuali ada alasan khusus seperti ia sedang sakit atau ia ke luar kota. Saya lalu memberanikan diri untuk menyapanya dan bertanya kepadanya mengapa ia selalu hadir mengikuti misa harian dan misa hari Minggu di Gereja. Dia dengan senyum khasnya memandangku dan berkata: “Pater John, saya adalah seorang pensiunan dari sebuah Perusahaan besar dan oernah merasa jauh dari Tuhan. Pada saat ini saya ingin mengisi sisa hidup ini dengan hadir aktif di Gereja, mengikuti perayaan Ekaristi Harian, mendengar Sabda Tuhan dan menerima Komuni Kudus. Semua ini saya lakukan dengan kesadaran bahwa ini adalah hari terakhir bagi saya, misa terakhir bagi saya dan komuni kudus terakhir bagi saya”. Saya menatapnya dan membalas senyumnya sambil merenung sejenak: “Saya bukan lagi seorang imam muda. Hampir dua puluh lima tahun berziarah sebagai imam dan memasuki tahun ke tiga puluh tujuh di dalam komunitas Salesian Don Bosco namun saya belum sempat berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir bagiku, namun bapa yang menjadi sahabat itu mengajarku untuk merasakan bahwa setiap hari adalah hari terakhir dan saya harus siap untuk menghadapinya sebagai hari terakhirku.” 

 

Pengalaman sederhana ini membuka wawasan saya untuk selalu memikirkan perjalanan hidup harianku sebagai hari terakhir. Saya berusaha dengan segala kelemahan manusiawiku yang ada dan segala kelebihan sebagai rahmat Tuhan untuk berbuat baik dan menyenangkan hati Tuhan. Di mana ada kelemahan manusiawiku, saya menyadari diri dan berusaha untuk membenahi diri dan menjadi lebih baik lagi karena saya percaya bahwa Tuhan tetap memberi kesempatan bagi saya untuk memulai lagi hidup baru. Ada kesulitan, ada tantangan tetapi selalu ada Tuhan yang membarui segala sesuatu.

 

St. Yohanes dalam suratnya sangat memberi peneguhan kepada kita semua. Ia dengan penuh kasih menyapa kita sebagai ‘anak-anakku’. Sapaan seorang bapa yang baik karena dia adalah murid kesayanagan Tuhann Yesus. Inilah perkataan yang menguatkan kita: “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir” (1 Yoh 2:18). Perkataan tentang waktu yang terakhir membuat kita membenahi hidup kita karena ada tantangan, kesulitan yang kita hadapi. Yohanes menulis: “seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir” (1Yoh 2:18). Waktu yang terakhir adalah waktu yang menyadarkan kita pada tantangan-tantangan duniawi atau dengan meminjam perkataan Yohanes ‘Anti Kristus’. Anti Kristus adalah pribadi yang menyangkal Yesus Kristus. Orang yang masuk kategori anti Kristus adalah mereka yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, atau bahwa Dia datang dalam daging (sebagai manusia saja).

 

Di dalam Media Sosial kita berjumpa dengan koor Anti Kristus karena yang sedang dicari adalah perpecahan bukan Persekutuan. Orang mengklaim mana yang paling benar, paling kudus bahkan tanpa sadar mencaci maki Tuhan Yesus dan ibunya santa Perawan Maria. Maka benar sekali ketika Yohanes mengatakan bahwa para Anti Kristus itu berasal dari antara kita namum mereka tidak sungguh-sungguh termasuk di antara kita (1Yoh 2:19). Kita diharapkan untuk menunjukkan kesetiaan kepada Kristus. Mengap akita perlu setia? Yohanes berkata: “Kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya” (1Yoh 2:20). Yohanes menyampaikan semua ini di hari terakhir karena ‘tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran’ (1Yoh 2:21). 

 

Tuhan Yesus adalah Kebenaran sejati. Ia berkata: “Akulah jalan, dan kebenaran, dan kehidupan. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku “ (Yoh 14:6). Para Anti Kristus adalah mereka yang hidupnya seolah dekat padahal sebenarnya jauh dari Kristus sendiri. Yesus sendiri adalah Firma, Sabda hidup dan Kebenaran sejati. Yesus ada bersana-sama dengan Allah. Yesus menegaskan kembali: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Yesus sebagai Sabda atau Firman bersatu dengan Bapa. Dalam prolog Injil Yohanes dikatakan: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh 1: 4-5). 

 

Di hari yang terakhir ini, kesadaran kita ditata kembali. Ada kegelapan yang kita alami namun masih ada terang yang menguasai kegelapan. Dialah Tuhan Yesus sendiri sebagai Terang Dunia (Yoh 8:12). Dialah yang kita imani sebagai ‘Sabda yang menjadi Dagung dan tinggal di antara kita’ (Yoh 1:14). Tuhan rela menjadi manusia dan tinggal bersama kita maka transformasi diri itu memang penting dan harus kita lakukan mulai dari diri kita sendiri, mulai saat ini juga.

 

Di hari terakhir ini mari kita menundukkan kepala di hadirat Tuhan karena betapa lemah, gelapnya hidup kita. Namun kita juga harus berani mengangkat kepala dan berseru kepada Tuhan untuk segera datang dan menolong kita semua. Selamat Tinggal 2025 dan selamat datang 2026. Maaranatha!


P. John Laba, SDB

 

Tuesday, December 30, 2025


Memikirkan yang terlalu berlebihan

 

Hanoin demais liu. Demikian sebuah ungkapan yang selalu saya dengar ketika masih bermisi di bumi Loro Sae. Perkataan ‘hanoin demais liu’ berarti ‘memikirkan sesuatu yang terlalu berlebihan’. Perkataan singkat ini berlaku umum bagi setiap orang sepanjang zaman. 

Setiap orang tentu selalu memikirkan tentang dirinya sendiri dan sesama yang ada disekelilingnya, apakah baik atau tidak baik, bahagia atau tidak bahagia. Para orang tua misalnya, selalu memikirkan masa depan anak-anaknya, bukan hanya ketika mereka masih usia dini, tetapi juga ketika anak-anak sudah memasuki usia dewasa dan lebih lagi belum mendapat pasangan hidup. Anak-anak merasa tenang dan menikmati masa mudanya, orang tuanya yang pusing dan merasa terpukul ketika menyaksikan orang tua lain menggendong cucunya. Para suami dan istri sering ‘hanoin demais liu’ dengan pasangan hidupnya dan berujung pada saling mencurigai dan berkelahi di antara mereka.

 

Dalam peziarahan panjang selama tahun 2025 ini berapa kali anda dan saya jatuh dalam demam ‘hanoin demais liu’ terhadap diri sendiri dan sesama. Berapa kali kita tertekan dan kecewa dengan diri sendiri, kecewa dengan sesama yang ada di sekitar kita? Berapa kali kita berpikiran yang berlebihan sehingga sulit untuk membuka diri dengan sesama? Komunikasi antar pribadi stop total karena ‘hanoin demais liu’. Kalau saja kita berani bereksodus dari diri kita sendiri dan membuka diri dengan sesama maka tentu cerita hidup masing-masing kita saat ini akan indah dalam perbedaan.

 

Saya menemukan gambar seekor kucing dan seorang anak yang duduk bersama sambil memandang ke depan. Perhatikan tatapan mereka, lalu ingatlah diri anda saat ini. Apakah tatapanmu seperti anak kecil atau seperti kucing? Lalu bacalah tulisan inspiratifnya: 

 

“Hidup itu tidak akan mudah ketika anda sendiri memiliki pikiran yang berlebihan di kepalamu dengan hati yang sensitif”

 

Menjelang akhir tahun 2025 ini, mari kita berbenah diri sejenak. Paling kurang ‘hanoin demais liu’ menghilang sejenak dalam diri kita. Akhirilah tahun 2025 ini meskipun dengan keluhan umum ‘batuk pilek” yang sedang menguasaimu dengan hati yang tenang. Kalau tidak tenang sekarang lalu kapan lagi anda mau tenang? Mau tetap ‘hanoin demais liu?’ 

 

Salam dan berkat Tuhan.

 

P. John Laba, SDB