Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXX
Rm. 8:31b-39
Mzm. 109:21-22,26-27,30-31
Luk. 13:31-35
Kita lebih dari
Pemenang
Perkataan kedua sosok inspiratif ini lalu membawa saya kepada sebuah pemikiran rohani bahwa segala penderitaan yang kita alami di dunia ini memang sungguh Kristiani dan kita dapat mengatasinya karena kita memang lebih dari pemenang. Santu Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Rm 8:31-39) menekankan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat memisahkan kita sebagai orang beriman dari kasih Allah dalam Kristus Yesus. Bagi kita semua yang berada dalam Kristus, Allah ada di pihak kita, dan tidak ada yang dapat berhasil menuduh atau menghukum kita. Perikop yang indah ini sekaligus menekankan kepada kita sebagai pengikut Kristus bahwa kita lebih dari pemenang. Mengapa kita lebih dari pemenang? Karena kita ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus.
Hal yang meneguhkan kita semua adalah bahwa Tuhan Allah ada di pihak kita. Ia sendiri telah memberikan Anak-Nya Yang Tunggal (Yoh 3:16). Tidak ada yang dapat melawan kita yang percaya kepada-Nya. Santu Paulus menegaskan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Kita tentu mengalami beraneka pergumulan hidup seperti penderitaan, kesusahan, penganiayaan, atau kelaparan yang tentu saja selalu kita alami bersama. Ikatan dengan Kristus tidak akan terlepas. Dikatakan juga bahwa para Malaikat, penguasa, atau kuasa apapun atau dapat dikatakan kekuatan rohani dan kekuasaan duniawi tidak memiliki kuasa untuk memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita adalah pemenang yang lebih dari sekadar pemenang saja karena kasih Allah dan kemenangan yang diberikan Kristus. Kita tidak dikalahkan tetapi menjadi pemenang melalui Kristus yang mengasihi kita. Sungguh luar biasa karena kita lebih dari pemenang.
Dalam bacaan Injil kita menemukan satu kata kunci yaitu penderitaan setelah sebelumnya kita akrab dengan kata ‛Pintu yang sempit’. Santu Lukas melaporkan bahwa Tuhan Yesus memang konsisten untuk melanjutkan misi-Nya, meskipun Ia menderita karena ada ancaman, Ia sempat meratapi Yerusalem karena penolakan Yerusalem terhadap para utusan Allah. Tuhan Yesus juga meramal kehancuran kota Yerusalam yang sungguh terjadi pada tahun 70 Masehi.
Mengapa Tuhan Yesus begitu teguh hati-Nya untuk siap menderita bagi kita? Sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama bahwa meskipun Ia diperingatkan bahwa Herodes ingin membunuh-Nya, Yesus tetap tak tergoyahkan. Ia dengan berani menyatakan bahwa Ia harus melanjutkan misi-Nya, yang akan berujung pada kematian-Nya di Yerusalem. Tuhan Yesus menerima penderitaan karena Belas kasih-Nya. Belas kasih-Nya penuh dengan kelembutan hati. Ia meratapi Yerusalem, membandingkan keinginan-Nya untuk mengumpulkan umat-Nya seperti ayam betina yang mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya. Ia mengungkapkan kerinduan untuk melindungi umat-Nya dari bahaya, bahkan bahaya yang mereka timbulkan sendiri dengan menolak-Nya. Belas kasih yang membuat kita semua menjadi lebih dari pemenang. Terima kasih Tuhan Yesus.
P. John Laba, SDB

No comments:
Post a Comment