Hari Selasa, Pekan Biasa XXIV
1Tim 3:1-13
Mzm 101:1-2ab.2cd-3ab.5.6
Luk 7:11-17
Menjadi Pelayan Gereja
Pada suatu
kesempatan saya ditanya oleh seorang anak muda tentang panggilan dan pelayanan
di dalam Gereja. Ia khusus bertanya tentang syarat-syarat untuk menjadi seorang imam.
Saya mengatakan kepadanya bahwa syarat utama adalah ia harus beriman kepada Kristus.
Artinya sudah dibaptis di dalam Gereja Katolik, percaya dan mencintai Yesus
Kristus. Setelah banyak berbicara dengannya, saya ingat sebelum masuk biara, ada seorang imam yang baik juga pernah mengatakan
hal lain yang kiranya masih cocok hingga saat ini. Untuk menjadi seorang imam perlu memenuhi
syarat 3S. Apa yang dimaksud dengan 3S: Santitas (kesucian/religiositas),
Sapientia (kebijaksanaan) dan Sanitas (kesehatan/kebersihan). Ketiga S ini laksana mata rantai yang terikat satu sama lain dan nantinya dapat dijabarkan di dalam aspek-aspek pembinaan para calon imam dan
biarawan termasuk nilai-nilai rohani nasihat injil. Semua ini tentu memiliki
satu tujuan yakni pembinaan yang integral terhadap calon pemimpin jemaat atau
Gereja.
Mari kita menengok
apa yang St.Paulus pikirkan tentang pemimpin serta pelayan jemaat. Ia
mengelompokkan jemaat atas tiga kelompok
sesuai tugas pelayanannya. Ia juga memberi syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang pemimpin atau penilik jemaat atau Gereja. Pertama, persyaratan bagi seorang
penilik jemaat (episkopos). Ada sepuluh butir sifat positif yang harus dimilikinya:
menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,
peramah, pendamai, kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati anak-anak,
mempunyai nama baik di luar jemaat. Ada juga enam butir sifat negatif yang
harus dihindari: tidak bercacat, bukan pemarah, bukan hamba uang, Janganlah ia
seorang yang baru bertobat, janganlah orang yang sombong, jangan digugat orang.
Maka syarat bagi seorang episkopos mencakup sepuluh butir positif dan enam butir negatif.
Kedua, di samping episkopos, Paulus juga memberikan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang diaknos atau sang pelayan: Ia
haruslah seorang yang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar
anggur, jangan serakah, mampu memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang
suci. Para diakon harus melewati ujian tertentu untuk menunjukkan bahwa mereka
memang tidak bercacat dalam pelayanannya. Dalam keluarganya ia memiliki satu istri
dan mengurus keluarganya dengan baik.
Ketiga, kaum wanita, dalam hal ini para isteri. Para
isteri menurut Paulus, hendaklah merupakan orang terhormat, bukan pemfitnah,
dapat menahan diri, dapat dipercaya dalam segala hal. Ketiga kelompok ini
memiliki peran yang vital dalam kehidupan Gereja saat itu. Mereka diharapkan menunjukkan
kebajikan-kebajikan di dalam hidup dan pelayanan mereka sesuai panggilan yang
ditentukan Tuhan.
Mengapa Paulus
perlu memberitahukan Timotius semua persyaratan ini? Karena Paulus mau supaya
dalam menata jemaat, dibutuhkan orang-orang
yang sungguh-sungguh memiliki
bakat dan kemampuan yang baik untuk memajukan kehidupan bersama dalam jemaat.
Para episkopos, diakonos dan kaum wanita haruslah memiliki iman kepada Kristus,
hidup dalam keluarga yang baik dan kerelaan untuk melayani sesama. Hal-hal ini
menjadi tuntutan tertentu bagi para pelayan Gereja. Pada zaman ini, semua
persyaratan ini masih berlaku bagi para pengurus gereja baik sifatnya territorial
maupun kategorial. Para pengurus Gereja adalah panutan banyak orang maka mereka
hendaknya menjadi rasul atau utusan Tuhan bagi banyak orang.
Tuhan Yesus di
dalam bacaan Injil hari ini mewujudkan pelayanan yang membuktikan bahwa Dia adalah Allah
orang-orang hidup. Dalam perjalanan ke kota Nain bersama para muridNya, mereka
menemukan seorang pemuda yang baru saja meninggal dunia. Dia adalah anak tunggal dari
seorang janda. Yesus tergerak hati oleh belaskasihan maka ia mendekat usungan
jenasah, ia menyentuh jenasah itu dan berkata, “Hai pemuda, Aku berkata
kepadamu, bagkitlah!” Anak muda itu pun bangkit dan Yesus memberikannya kepada
ibunya. Semua orang takjub sekaligus memuji Allah. Mereka berkata bahwa seorang
nabi besar telah muncul di tengah-tengah mereka. Tuhan juga mengunjungi
umatNya.
Kisah pelayanan Yesus
ini menarik perhatian kita. Pertama, Yesus menunjukkan belaskasih yang besar kepada
janda itu. Janda itu sudah kehilangan suami dan satu-satunya harapan hidup
adalah pada putranya. Sekarang putranya meninggal, kepada siapa lagi ia akan
berharap. Tuhan datang pada saat yang tepat dan pertolongannya pun tepat
waktu.Ia membangkitkan pemuda itu dan memberinya kepada ibunya. Dialah yang
akan bekerja untuk melayani ibunya. Hal kedua yang kiranya menarik perhatian
kita adalah pribadi Yesus sendiri. Ia berani menyentu jensah dan memberi
komando untuk bangkit. Orang Yahudi tidak diperkenalkan menyentuh jenasah atau
orang atau hewan yang berdarah-darah. Itu najis! Yesus membaharui pikiran
banyak orang dengan menyentuh dan memberi hidup kepada orang yang sudah
meninggal dunia. Dialah Allah orang hidup bukan Allah orang mati.
Sabda Tuhan pada
hari ini sangat kaya maknanya bagi kita semua. Tuhan menghendaki agar kita
semua menjadi pelayan-pelayanNya yang handal. Tentu saja syarat utamanya adalah
kualitas diri kita sebagai orang beriman, yang siap untuk melayani semua orang,
baik yang hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Orang yang masih hidup kita
layani supaya sungguh-sungguh menjadi manusia. Orang yang sudah meninggal dunia
kita doakan supaya mereka masuk ke Surga. Inilah wujud kasih kita kepada Tuhan
dan sesama.
Doa: Tuhan,
anugerahkanlah semangat pelayanan di dalam diri kami. Amen
PJSDB
"Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? .... Mereka harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat"
ReplyDeleteSemua persyaratan yang tertuang di dalam Surat Paulus yang pertama kepada Tomptius tersebut kiranya sangat relevan untuk zaman ini, perlu dihayati oleh semua Pelayan Kristus Yesus di semua bidang, sehingga akan membawa umat semakin delat kepada Kristus atau dengan kata lain "Semakin 100% Katolik 100% Indonesia."
Saat ini di Gereja St. Paulus Miki Salatiga memasuki tahap ke-2 dalam rangka penjaringan Dewan Paroki untuk masa bakti 2014-2017, yaitu memuat Tahap 1 (nama-nama usulan dari Lingungan) dalam lembar Warta Gereja untuk mendapatkan masukan dari Umat.
Thanks Pakdhe, semangat...semangat.. dan sukses ya.
Delete